Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654

VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398


http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

DESKRIPSI ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN


ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KELAS VII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
NEGERI I GISTING
Heri Nurdin*, Chandra Ertikanto

Program Pasca Sarjana Universitas Lampung, Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro
No. 1 Bandar Lampung 35145

herigisting@yahoo.co.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk menganalisis kebutuhan pembelajaran IPA di SMP Negeri I Gisting.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
quota sampling, dimana peneliti mengambil sampel secara acak untuk memenuhi yang diharapkan dari sampel. Data
penelitian dikumpulkan melalui observasi dan angket. Data dianalisis secara kualitatif melalui langkah-langkah: tabulasi,
coding dan deskripsi terkait dengan fokus penelitian sebelum penulis membuat kesimpulan. Temuan dalam penelitian
pendahuluan ini adalah: (1) Guru-guru IPA di SMPN I Gisting sudah mengetahui bahwa pembelajaran IPA SMP sebaiknya
dilaksanakan menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis pendekatan saintifik. (2) Sebagian guru sudah mengetahui
bagaimana membelajarkan IPA menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis pendekatan saintifik dan menggunakan
model tersebut dalam membelajarkan IPA. (3) Sebagian guru sudah mengetahui bagaimana membelajarkan IPA
menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis pendekatan saintifik, tetapi dalam pelaksanaannya masih menggunakan
metode ceramah, diskusi dan penugasan. (4) Sebagian besar guru IPA di SMPN I Gisting tidak menggunakan bahan ajar
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Berdasarkan temuan dari penelitian pendahuluan ini guru-guru dan siswa SMPN I
Gisting membutuhkan bahan ajar berupa LKS yang dapat membantu siswa memahami konsep, hukum-hukum dan prinsip-
prinsip IPA. Kesimpulan dari penelitian pendahuluan ini adalah perlu dikembangkannya LKS model inkuiri terbimbing
berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, pendekatan saintifik, lembar kerja siswa


dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
1. Pendahuluan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
Terkait penelitian yang akan dilaksanakan yaitu
sekitar, menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
untuk menganalisis kebutuhan pembelajaran IPA
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
perlu dilakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
ini meliputi studi literatur dan studi lapangan. Salah
itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada
satu yang dilaporkan adalah hasil studi lapangan.
pemberian pengalaman belajar secara langsung
Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
kondisi objektif lapangan dengan mengumpulkan proses dan sikap ilmiah. (BNSP, 2006).
berbagai informasi, seperti penggunaan LKS dalam
Namun demikian proses pembelajaran IPA
pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan
sebagian masih menggunakan metode ceramah yang
oleh guru dan kemampuan melaksanakan
menyebabkan siswa berperan pasif dan cenderung
pembelajaran IPA dengan pendekatan Saintifik. Dari
hanya sebagai penerima ilmu pengetahuan. Seringkali
hasil studi lapangan ini dapat diketahui kelemahan
siswa dituntut banyak mempelajari konsep dan prinsip
dan kebutuhan mendasar yang akan dijadikan dasar
sains secara hafalan. Cara pembelajaran seperti ini
penelitian.
menghasilkan siswa yang hanya mengenal banyak
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, padahal
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, banyak konsep atau prinsip sains yang perlu dipelajari
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan secara bermakna. Sebagai Kristianingsih, dkk (2010)
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, menyatakan, “Selama ini dalam proses pembelajaran
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu di kelas, guru mengajar seperti hanya menyuapi
proses penemuan. Proses pembelajarannya makanan kepada siswa. Siswa selalu menerima
menekankan pada pemberian pengalaman langsung suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berpikir, siswa
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi mendengar tanpa kritik apakah pengetahuan yang

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-11
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

diterimanya dalam pembelajaran tersebut benar atau model pembelajaran yang berpusat pada siswa,
tidak. kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu
persoalan atau mencari jawaban. Penggunaan inkuiri
ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
aktif dan kreatif. Merubah pembelajaran yang
memperbaiki kualitas pendidikan tampak dengan
berorientasi pada guru ke pembelajaran yang
adanya perubahan-perubahan orientasi pembelajaran
berorientasi pada peserta didik. Merubah modus
dari belajar yang terpusat pada guru menjadi terpusat
ekspository peserta didik hanya menerima informasi
pada siswa. Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
secara keseluruhan dari guru ke modus inkuiri peserta
pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dalam
didik mencari atau mempertanyakan.
pembelajaran sains. Proses pembelajaran terdiri atas
lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1) mengamati
Belajar dengan menggunakan pembelajaran
(observing); (2) menanya (questioning) ; (3)
inkuiri menjadikan siswa lebih kreatif, inovatif, dan
mengumpulkan informasi (experimenting);
belajar menjadi lebih bermakna. Sebagai
(4) Menalar/Mengasosiasi (associating); dan (5) Mustachfidoh dkk (2013) telah menyatakan, “Belajar
Mengomunikasikan (communicating) dengan menggunakan pembelajaran inkuiri ini
(Permendikbud No. 81 A Lampiran IV. (2013). diharapkan siswa menjadi lebih kreatif, inovatif, dan
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum belajar menjadi lebih bermakna sehingga prestasi
Pembelajaran belajar dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan proses
belajar inkuiri mengandung proses-proses mental
Pendekatan saintifik ini dapat diintegrasikan yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
dalam salah satu komponen perangkat pembelajaran masalah, merancang percobaan, melakukan
berupa lembar kerja siswa (LKS). Diantara tujuan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
penggunaan LKS dalam pembelajaran sains yaitu menarik kesimpulan, memiliki sifat-sifat objektif,
memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif jujur, hasrat ingin tahu, dan keterbukaan.”
menemukan sendiri suatu konsep melalui kegiatan
pengamatan dan percobaan, sehingga pembelajaran Proses inkuiri menurut Sanjaya (2008: 119)
menjadi lebih bermakna. Sebagai Amri & Ahmadi secara umum dilakukan melalui beberapa langkah,
(2010) menyatakan, “Siswa yang terlibat aktif dalam yaitu: (1) merumuskan masalah; (2) mengajukan
pembelajaran memiliki retensi yang lebih baik dan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) Menguji data
lebih mampu mengembangkan diri menjadi pebelajar berdasarkan data yang ditemukan; dan (5) membuat
yang mandiri dibandingkan dengan siswa yang belajar kesimpulan.
melalui metode ceramah.”
Sementara itu Kristianingsih dkk (2010)
Dalam mengembangkan bahan ajar (LKS) menyatakan, “inkuiri merupakan pendekatan yang
diperlukan juga sebuah model yang tepat. Pemilihan mengembangkan aktivitas belajar siswa secara
model yang tepat dalam pembelajaran sains sangat optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
diperlukan dalam membantu siswa untuk menguasai Aktivitas dapat dikembangkan dengan memberi
produk sains. Model pembelajaran yang dirasa cukup kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan
efektif dalam pembelajaran sains yaitu model inkuiri. diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat dalam
pembelajaran. Dengan penerapan pembelajaran ini
Inkuiri berasal dari kata “inquire” yang artinya diharapkan siswa bisa lebih aktif dalam mengikuti
mencari atau mempertanyakan. Pada model proses belajar mengajar fisika dan bisa memperoleh
pembelajaran inkuiri masalah bukan hasil rekayasa, hasil belajar yang maksimal, sehingga dapat
oleh karena itu peserta didik harus mengerahkan meningkatkan pemahaman konsep terhadap suatu
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk materi.”
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah
melalui proses penelitian. Pada inkuiri materi yang Inkuiri menurut Golo (2004: 84-85) berarti suatu
akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
final akan tetapi peserta didik didorong untuk maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dan menyelidiki secara sistematis , kritis, logis,
dengan mencari informasi sendiri kemudian analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa penemuannya dengan dengan penuh percaya diri.
yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir. Ada lima tahapan pendekatan belajar dengan
model inkuiri sebagaimana yang dinyatakan oleh
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu model Karli dan Sri (2003), yaitu: (1) penyajian masalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student atau menghadapkan siswa pada situasi teka-teki; (2)
center. Sebagai Ambarsari dkk (2013) telah pengumpulan data dan verivikasi data; (3)
menyatakan,”Pembelajaran inkuiri merupakan suatu eksperimen; (4) mengorganisasi data merumuskan

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-12
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

penjelasan; dan (5) mengadakan analisis terhadap tampak golongan , sifat, jenis serta frekuensi data,
proses inkuiri. sehingga memudahkan pembacaan, pengkatagorian
dan analisis. Tahap keempat, analisis data kualitatif,
Pembelajaran dengan menggunakan model yaitu menganalisis.
inkuiri yang dirasa cocok diterapkan pada siswa SMP
yaitu model inkuiri terbimbing. Penetapan Dengan cara menguraikan serta menghubungkan
penggunaan inkuiri terbimbing dikarenakan siswa data dan informasi yang berkaitan dengan focus
belum terbiasa belajar menggunakan model inkuiri penelitian. Tahap kelima , membuat interprestasi
sebelumnya. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing hasil analisis sesuai permasalahan penelitian serta
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang membuat kesimpulan.
dilakukan oleh siswa. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap 3. Hasil dan Pembahasan
berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga
siswa mampu melakukan proses inkuiri secara 1. Hasil Analisis Kebutuhan Guru Terhadap Bahan
mandiri.Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah Ajar Yang Akan Dikembangkan
dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang pernah
dilakukan oleh Christina & Yovita (2006) bahwa Analisis jawaban P1: dalam membelajarkan
inkuiri terbimbing yang dipadukan dengan AIMA materi IPA SMP sebanyak 66,67% guru mengalami
dapat memunculkan ide-ide awal siswa, melibatkan kesulitan. Identifikasi masalah: Latar belakang
siswa dalam proses pembelajaran, melibatkan siswa pendidikan guru dari program studi berbeda-beda,
dalam mengeksplorasi dan merefleksikan ide-ide sehingga ada kesulitan dalam membelajarkan IPA
mereka. Penelitian lain dilakukan oleh Patrick, dkk secara terpadu. Identifikasi kebutuhan: Diperlukan
(2009) inkuiri terbimbing dapat meningkatkan Diklat bagi guru melalai KKG untuk membelajarkan
motivasi siswa dalam pembelajaran sains. Nur Ana IPA secara terpadu.
Masruro (2012) menyatakan, “penerapan metode
inkuiri terbimbing memfasilitasi siswa agar pada Analisis jawaban P2: Sebanyak 100% guru
dirinya tumbuh motivasi belajar, sehingga siswa belum merasa puas dengan hasil belajar IPA yang
menjadi aktif, kreatif, merasa senang, dan termotivasi dicapai para siswa. Identifikasi masalah: Hasil belajar
untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil yang diperoleh siswa sebagian besar belum mencapai
belajarnya.” KKM. Identifikasi kebutuhan: Diperlukan model
pembelajar-an yang dapat meningkatkan hasil belajar
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan siswa.
pembelajaran kelompok dimana siswa diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling Analisis jawaban P3 dan P4: Dalam
membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran membelajarkan IPA, sebanyak 100% guru sudah
inkuiri terbimbing membimbing siswa untuk memiliki mengawali kegiatan pembelajaran dengan
tanggung jawab individu dan tanggung jawab memberikan masalah kepada siswa, dan
kelompok atau pasangannya.” sebanyak 100% guru merasa bahwa masalah yang
diberikan membuat siswa merasa tertantang untuk
2. Metode Penelitian berfikir dan memecahkan masalah.

Penelitian pendahuluan ini dilakukan pada Analisis jawaban P5: Dalam pembelajaran IPA,
tanggal 28 April 2015 di SMP Negeri 1 Gisting. sebanyak 100% guru belum memberi kesempatan
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kepada siswa untuk merumuskan masalah.
teknik quota sampling, dimana peneliti mengambil Identifikasi masalah: Guru menemui kesulitan dalam
sampel secara acak untuk memenuhi jumlah yang menyusun pertanyaan-pertanyaan pengarah terkait
diharapkan dari sampel. Subjek dalam penelitian ini dengan perumusan masalah. Identifikasi kebutuhan:
adalah 3 orang guru IPA dan sejumlah siswa kelas 7 Diperlukan pelatihan dalam penyusunan pertanyaan-
(30 orang). Data penelitian dikumpulkan melalui pertanyaan pengarah terkait dengan perumusan.
observasi dan angket. Data dianalisis secara kualitatif
melalui langkah-langkah: tabulasi, coding dan Analisis jawaban P6: Dalam pembelajaran IPA,
deskripsi terkait dengan fokus penelitian. sebanyak 100% guru belum memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperkirakan jawaban atas
Proses pengolahan data dan analisis data rumusan. Identifikasi masalah: Guru mengalami
dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama kesulitan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan
adalah pemeriksaan dan pemilihan data yang terkait pengarah terkait dengan perumusan hipotesis.
penting dengan masalah atau indikator yang diteliti. Identifikasi kebutuhan: Diperlukan pelatihan dalam
Tahap kedua, pengelompokan data atau informasi penyusun pertanyaan-pertanyaan pengarah terkait
sesuai dengan aspek kebutuhan dan dengan perumusan hipotesis.
permasalahannya. Tahap ketiga, tabulasi data, agar

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-13
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

Analisis jawaban P7, P8 dan P9: Dalam konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip IPA.
pembelajaran IPA, sebanyak 100% guru sudah Identifikasi masalah: Sebagian besar siswa terbantu
memberi kesempatan kepada siswa untuk dalam memahami konsep, hukum-hukum dan prinsip-
mengumpulkan informasi atau data, sebanyak 100% prinsip IPA. Identifikasi kebutuhan: Siswa terbantu
guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk dalam memhami konsep, hukum-hukum dan prinsip-
menemukan jawaban yang dianggap diterima sesuai prinsip IPA.
dengan informasi atau data, dan sebanyak 100% guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat Analisis jawaban P2 dan P3: Dalam
suatu kesimpulan. pembelajarkan IPA selama ini, sebanyak 100% siswa
menyatakan kegiatan pembelajaran diawali dengan
Analisis jawaban P10, P11, P12, P13, dan P14: pemberian masalah dan sebanyak 100% siswa
Dalam pembelajaran IPA, sebanyak 100% guru sudah menyatakan pembelajaran IPA yang diikuti membuat
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati siswa merasa tertantang untuk berfikir dan
fakta-fakta IPA, sebanyak 100% guru sudah memberi memecahkan.
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebanyak
100% guru sudah memberi kesempatan kepada siswa Analisis jawaban P4: Dalam pembelajaran IPA,
untuk mengumpulkan informasi atau data, sebanyak 100% siswa belum diberi kesempatan untuk
sebanyak 100% guru sudah memberi kesempatan merumuskan masalah. Identifikasi masalah: Siswa
kepada siswa untuk mengolah informasi atau data, mengalami kesulitan dalam menyusun pertanyaan-
dan sebanyak 100% guru sudah memberi kesempatan pertanyaan terkait dengan perumusan masalah.
kepada siswa untuk mengkomunikasikan informasi Identifikasi kebutuhan: Diperlukan bahan ajar berupa
atau data. LKS yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait
dengan perumusan masalah.
Analisis jawaban P15, P25 dan P26: Dalam
kegiatan pembelajaran IPA sebanyak 100% guru tidak Analisis jawaban P5: Dalam pembelajaran IPA,
menggunakan bahan ajar berupa LKS, sebanyak sebanyak 100% siswa belum diberi kesempatan
100% guru menyatakan perlu dibuat LKS berbasis untuk memperkirakan jawaban atas rumusan masalah.
saintifik untuk membantu siswa mengamati, menanya, Identifikasi masalah: Siswa mengalami kesulitan
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan terkait
mengomunikasi dan sebanyak 100% guru menyatakan dengan perumusan hipotesis. Identivikasi kebutuhan:
setuju jika dibuat LKS dengan pembelajaran model Diperlukan bahan ajar berupa LKS yang berisi
inkuiri dan berbasis pendekatan saintifik. pertanyaan-pertanyaan pengarah terkait dengan
perumusan hipotesis.
Berdasarkan analisis jawaban, diketahui masih
ada guru yang mengalami kesulitan dalam Analisis jawaban P6, P7 dan P8: Dalam
membelajarkan IPA SMP, hal ini dimungkinkan pembelajaran IPA, sebanyak 100% siswa sudah diberi
karena latar belakang pendidikan guru berbeda-beda, kesempatan untuk mengumpulkan informasi atau
sehingga ada kesulitan ketika harus membelajarkan data dan sebanyak 100% siwa sudah diberi
IPA secara Terpadu. Dampak dari permasalahan ini kesempatan untuk menemukan jawaban yang
adalah hasil belajar yang diperoleh siswa belum dianggap diterima sesuai dengan informasi atau data
optimal. Pembelajaran IPA di SMPN I Gisting sudah dan sebanyak 100% siswa sudah diberi kesempatan
menggunakan model Inkuiri, namun belum semua untuk membuat suatu kesimpulan.
tahapan-tahapan inkuiri dilaksanakan oleh guru.
Tahapan-tahapan inkuiri yang belum dilaksanakan Analisis jawaban P9, P10, P11, P12, dan P3::
yaitu, tahap merumuskan masalah dan tahap Dalam pembelajaran IPA selama ini, sebanyak 100%
memperkirakan jawaban atas rumusan masalah siswa sudah diberi kesempatan untuk mengamati
(rumusan hipotesis). Guru mengalami kesulitan dalam fakta-fakta IPA, sebanyak 100% siswa sudah diberi
menyusun pertanyaan-pertanyaan pengarah terkait kesempatan untuk bertanya, sebanyak 100% siswa
dengan perumusan masalah dan perumusan hipotesis. sudah diberi kesempatan untuk mengumpulkan
Pembelajaran IPA di SMPN I Gisting juga sudah informasi atau data, sebanyak 100% siswa sudah
berbasis pendekatan saintifik. Langkah-langkah diberi kesempatan untuk mengolah informasi atau
pendekatan saintifik sudah dilaksanakan. Masalah data, dan sebanyak 100% siswa sudah diberi
yang dirasakan adalah belum adanya bahan ajar kesempatan untuk mengkomunikasikan.
berupa LKS.
Analisis jawaban P14, P15 dan P16: Dalam
2. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa Terhadap Bahan kegiatan pembelajaran IPA selama ini sebanyak
Ajar Yang Akan Dikembangkan 100% siswa tidak menggunakan bahan ajar berupa
LKS, sebanyak 100% siswa menyatakan perlu dibuat
Analisis jawaban P1: Dalam pembelajaran IPA , LKS berbasis saintifik untuk membantu siswa.
sebanyak 46,67% siswa terbantu dalam memhami Identivikasi kebutuhan, dan sebanyak 100% siswa

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-14
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

menyatakan setuju jika dibuat LKS dengan Kristianingsih, D.D., S.E., Sukiswo, Khanafiyah,S.
pembelajaran model inkuiri dan berbasis pendekatan (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa
saintifik. Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan
Metode Pictorial Riddel Pada okok Bahasan
Berdasarkan analisis jawaban, diketahui masih Alat-Alat optik. Semarang: Jurusan Fisika,
ada siswa yang mengalami kesulitan dalam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
memahami konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip Alam, Universitas Negeri Semarang.
IPA. Dalam pembelajaran IPA siswa sudah mengikuti
tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri, namun Masruro, N.A.(2012). Pengaruh Penerapan Metode
belum semua tahapan inkuiri dilakukan oleh siswa. Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas
Tahapan-tahapan inkuiri yang belum dilakukan yaitu Termodifikasi Terhadap Motivasi dan Hasil
tahap perumusan masalah dan tahap perumusan Belajar Biologi Siswa Kelas VIII di SMP
hipotesis. Dalam hal ini siswa masih membutuhkan Negeri II Balikpapan. Balikpapan: Disertasi
pertanyaan-pertanyaan pengarah terkait dengan dan Tesis Program Pascasarjana UM.
perumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan
pengarah terkait dengan perumusan hipotesis dari Mustachfidoh, Swasta, I.B.J., Manik Widiyanti,N.L.P.
guru. Pembelajaran IPA di SMPN I Gisting juga (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
sudah berbasis pendekatan saintifik. Langkah-langkah Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau
pendekatan saintifik sudah dilaksanakan. Masalah Dari Intelegensi Siswa SMA Negeri I Srono.
yang dirasakan adalah belum adanya bahan ajar Program Studi Pendidikan Sains, Program
berupa LKS. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja.
4. Kesimpulan
Patrick, H, dkk. (2009). Motivation for Learning
Berdasarkan temuan-temuan dan analisis data, Science in Kindergaten: Is There a Gender
dapat disimpulkan: (1) sebagian besar guru di SMPN Gap and Does Integrated Inquiry and Literacy
I Gisting sudah menggunakan model inkuiri Instructional Make a Difference, journal Of
terbimbing berbasis pendekatan saintifik, tetapi belum Reseacrch in Science Teaching. Vol. 46 (2):
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam 166-191
pembelajaran IPA. (2) Guru-guru dan siswa SMPN I
Gisting membutuhkan sumber belajar berupa LKS Amri, S., dan Ahmadi, K. (2010). Proses
yang dapat membantu siswa memahami konsep, Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
hukum-hukum dan prinsip-prinsip IPA. (3) Perlu Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
dikembangkannya LKS model inkuiri terbimbing
berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran BNSP. (2006). Silabus Mata Pelajaran Kimia.
IPA. Jakarta: Depdiknas.

Ucapan Terimakasih Cristina V.S. and Yovita. (2006) Using a Guided


Inquary and Modeling Instructional
Terimakasih kepada Dr. Candra Ertikanto, M.Pd. Framework (IEMA) to Support Preservice K-8
selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan artikel, Science Teaching. USA: Michigan University.
Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Kaprodi Magister
Pendidikan Fisika UNILA, Dr. Trijalmo, M.Pd. Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar.
selaku Dosen Pembimbing Akademik, Tasriluddin, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
S.Pd. selaku Kepala SMPN I Gisting, dan Guru IPA
SMPN I Gisting atas bimbingan, saran, dan Karli, H. dan Sri, Y.M. 2003.
masukannya sehingga artikel penelitian pendahuluan Implementasi Kurikulum Berbasis
ini dapat diselesaikan. Semoga menjadi amal ibadah Kompetensi. Buku 1 dan 2. Bandung:
dan dibalas oleh Allah SWT. Bina Media Informasi.

Permendikbud No. 81 A Lampiran IV. (2013).


Daftar Acuan Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran
Ambarsari, W., Santoso, S., Maridi.( 2013).Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sanjaya, W. (2008). Strategi
Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pembelajaran Berorientasi Standar
Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Negeri 7 Surakarta. Surakarta: Pendidikan
Biologi FKIP UNS.

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-15
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME IV, OKTOBER 2015 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

Seminar Nasional Fisika 2015


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

SNF2015-IV-16

Anda mungkin juga menyukai