Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA KATOLIK

ISU SARA DALAM KONTEKS KEHIDUPAN BANGSA

Maria Crisensia Cassandra Meo

1909010051

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.

Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan
makalah ini juga dapat di buat untuk bahan pembelajaran atau pelengkap buku
modul pelajaran agama Katolik.

Dalam makalah ini dijelaskan juga tentang apa itu pengertian isu sara serta di
jelaskan dengan jelas macam-macam isu sara yang marak terjadi . Tidak hanya
tentang isu sara melainkan juga tentang strategi menghadapi isu sara tersebut.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................... 5


1.2 IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................... 6
1.3 PERUMUSAN MASALAH..........................................................................

BAB II ISI.............................................................................................................

2.1 PENGERTIAN SARA....................................................................................

2.2 PERBEDAAN SUKU DAN RAS PEMELUK AGAMA.............................. 8

2.3 TINDAKAN SARA........................................................................................ 9

2.4 CONTOH MASALAH SARA....................................................................... 10

2.5 STRATEGI PENANGANAN KONFLIK..................................................... 12

BAB III PENUTUP............................................................................................

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................. 14

3.2 SARAN.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang masalah

Agama mengemban fungsi memupuk persaudaraan.


Walaupun  fungsi tersebut telah dibuktikan dengan fakta-fakta konkrit dari
zaman ke zaman, namun disamping fakta yang positif itu terdapat pula
fakta yang negatif, yaitu fakta perpecahan antar manusia yang
kesemuaannya bersumber pada agama. Perpecahan tidak akan terjadi
jikalau tidak ada konflik (bentrokan) terlebih dulu. Lebih lanjut secara
sepintas telah disoroti pula masalah perpecahan dalam konteks krisis
kewibawaan agama. Demikian pun dijabarkan juga masalah bentrokan
(konflik) antara agama dan ilmu pengetahuan, meskipun hanya secara
singkat.
SARA adalah merupakan singkatan dari Suku agama dan Ras antar
Golongan serta adat istiadat. Keempat hal tersebut adalah merupakan isu
penting jika dikaitakan dengan peristiwa pertentangan dan konflik dalam
masyarakat. Dalam suatu tatanan sosial masyarakat perbedaan antara suku
ras dan agama sangatlah majemuk dan beragam. keberangaman tersebut
sesungguhnya menjadi salah satu kekayaan tersendiri yag dimiliki oleh
negara Republik Indonesia.
Disisi lain isu SARA terkadang mendatangkan dampak negatif dan
bahkan berdampak pada terjadinya pertentangan dan konflik yng
berkepanjangan yang justru merugikan dan bahkan mengahambat laju
pembangunan. Secara khusus terdapatnya perbedaan Suku di Indonesia
disebabkan oleh karena  indonesia adalah merupakan negara yang terdiri
dari beberapa pulau yang memiliki karakter masyarakat, kebudayaan,
kebiasaan, adat istiadat dan kepercayaan yang berbeda. Kemajemukan
tersebut yang menjadi ciri khas dari negara kesatuan Republik Indonesia.
Dalam konteks wawasan Nusantara keterpaduan dan persatuan yang

4
terjalin menjadi wawasan nusantara mejadi kebanggaan tersendiri. Di
Indonesia terdapat Suku-suku diantaranya Bugis, Makasar, Menado, Jawa,
Sunda, Batak dan sebagainya.
Selain kemajemukan suku tersebut dengan karakteristik yang
berbeda juga terdapat kemajemukan dan perbedaan kepercayaan yang
dianut oleh maisng-masing kelompok atau suku tertentu. Di indonesia
terdapat lima macam agama yang diakui diantaranya Islam, Kristen,
Katholik, Hindu dan Buddha, dan terdapat beberapa jenis aliran
kepercayaan yang dapat dijalankan oleh pemeluknya di Negara Republik
Indonesia.
Disamping memiliki dampak positif dari kemajemukan tersebut,
disisi lain sesungguhnya sangat rentan untuk terjadi konflik pertentangan
antara suku, agama dan ras. Konflik tersebut harus di eliminir seminimal
mungkin agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. akan tetapi dari
keberagaman tersebut sejarah telah membuktikan bahwa telah terjadi
pertentangan dan konflik yang berkepanjangan yang dilatar belakangi oleh
isu SARA.

5
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

              
Konflik Di Indonesia.
Dalam hidup berbangsa, pembangunan konsensus seringkali tidak
mudah dicapai. Konflik adalah produk dinamika hubungan
antarkelompok, sama halnya dengan konsensus. Konflik dan konsensus
muncul bergantian dan sekaligus menandai dinamika hubungan antar
kelompok di dalam masyarakat.
Umumnya, konflik termanifestasi ke dalam dua bentuk. Pertama,
konflik yang berlangsung damai tanpa menyita cost material dan spiritual
seperti kerusuhan, kehilangan jiwa, cedera fisik, terputusnya hubungan
antarkeluarga dan sejenisnya. Konflik semacam ini sifatnya negosiatif dan
justru inheren bahkan dianjurkan dalam kehidupan bernegara, terutama
dalam praktek-praktek demokrasi liberal. Kedua, konflik yang berwujud
vandalistik dan violence. Konflik-konflik seperti ini yang kerap
menggelisahkan mayoritas masyarakat dan para pemimpin
Indonesia. Maka dalam hal ini penulis memberi judul makalahnya yaitu
“Makalah Konflik Di Indonesia”. Semoga Makalah ini dapat berguna
bagi pembaca dan para pelajar. 

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dirumuskan


permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.              Apa yang dimaksud SARA?
2.              Apa perbedaan suku dan ras agama?
3.              Apa saja tindakan-tindakan SARA?
4.              Apa contoh konflik yang ada di Indonesia secara umum?
5.              Bagaimana cara mengatasi konflik tersebut?
6.              Apa manfaat SARA bagi suku dan ras agama?

6
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1  PENGERTIAN SARA

Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan


pada sentimen identitasyang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan
atau kesukuan dan golongan. Dalampengertian lain SARA dapat di sebut
Diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yangtidak adil terhadap
individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini
disebabkan karena kecenderungan manusianuntuk membeda-bedakan yang
lain. SARA Dapat Digolongkan Dalam Tiga Katagori :
a.     Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara
yang dilakukan oleh individumaupun kelompok. Termasuk di dalam
katagori ini adalah tindakan maupun pernyataanyang bersifat menyerang,
mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri
maupungolongan.
b.    Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara
yang dilakukan oleh suatuinstitusi, termasuk negara, baik secara langsung
maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat
peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupunkebijakannya.
c.    Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos
tradisi dan ide-idediskriminatif melalui struktur budaya masyarakat.

2.2 PERBEDAAN SUKU DAN RAS PEMELUK AGAMA

Bahwa perbedaan suku dan ras berkat adanya agama bukan


menjadi penghalang untuk menciptakan hidup persaudaraan yang rukun
hal itu sudah terbukti oleh kenyataan yang menggembirakan dan hal itu
tidak perlu dibicarakan lagi. Yang menjadi masalah disini ialah, apakah

7
perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi
penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar umat manusia.
Khususnya apakah dalam satu Negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan yang menerima adanya agama yang berbeda-beda bukannya
membina dan memperkuat unsur penyebab yang lebih kuat untuk
menimbulkan perpecahan bangsa dan Negara itu.
Bahwa faktor ras itu sendiri terlepas dari agama sudah
membuktikan bertambahnya permusuhan dan pencarian jalan keluarnya,
dan kesemuannya itu menjadi bahan menarik dalam diskusi ilmiah
maupun dalam kalngan kaum politisi, adalah merupakan masalah yang
tetap actual yang tidak dijadikan sasaran dari pembicaraan kita sekarang
ini. Masalah itu telah menjadi bahan pembicaraan ilmiah dari  ilmu biologi
dan politik namun demi lebih jernihnya masalah yang kita bicarakan ada
satu hal sangat menarik dari kalangan sarjana biologi, perlu kita tampilkan
disini. Asumsi yang terkenal itu dan telah mengundang banyak sanggahan
yang gigi ialah dari Arthur de Gobineau, dalam karangannya yang menjadi
klasik “Essai sur I’negalite des races humaines, tahun 1853-1855. Asumsi
itu pada intinya menyatakan bahwa ras kulit putih merupakan ras tertinggi
bangsa manusia, dan bahwa ras itu dipanggil untuk membawakan obor
kemajuan di dunia ini dan bahwa ras yang bukan kulit putih ditakdirkan
untuk tidak dapat menhasilkan sesuatu yang yang berarti dalam bidang
kemajuan.
Kesombongan rasial itu bertumbuh mencapai klimaksnya dalam
pendirian bangsa Jerman bahwa bangsa itu merupakan  “manusia super”,
yang mendapat tugas di dunia ini dari kekuasaan ilahi, untuk
menghancurkan jenis ras yang lebih rendah. Patut disayangkan bahwa ilusi
congkak itu telah diwujudkan oleh regim Hitler dalam pembunuhan kejam
terhadap jutaan manusia dari suku bangsa Yahudi. Namun dalam
keseluruhan perbuatan anti rasial yang tak mengenal perikemanusiaan itu
tidak ditemkan unsurperbedaan agama sebagai dasar pertimbangannya.
Kebenaran asumsi akan lebih penuh bagi sekelompok bangsa yang
berpendirian bahwa setiap bangsa mempunyai agamanya sendiri.Misalnya;

8
agama Islam untuk bangsa arab, agama hindu dan budha untuk India,
agama jawa untuk bangsa jawa.
Contoh lain yang memperkuat pendirian mengenai situasi
konfliktual atas dasar perbedaan agama dan ras bersama-sama, dapat
dilihat dalam wilayah Negara Indonesia tersendiri. Suku bangsa aceh yang
beragama islam dan suku bangsa batak  yang beragama Kristen; kedua
suku itu hampir selalu hidup  dalam ketegangan, bahkan dalam
konfik  fisik (sering terjadi) yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Demikian pula suku Flores yang beragam katolik dan suku bali yang
memeluk agama hindu-bali hidup dalam jarak sosial yang kurang lancer.
Masalah suku dan agama yang merupakan bagian dari apa yang disebut
“SARA’’ itu belum ditangani oleh penelitian sosiologis. Yang perlu dicari
jawaban ilmiahnya ialah soal sejauh mana perbedaan suku dan agama
merupakan penghambat kesatuan nasional yang kuat.

2.3 TINDAKAN - TINDAKAN SARA

Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan


pelecehan yang didasarkanpada identitas diri dan golongan dapat
dikatakan sebagai tidakan SARA. Tindakan inimelecehkan kemerdekaan
dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia. Ketikaseseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku,
antargolongan,kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi
fisik atau karateristik lainyang diduga merupakan dasar dari tindakan
diskriminasi. Diskriminasi langsung, terjadisaat hukum, peraturan atau
kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis
kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat
netral menjadidiskriminatif saat diterapkan di lapangan.

9
2.4 CONTOH MASALAH SARA SECARA UMUM DI NKRI

akhir-akhir ini muncul sebagai masalah yang dianggap menjadi


salah satu sebabterjadinya berbagai gejolak sosial di negara kita.
Perkelahian antara suku Madura dan sukuDayak di Kalimantan Barat,
perkelahian antara suku Makasar dan penduduk asli Timoryang kemudian
berkembang menjadi pergesekan antaragama Katolik dan
Islam,merupakan contoh peristiwa SARA (suku, agama, ras,
antargolongan) di negara kita.Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan suku
bangsa, maka masalah SARA merupakan hal biasa. Dalam masalah SARA
ada beberapa hal yang perlu dicermati adalah :
a.       Pertama, hubungan antara suku pribumi dan nonpribumi sampai saat
ini belumdapatdipecahkan, dan tetap menjadi pemicu potensial
timbulnya konflik sosial.
b.       Kedua, SARA muncul kembali sebagai faktor pendorong timbulnya
"nasionalisme daerah"berupa upaya memisahkan suatu wilayah
dari wilayah Republik Indonesia, meskipunmasalah ini secara
historis seharusnya sudah selesai ketika bangsa ini
memproklamasikanSumpah Pemuda 1928.
c.       Ketiga, ada gejala bergesernya sebab pemicu: timbulnya gejolak
sosial dari masalah SARAke masalah yang bersifat struktural.
d.       Keempat, seimbang antara suku dalam akses mereka pada sumber
alam.
e.       Kelima, pada tingkat makro lain seperti belum terciptanya birokrasi
yang secara politisnetral.
Perspektif seperti ini akan melihat masalah sebenarnya yang kini dihadapi
bangsa ini,karena SARA hanya merupakan limbah masalah dasar itu serta
wahana mobilisasimasyarakat guna menarik perhatian pemerintah untuk
menyelesaikan masalah dasartersebut. Indonesia memang perlu perubahan
apabila ingin memasuki abad ke-21 denganutuh sebagai suatu bangsa.

10
Singapura danMalaysia adalah negara multietnik dan multibudaya,
namun hubungan antaretnik relatif harmonis. Hipotesis saya, karena
Pemerintah Malaysia dan Singapura -bersertaaparaturnya- termasuk
pemerintahan yang bersih, baik dari segi ekonomi maupun politik.Karena
aparatur kedua pemerintahan itu bersih, maka keadilan pun terjamin.Masih
sulit untuk mengatakan bahwa kita telah memiliki suatu pemerintahan
yang bersih.Akibatnya, keadilan sulit dicapai.Sekelompok etnik tertentu,
yang bekerja sama denganaparatur negara yang tak bersih, mampu lebih
cepat memanfaatkan kesempatan yangdiciptakan pemerintah. Hal ini
kemudian menimbulkan masalah SARA atau sikap antiterhadap suku
tertentu. Tapi kita perlu memahami bahwa masalah tersebut muncul
karenakelompok etnik itu mengalami political insecurity dalam
masyarakat, sehingga merekaperlu mencari security melalui aliansi dengan
aparatur pemerintah yang mengalamieconomic insecurity. Gejala menarik
yang terjadi di negara kita, adanya satu birokrasi yangmerupakan bagian
suatu organisasi sosial politik (orsospol). Ketidaknetralan birokrasi
itudapat memancing ketegangan sosial yang manifestasinya adalah pada
tindakan SARA.Contohnya, beberapa gejolak sosial pada Pemilu 1997,
seperti terjadi di Pekalongan.Dalam hal ini, kita dapat mendeteksi adanya
political insecurity di kalangan aparatur, yaknitakut kehilangan jabatan
apabila orsospol tertentu kalah. Political insecurity itu
seringdimanifestasikan dalam tingkah laku yang bersifat overakting, yang
dapat menimbulkanreaksi keras dari orsospol lain, yang pada akhirnya
menimbulkan tindakan SARA.Bagaimanapun, SARA adalah bagian dari
bangsa dan negara Indonesia. Kita tak dapat menghindar dari masalah ini.

11
             2.5 STRATEGI PENANGANAN KONFLIK

Cara Mengatasi Konflik


Adapun cara mengatasi konflik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
Mempelajari penyebab utama konflik.
Memutuskan untuk mengatasi konflik
Memilih strategi mengatasi konflik (Hunsaker,2003)
Menghilangkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik
di suatu wilayah              
 Menguatkan ideologis nasionalis sebagai bangsa yang sama
dan negara yang sama.
 Pembauran alami dan sistematis dalam pengawasan ketat
berfasilitas kesamaan kultur.
 Pembauran religius dan kekeluargaan dalam bentuk
perkawinan silang.
 Lima Strategi Untuk Mengatasi Konflik dalam lima
kemungkinan.
Pemaksaan hanya cocok dalam situasi-situasi tertentu untuk
melaksanakan perubahan-perubahan penting dan mendesak.
Pemaksaan dapat mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan
terbuka dan tersembunyi (sabotase). Avoding (Penghindaran)
berarti menjauh dari lawan konflik. Penghindaran hanya cocok
bagi individu atau kelompok yang tidak tergantung pada lawan
individu atau kelompok konflik dan tidak mempunyai kebutuhan
lanjut untuk berhubungan dengan lawan konflik. Compromissing
(Pengkompromian) berarti tawar menawar untuk melakukan
kompromi untuk mendapatkan kesepakatan. Tujuan masing-
masing pihak adalah untuk mendapatkan kesepakatan terbaik yang
saling menguntungkan.

12
Pengkompromian akan berhasil bila kedua belah pihak saling
menghargai, dan saling percaya. Kepuasan diri-
sendiri, Collaborating berarti kedua pihak yang berkonflik kedua belah
pihak masih saling mempertahankan keuntungan terbesar bagi dirinya atau
kelompoknya saja. Smoothing (Penghalusan) atau conciliation berarti
tindakan mendamaikan yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dan
menghindarkan rasa permusuhan terbuka tanpa memecahkan dasar
ketidaksepakatan itu.Conciliation berbentuk mengambil muka (menjilat)
dan pengakuan Conciliation cocok untuk bila kesepakatan itu sudah tidak
relevan lagi dalam hubungan kerja sama.

13
BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Konflik sebagai kategori sosiologis bertolak belakang dengan


pengertian perdamaian dan kerukunan. Yang terakhir ini merupakan hasil
dari proses assosiatif, sedangkan yang pertama dari proses dissosiatif
Proses assosiatif adalah proses yang mempersatukan; dan proses
dissosiatif sifatnya menceraikan atau memecahkan. Fokus kita tertuju
kepada masalah konflik atau bentrokan yang berkisar pada agama. Dalam
konteks ini konflik sebagai fakta sosial melibatkan minimal dua pihak
(golongan) yang berbeda agama, bukannya sebagai konstruksi khayal
(konsepsional) melainkan sebagai fakta sejarah yang masih sering terjadi
di zaman sekarang. Misalnya: bentrokan antara umat Kristen Gereja Purba
dengan umat Yuhudi, benturan umat Kristen dengan penganut agama
Romawi (agama kekaisaran) dalam abad pertama sampai dengan ketiga.
Dalam penyorotan sekarang ini kita hanya ingin mengkhususkan pada
suatu sumber bentrokan saja, yaitu : perbedaan iman. Dan berkaitan
dengan iman juga perbedaan mental setiap umat beragama. Bahwa
perbedaan iman (dan doktrin) de facto menimbulkan bentrokan tidak perlu
kita persoalkan, tetapi kita menerimanya sebagai fakta dan mencoba untuk
memahami, dan mengambil hikmahnya. Semua pihak umat beragama
yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing terutama dari
benturan itu.   
Faktor-faktor penyebab konflik diantaranya perbedaan doktrin dan
sikap mental, perbedaan suku dan ras beragama dan perbedaan tingkat
kebudayaan. Perbedaan iman menimbulkan bentrokan yang tidak perlu
kita persoalkan, tetapi kita menerimanya sebagai fakta dan mencoba untuk
memahami dan mengambil hikmahnya.

14
Adapun strategi untuk mengatasi konflik yang ada, harus adanya
kesepakatan dari kedua belah pihak untuk saling menghargai dan saling
percaya.

3.2 SARAN

Saran dari saya adalah di jaman sekarang ini, seharusnya perbedaan


SARA tidak lagi di pentingkan karena kita dapat berkerjasama dengan berbagai
suku, ras, agama, dan adat istiadat dengan efektif dan tidak hanya dari satu ras,
dll. Dari perbedaan itu, justru kita dapat lebih kreatif dan membuat wawasan kita
menjadi jauh lebih luas.

15

Anda mungkin juga menyukai