Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
A. Analisis Kebijakan
dikatakan sebagai suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk
tentang dan di dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan adalah awal, bukan
akhir, dari upaya meperbaiki proses pembuatan kebijakan. Selain itu analisis
empirik dalam arti penilaian yang dilakukan tidak boleh hanya bersifat
spekulatif hipotetif, melainkan mesti diuji atau dikeluarkan dengan data atau
pemilihan kita terhadap alternatif yang paling tepat atau baik, maka kita harus
bersikap tidak memihak atau bias terhadap salah satu alternatif. Maksudnya,
dalam penelitian ini adalah analisis kebijakan yang efektif dalam mengatasi
1. Pendekatan empiris
Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai
sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik tertentu. Disini
pertanyaan utama bersifat faktual (apakah sesuatu ada) dan
macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Analis
misalnya, dapat mendeskripsikan, menjelaskan, atau meramalkan
pengeluaran publik untuk kesehatan, pendidikan, atau jalan-jalan
raya.
2. Pendekatan valuatif
Pendekatan valuatif terutama ditekankan pada rekomendasi
serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah publik. Disini pertanyaannya berkenaan dengan
nilai (berapa nilainya) dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat
valuatif. Sebagai contoh, setelah memberikan informasi deskriptif
mengenai berbagai macam kebijakan perpajakan.
3. Pendekatan normatif
Pendekatan normatif ditekankan pada rekomendasi serangkaian
tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-
masalah publik. Dalam kasus ini, pertanyaannya berkenaan
dengan tindakan (apa yang harus dilakukan) dan tipe informasi
yang dihasilkan bersifat preskriptif.
Dunn (2000:117-122) ada tiga bentuk atau model analisis kebijakan, yaitu
1. Model prospektif
Berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi
kebijakan dimulai dan diimplementasikan cenderung menciri cara
beroperasinya para ekonom, analis sistem, dan peneliti operasi.
Analis prospektif acapkali menimbulkan jurang pemisah yang
besar antara pemecahan masalah yang diunggulkan dan upaya-
upaya pemerintah untuk memecahkannya.
2. Model retrospektif
Penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan
dilakukan mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan
oleh tiga kelompok analis:
a. Analis yang berorientasi pada disiplin
Pada analis ini jarang menghasilkan informasi yang secara
langsung bermanfaat untuk merumuskan pemecahan atas
masalah-masalah kebijakan, terutama karena variabel-variabel
yang paling relevan bagi penguji-penguji teori ilmiah umum
juga jarang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan untuk
melakukan manipulasi kebijakan.
b. Analis yang berorientasi pada masalah
Para analis yang berorientasi pada masalah kurang menaruh
perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori yang
dianggap penting di dalam disiplin ilmu sosial, tetapi lebih
menaruh perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang
dapat dimanipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk
mengatasi masalah. Analis yang berorientasikan pada masalah
jarang menyajikan informasi mengenai tujuan dan sasaran
kebijakan yang spesifik dari para pembuat kebijakan.
c. Analis yang berorientasi pada aplikasi
Menerangkan sebab dan konsekuensi kebijakan-kebijakan dan
program publik, tetapi tidak menaruh perhatian terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori dasar. Melakukan
identifikasi tujuan dan sasaran kebijakan dari para pembuat
kebijakan dan pelaku kebijakan. Informasi mengenai tujuan-
tujuan dan sasaran kebijakan memberi landasan bagi
pemantauan dan evaluasi hasil kebijakan yang spesifik, yang
dapat digunakan oleh praktisi untuk merumuskan masalah-
masalah kebijakan, mengembangkan alternatif kebijakan baru,
dan merekomendasikan arah tindakan untuk memecahkan
masalah.
16
3. Model integratif
Model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini kerap
disebut sebagai model komprehensif atau model holistik, karena
analisis dilakukan terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan
yang mungkin timbul baik sebelum maupun sesudah suatu
kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini biasanya
melibatkan teknik-teknik peramalan dan evaluasi secara
terintegrasi.
Maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model retrospektif
yaitu analis yang berorientasi pada aplikasi, karena kebijakan yang akan
B. Kebijakan
adalah langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan yang
dihadapi. Konsep kebijakan dari Carl Freidrich dalam Wahab (2012:9) bahwa
kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh
tentang kebijakan yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka
yang mengambil keputusan yang menyangkut isi, cara atau prosedur yang
adanya silang pendapat dari para ahli. Namun dari beberapa pendapat
kebijakan publik sebagai “is what ever government chose to do or not to do”
(apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan).
Hal ini disebabkan karena “ sesuatu yang tidak dilakukan” oleh pemerintah
publik yaitu
adalah:
19
Oleh karenanya dalam terminologi ini, kebijakan publik yang dilakukan oleh
tertentu.
20
Maka kebijakan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah suatu pilihan
yang baru.
Wahab (2007: 40) menyatakan bahwa isu yang masuk dalam agenda
berikut:
Oleh karena itu, seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh kebijakan
Namun merumuskan masalah publik yang benar dan tepat tidaklah mudah
22
karena sifat masalah publik yang sangat kompleks. Karena itu perlu
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi saling terkait antara satu
Peramalan dapat menguji masa depan yang potensial, dan secara normatif
mengurangi resiko yang lebih besar. Pada tahap ini juga dilakukan
yaitu:
Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan monitoring agar kesalahan-
kembali masalah. Contoh bagus dari evaluasi adalah tipe analisis yang
26
Perumusan Masalah
(Penyusunan Agenda)
Forecasting (Formulasi
Kebijakan)
Rekomendasi
Kebijakan (Adopsi
Kebijakan)
Monitoring Kebijakan
(Implementasi
Kebijakan)
Evaluasi Kebijakan
(Penilaian Kebijakan)
waktu tertentu seperti kebijakan masa Orde Baru, Reformasi dan Orde Lama.
pada setiap tahap, mulai tahap penyaringan dari isu mana yang akan masuk
dan diproses dalam agenda kebijakan hingga ke tahap penilaian dari suatu
penyaringan isu, ada kriteria pemilihan strategi, ada kriteria evaluasi, dan ada
kriteria rekomendasi.
29
Isu-isu yang masuk dalam agenda kebijakan, pertama adalah isu yang
dalam masyarakat.
c. Kriteria rekomendasi
1. Kelayakan politik
2. Kelayakan ekonomi
antarpenduduk.
3. Kelayakan keuangan/biaya
4. Kelayakan administrasi
partisipasi.
5. Kelayakan teknologi
6. Kelayakan sosial-budaya
masyarakat.
secara khusus.
seperti keadilan, terjangkau, baik dari segi harga, maupun dari jarak
masyarakat.
d. Kriteria evaluasi
biaya (pengorbanan).
kriminalitas.
pengorbanan.
Maka kriteria kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kriteria
barang atau jasa yang tidak dapat diatur melalui pasar, baik dalam produksi
dan distribusi, maupun dalam penentuan harga. Ciri pokok dari public goods
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang
Satu terminologi lain yang agak mirip adalah barang kolektif. Bedanya,
sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu
komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh
komunitas tersebut. Maka barang publik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jalan-jalan yang ada di Kota Bandar Lampung, yang akan dianalisis
collective goods, yang dimasukkan sebagai salah satu dari empat macam
Kita bisa sepakat bahwa jalan merupakan fasilitas umum, public good, dan
tetapi, dapat kita bayangkan apabila terlalu banyak pengguna jalan yang
memakai satu jalan di satu waktu maka dapat menyebabkan kemacetan lalu
lain untuk dapat mengambil manfaat jalan itu secara optimal yang biasa
disebut dengan Quasi Public Good. Hal inilah yang sering terjadi di Kota
ini adalah daya tampung ruas jalan yang tidak dapat menampung aktivitas
kendaraan pada jam puncak, dan banyaknya ruas jalan yang digunakan
D. Pembangunan Daerah
pembangunan yang ada di daerah baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun dilakukan oleh pemerintah daerah. Bila disimak dari pengertian tersebut
termasuk maupun yang tidak termasuk urusan rumah tangga daerah yang
meliputi berbagai sumber pembiayaan, baik yang berasal dari Pemerintah (APBD
dan APBD) dan yang bersumber dari masyarakat. Kegiatan pembangunan yang
Daerah Tingkat II dan Pemerintah Desa sebagai pelaksana asas desentralisasi dan
tugas perbantuan.
Usaha Milik Negara, (b) Badan Usaha Milik Daerah dan kegiatan masyarakat
bersangkutan terhadap pusat. Di samping itu besarnya APBD suatu daerah juga
akan berarti besar pula tingkat pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat.
sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
dari tahap-tahap yang disatu pihak bersifat independent akan tetapi di pihak lain
merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir. Banyak cara yang
yaitu pembangunan jalan layang (fly over), pengembangan dan pelebaran jalan
Bandar Lampung.
Dunn (2000:441) menyatakan bahwa jalan raya merupakan barang publik yang
konsekuensi bahwa kinerja pembangunan ini dapat dinilai dari perspektif yang
diterima. Diperlukan skala prioritas untuk menentukan usulan mana yang paling
sarana ini tidak hanya orientasikan pada pembangunan jalan baru dan perlebaran,
antar satu kepentingan dengan kepentingan yang lain. Labih jauh Bruton
Menurut Yunus (2000:142) adapun sistem pola jaringan jalan terdiri dari tiga
macam yaitu :
a. Menurut peran pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari:
1. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
kota.
di dalam kota.
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan
3. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
masuk dibatasi.
1. Jalan arteri primer yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan
pengaruhnya.
kedua dengan kota jenjang kedua yang lain atau ruas jalan yang
ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan
persil, kota jenjang kedua dengan persil serta ruas jalan yang
kedua.
ketiga.
42
perumahan.
primer berupa jalan nasional dan jalan propinsi, sedangkan pemerintah daerah
kabupaten/kota.
Menurut Morlok (1995:684) bahwa jenis-jenis jaringan jalan yang ideal untuk
kawasan perkotaan antara lain: (1). Jaringan Jalan Grid (pola segiempat), (2).
Jaringan Jalan Cincin Radial (pola cincin terpusat), (3). Jaringan Jalan Delta (
pola segitiga), (4). Jaringan Jalan Radial (pola terpusat), (5). Jaringan Jalan
Spinal (pola menjari), dan (6). Jaringan Jalan Heksagonal (pola segienam).
Terdapat sejumlah jalan Kabupaten/kota yang berada di dalam wilayah Desa atau
digunakan oleh lalu lintas lokal. Hal ini dapat digunakan untuk melakukan
dalam perencanaan kota ini akan menentukan pola pergerakan berbagai sub
berarti membangun sistem. Lebih dari itu bangunan sistem yang disusun
merupakan bangunan sistem yang juga terpadu, yang terdiri dari : sistem
koperasi angkutan publik terpadu dan juga sistem kontrol kendaraan terpadu.
atas maka golongan jalan yang ada di Kota Bandar Lampung digolongkan ke
dalam jalan kolektor yang akan diwujudkan menjadi jalan arteri. Jenis jaringan
Tahun 2000 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan dirubah
yang akan mengarah kepada kemajuan daerah serta negara pada umumnya.
Pada era otonomi daerah, pengalokasian dana untuk kegiatan pembangunan lebih
banyak ditentukan oleh daerah yang berasal dari PAD (Pendapatan Asli Daerah),
Dana Perimbangan (DAU dan DAK) maupun Dana Pinjaman Daerah. Dana
Alokasi Khusus (DAK) terdiri dari dua blok yaitu alokasi dana untuk
pendidikan, kesehatan dan pertanian berada pada blok DAK Non Reboisasi.
Namun DAK masih bersifat sektoral dan hanya untuk daerah yang paling
45
membutuhkan. Jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang akan diberikan kepada
sebaliknya pembiayaan sektor transportasi dari pajak dan retribusi daerah yang
terdapat 3 (tiga) tugas yang diemban oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
dan Pengawasan Dalam Draft RPP tentang jalan yang diajukan merupakan
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh kota-kota
(congestion) pada ruas jalan raya terjadi saat arus lalu-lintas kendaraan meningkat
jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada (Meyer, 1984:1).
metoda efisien pada waktu yang sama, pada rute yang sama, pada tujuan yang
46
sama dan arena keinginan untuk melakukan perjalanan yang bersamaan. Masalah
kemacetan terutama dirasakan pada jam-jam sibuk, baik sibuk pagi hari maupun
jam sibuk sore hari. Yunus (2000:9) memaparkan akibat kemacetan yaitu,
sebagai berikut,
Kemacetan lalu lintas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemacetan yang
sering terjadi pada jam sibuk di jalan-jalan protokol Kota Bandar Lampung yaitu
4. Jl. Kartini
5. Jl. Sudirman
H. Kerangka Pikir
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kota
Bandar Lampung. Secara garis besar masalah utama penyebab kemacetan di Kota
Bandar Lampung adalah kurang lebarnya ruas jalan untuk menampung aktivitas
kendaraan pada jam puncak. Adapun faktor penyebab kemacetan ini adalah
sarana dan prasarana lalu lintas masih sangat rendah serta terbatas, terbatasnya
Kaki Lima (PKL) yang berjualan di trotoar sepanjang jalan protokol kota. Sesuai
Public Good Policy yang dipilih dari permasalahan diatas adalah kebijakan yang
tepat dan efektif untuk mengatasi kemacetan di jalan protokol Kota Bandar
Lampung terkait fungsional daya tampung ruas jalan dalam menampung jumlah
kendaraan pada jam sibuk maka diperlukan pembangunan yang tepat. Penelitian
kebijakan yang ada, (5) mengembangkan alternatif yang ada, (6) menyeleksi