“BINTIL AKAR”
DISUSUN OLEH:
NIM : 195040201111189
KELAS :G
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
NILAI : …….
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana morfologi dari bintil akar.
2. Mengetahui dan memahami ciri-ciri dari bintil akar baik yang masih aktif
maupun yang tidak aktif.
3. Memahami fiksasi nitrogen yang terjadi pada bintil akar.
BAB II
ISI
2.1 Ciri-ciri bintil akar yang masih aktif dan tidak aktif
Menurut Novriani (2011), menyatakan bahwa bintil akar yang aktif memiliki
ciri-ciri yaitu jika bintil akar tersebut dibelah dengan memanjang maka nantinya
akan memperlihatkan warna merah muda hingga berwarna kecoklatan pada
bagian tengah dari bintil akar tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pigmen merah yang disebut leghemeglobin yang berperan dalam fiksasi nitrogen.
Berdasarkan pernyataan lainnya juga dikatakan bahwa bintil akar yang aktif
dalam menambat N2 maka bintil akar tersebut mengandung protein yang disebut
dengan leghemoglobin, berwarna merah muda-merah, atau berwarna kecoklatan.
Bintil akar yang aktif mudah untuk diamati karena ukurannya yang relatif besar
dan biasanya berada pada leher akar. (Saraswati & Young, 2008)
Sedangkan jika bintil akar yang tidak aktif maka tidak akan dapat
menghasilkan kerjasama atau simbiosis yang sangat menguntungkan bagi
tanamannya dalam proses fiksasi nitrogen karena pada bintil akar yang tidak aktif
tidak dapat memenuhi kebutuhan nitrogen pada tanaman. Dan juga bintil akar
yang tidak aktif tersebut memiliki beberapa ciri-ciri lainnya yaitu diantaranya
bintil akar tersebut memiliki warna keputih-putihan atau agak kehijauan, pucat
dan memiliki ukuran yang cenderung lebih kecil.(Sari & Prayudyaningsih, 2018)
Pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan terlebih dahulu alat ataupun bahan
yang akan digunakan dalam proses pengujian bintil akar ini. Selanjutnya, bintil
akar yang terdapat didalam botol berisikan air diambil menggunakan pinset.
Letakkan bintil akar tersebut pada gelas arloji, bintil a kar yang diambil yaitu
sebanyak 2 batang akar. Kemudian akar yang sudah diletakkan di gelas arloji
tersebut dipotong pada bagian bintil akarnya dengan menggunakan silet secara
perlahan agar bintil akar dan batang akarnya terpisah. Lalu tuangkan gram iodine
secukupnya pada gelas arloji yang berbeda. Setelah itu, bintil akar dipotong
kembali dengan ukuran yang lebih tipis menggunakan silet. Lalu, potongan bintil
akar tersebut diletakkan pada gelas arloji yang berisikan gram iodine
menggunakan bantuan pinset. Penggunaan gram iodine ini bertujuan untuk
memperkuat pengikatan warna pada bakteri sehingga nantinya akan memberi
warna terhadap bakteri tersebut dan dapat dengan jelas untuk diamati atau terlihat
saat menggunakan mikroskop. (Rachma et al., 2009). Kemudian, letakkan
glistering sebanyak satu tetes pada kaca preparat. Setelah itu, ambil bintil akar
yang direndam didalam gram iodine menggunakan kuas dan meletakkannya pada
kaca preparat yang terdapat gliserin. Selanjutnya tutup kaca preparat tersebut
dengan penutupnya. Dan letakkan kaca preparat pada meja mikroskop lalu amati
bintil akar tersebut menggunakan mikroskop.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bintil akar baik
yang aktif ataupun tidak aktif memiliki ciri-ciri yang berbeda. Dan bintil akar
yang aktif tersebut dapat menambat senyawa N2 yang dikarenakan dapat
memenuhi kebutuhan nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman yang
termasuk ke dalam family leguminoceae memilki kemampuan untuk melakukan
fiksasi atau penambatan nitrogen udara dengan adanya bantuan melalui hubungan
simbiosis antara tanaman tersebut dengan bakteri rhizobium. Tanaman legume ini
menjadi inang yang memberikan tempat bagi bakteri rhizobium ini yaitu pada
bintil akar dan menyediakan energi yang digunakan untuk menambat nitrogen.
Mekanisme fiksasi nitrogen oleh bintil ini terjadi dikarenakan adanya hubungan
antara tanaman legume dengan bakteri rhizobium tersebut. Selain itu juga,
tanaman legume ini memberikan cukup banyak jumlah nitrogen yang terfiksasi ke
dalam biosfer.
DAFTAR PUSTAKA
Saraswati, R., & Young, S. (2008). Bakteri pembentuk bintil akar. 27–38.
Sari, R., & Prayudyaningsih, R. (2018). PERKEMBANGAN BINTIL AKAR PADA
SEMAI SENGON LAUT ( Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Info Teknis
EBONI, 15(2), 105–119.
Suryantini. (2015). Pembintilan dan Penambatan Nitrogen Pada Tanaman Kacang
Tanah. Monograf Balitkabi; Kacang Tanah: Inovasi Teknologi Dan
Pengembangan Produk, No. 13, 234–250.