Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“BINTIL AKAR”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Athifah Muzdalifah

NIM : 195040201111189

KELAS :G

ASISTEN : Demas Dharmawan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

NILAI : …….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pertumbuhan tanaman terjadi dengan adanya pertumbuhan akar sehingga


dapat menyerap secara maksimal terhadap unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhannya. Selain itu, terjadi juga interaksi antara tanaman dengan
mikroba baik itu mikroba tanah maupun mikroba udara. Mikroba dalam tanah
itu sendiri dapat dibedakan menjadi rizoplen atau mikroba yang menempel pada
akar dan endofit berupa mikroba yang berada di dalam sel-sel akar. Peranan
mikroba tersebut diantaranya adalah membantu mengoptimasi tanaman untuk
mendapatkan unsur hara dan sebagai anti-mikroba bagi patogen atau organisme
pengganggu tanaman. Sedangkan mikroba mendapat habitat dan memperoleh
suplai makanan dari tanaman. Untuk keperluan optimasi mendapatkan unsur hara
dan sebagai anti-mikroba terhadap patogen, tanaman mengeluarkan eksudat
akar yang bertujuan untuk mengundang mikroba yang dikehendaki atau
mengusir mikroba lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Salah satu jenis
interaksi yang terjadi antara mikroorgaisme dengan tanaman adalah interaksi
mutualisme. Dua jenis mikroorganisme yang menguntungkan dan telah
dimanfaatkan oleh para petani yaitu Rhizobium dan mikoriza. Rhizobium adalah
bakteriyang dapat membentuk bintil akar pada tanaman leguminose dan memiliki
kemampuan untuk memfiksasi N2 dari atmosfer. Sedangkan mikoroza adalah
fungi akar yang memiliki fungsi yaitu dapat memperpanjang jangkauan akar dan
dapat memasuki tanah dengan ukuran pori yang sangat kecil. Interaksi yang
memberikan keuntungan bagi tanaman perlu untuk diperhatikan dan perlu untuk
ditingkatkan dalam pertanian. Bakteri Rhizobium bermanfaat bagi tanaman
Leguminoceae setelahbersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan
dengan membentuk bintil pada akarnya. Dalam interaksi ini,sel Rhizobium akan
berubah menjadi bentuk bakteroid, sedangkan di bagian tengah bintil akar yang
mengandung bakteroid tersebut akan membentuk pigmen merah. Semakin merah
pigmen leghemoglobi, semakin efektif bakteri dalam menambat N. Unsur N
merupakan unsur essensial bagi tanaman, oleh karena itu ini merupakan salah satu
bentuk interaksi yang menguntungkan. Oleh karena itu, penting adanya
pelaksanaan praktikum tentang berbagai macam mikroorganisme yang
bermanfaat bagi pertanian.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana morfologi dari bintil akar.
2. Mengetahui dan memahami ciri-ciri dari bintil akar baik yang masih aktif
maupun yang tidak aktif.
3. Memahami fiksasi nitrogen yang terjadi pada bintil akar.
BAB II

ISI

2.1 Ciri-ciri bintil akar yang masih aktif dan tidak aktif

Menurut Novriani (2011), menyatakan bahwa bintil akar yang aktif memiliki
ciri-ciri yaitu jika bintil akar tersebut dibelah dengan memanjang maka nantinya
akan memperlihatkan warna merah muda hingga berwarna kecoklatan pada
bagian tengah dari bintil akar tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pigmen merah yang disebut leghemeglobin yang berperan dalam fiksasi nitrogen.
Berdasarkan pernyataan lainnya juga dikatakan bahwa bintil akar yang aktif
dalam menambat N2 maka bintil akar tersebut mengandung protein yang disebut
dengan leghemoglobin, berwarna merah muda-merah, atau berwarna kecoklatan.
Bintil akar yang aktif mudah untuk diamati karena ukurannya yang relatif besar
dan biasanya berada pada leher akar. (Saraswati & Young, 2008)

Sedangkan jika bintil akar yang tidak aktif maka tidak akan dapat
menghasilkan kerjasama atau simbiosis yang sangat menguntungkan bagi
tanamannya dalam proses fiksasi nitrogen karena pada bintil akar yang tidak aktif
tidak dapat memenuhi kebutuhan nitrogen pada tanaman. Dan juga bintil akar
yang tidak aktif tersebut memiliki beberapa ciri-ciri lainnya yaitu diantaranya
bintil akar tersebut memiliki warna keputih-putihan atau agak kehijauan, pucat
dan memiliki ukuran yang cenderung lebih kecil.(Sari & Prayudyaningsih, 2018)

2.2 Analisa tahapan pengujian bintil akar

Alat dan bahan yang digunakan :

- Bintil akar - Gram iodine


- Mikroskop - Kaca preparat
- Penutup kaca preparat - Gliserin
- Silet - Pinset
- Gelas arloji - Kuas kecil

Pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan terlebih dahulu alat ataupun bahan
yang akan digunakan dalam proses pengujian bintil akar ini. Selanjutnya, bintil
akar yang terdapat didalam botol berisikan air diambil menggunakan pinset.
Letakkan bintil akar tersebut pada gelas arloji, bintil a kar yang diambil yaitu
sebanyak 2 batang akar. Kemudian akar yang sudah diletakkan di gelas arloji
tersebut dipotong pada bagian bintil akarnya dengan menggunakan silet secara
perlahan agar bintil akar dan batang akarnya terpisah. Lalu tuangkan gram iodine
secukupnya pada gelas arloji yang berbeda. Setelah itu, bintil akar dipotong
kembali dengan ukuran yang lebih tipis menggunakan silet. Lalu, potongan bintil
akar tersebut diletakkan pada gelas arloji yang berisikan gram iodine
menggunakan bantuan pinset. Penggunaan gram iodine ini bertujuan untuk
memperkuat pengikatan warna pada bakteri sehingga nantinya akan memberi
warna terhadap bakteri tersebut dan dapat dengan jelas untuk diamati atau terlihat
saat menggunakan mikroskop. (Rachma et al., 2009). Kemudian, letakkan
glistering sebanyak satu tetes pada kaca preparat. Setelah itu, ambil bintil akar
yang direndam didalam gram iodine menggunakan kuas dan meletakkannya pada
kaca preparat yang terdapat gliserin. Selanjutnya tutup kaca preparat tersebut
dengan penutupnya. Dan letakkan kaca preparat pada meja mikroskop lalu amati
bintil akar tersebut menggunakan mikroskop.

2.3 Mekanisme fiksasi nitrogen pada bintil akar

Penambatan(fiksasi) nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah


yang memiliki peranan penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer menjadi
nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen tertambat yang melibatkan peran mikroba
tertentu. Bakteri yang mampu mengikat N2 bebas adalah genus Rhizobium, tetapi
hanya dapat hidup jika bersimbiosis dengan tanaman dari suku Leguminoceae.
Bakteri Rhizobium itu sendiri merupakan mikroba tanah yang mampu mengikat
nitrogen bebas di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam
amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang. (Prayudyaningsih & Sari, 2015)

Reaksi penambatan nitrogen udara terjadi pada bakteroid melalui sistem


enzim yang disebut nitrogenase. Produk utama penambatan nitrogen adalah
NH4+. Enzim nitrogenase terdiri dari dua jenis protein, yaitu protein
molibdenum-besi-belerang (Mo-Fe-S) dan protein besi (Fe). Masing-masing
protein tidak aktif apabila berdiri sendiri. Protein molibdenum-besi-belerang
(protein Mo-Fe-S) mengandung 1–2 atom molibdenum, 18–24 atom besi dan
atom belerang yang labil terhadap asam, jumlahnya sama dengan atom besi.
Aktivitas penambatan nitrogen dalam bintil akar dipengaruhi oleh difusi oksigen
ke bagian dalam bintil dan oleh partisi fotosintat dari tanaman untuk bintil melalui
akar. Enzim nitrogenase memerlukan ATP dan reduktan bertegangan rendah.
Fotosintat dari daun disalurkan ke akar dan setelah berada di dalam bintil akar,
fotosintat tersebut dioksidasi oleh bakteri untuk menyediakan energi dan reduktan
yang diperlukan. Dalam proses penambatan N2 udara, Feredoksin tereduksi
berperan sebagai donor elektron, dan diperlukan enam elektron untuk mereduksi
satu molekul N2 menjadi 2NH3. Reaksi penambatan N2 adalah sebagai berikut:
N2 + 6H + + 6e~ + 12ATP + 12H20 > 2NH3 + 12ADP + 12Pa Biosintesis sistem
nitrogenase dikendalikan oleh represi genetika. Sintesis enzim tersebut menjadi
tertekan apabila banyak terdapat NH3, jadi penambatan nitrogen hanya terjadi
apabila produk penambatan tersebut diperlukan. Amonium yang dihasilkan oleh
enzim nitrogenase di dalam bakteroid selanjutnya diasimilasi dengan segera oleh
enzim-enzim tanaman inangnya.(Suryantini, 2015)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bintil akar baik
yang aktif ataupun tidak aktif memiliki ciri-ciri yang berbeda. Dan bintil akar
yang aktif tersebut dapat menambat senyawa N2 yang dikarenakan dapat
memenuhi kebutuhan nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman yang
termasuk ke dalam family leguminoceae memilki kemampuan untuk melakukan
fiksasi atau penambatan nitrogen udara dengan adanya bantuan melalui hubungan
simbiosis antara tanaman tersebut dengan bakteri rhizobium. Tanaman legume ini
menjadi inang yang memberikan tempat bagi bakteri rhizobium ini yaitu pada
bintil akar dan menyediakan energi yang digunakan untuk menambat nitrogen.
Mekanisme fiksasi nitrogen oleh bintil ini terjadi dikarenakan adanya hubungan
antara tanaman legume dengan bakteri rhizobium tersebut. Selain itu juga,
tanaman legume ini memberikan cukup banyak jumlah nitrogen yang terfiksasi ke
dalam biosfer.
DAFTAR PUSTAKA

Novriani. (2011). Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen


bagi Tanaman Kedelai. AgronobiS, 3(5), 35–42.
Prayudyaningsih, R., & Sari, R. (2015). Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri
Penambat Nitrogen. Info Teknis EBONI, 12(1), 51–64.
Rachma, A., R.S, P., & Aminin, A. L. . (2009). Media Pengaya Minimal YT (Yeast
Tripton) serta Identifikasi Genotipik dan Fenotipik. Jurnal Kimia Sains Dan
Fisika, 12(3), 66–71.

Saraswati, R., & Young, S. (2008). Bakteri pembentuk bintil akar. 27–38.
Sari, R., & Prayudyaningsih, R. (2018). PERKEMBANGAN BINTIL AKAR PADA
SEMAI SENGON LAUT ( Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Info Teknis
EBONI, 15(2), 105–119.
Suryantini. (2015). Pembintilan dan Penambatan Nitrogen Pada Tanaman Kacang
Tanah. Monograf Balitkabi; Kacang Tanah: Inovasi Teknologi Dan
Pengembangan Produk, No. 13, 234–250.

Anda mungkin juga menyukai