Anda di halaman 1dari 18

BAB III PENERIMAAN UMPAN BALIK A.

Pengertian Dewasa ini


seseorang seringkali susah menerima umpan balik dari orang lain
dengan alasan berbagai macam mulai dari dirinya sendiri karena
kurang terbuka terhadap orang lain dan kurangnya pengenalan
terhadap diri Seseorang seringkali menganggap umpan balik sebagai
suatu ancaman terhadap dirinya sendiri sehingga muncul rasa tidak
senang atau kurang terbuka sendiri. terhadap suatu umpan balik yang
diberikan. Pemberi umpan balik berperan penting dalam memberikan
umpan baliknya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
melihat kondisi si penerima umpan balik. Bisakah ia menerima
umpan balik atau belum siap untuk menerima umpan balik tersebut ?.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan menerima umpan balik
baik umpan balik positif maupun negatif. Saat seseorang itu
menerima umpan balik negatif perlu dilakukan cara seseorang itu
menerima tanpa kemarahan, keegoisan dan menerima dengan hati
lapang dan berusaha untuk membuat umpan balik negatif menjadi
umpan balik positif. Begitu juga sebaliknya umpan balik positif
dijadikan acuan untuk mengarahkan seseorang tersebut ke arah
pribadi yang baik. Menurut Hutagalung (2007) umpan balik
merupakan suatu proses seseorang memberi tahu berdasarkkan
pengamatan dan perasaannya, tentang perilaku seseorang. Pada
umumnya umpan balik bertujuan untuk membantu perkembangan
pribadi seseorang

hal 37
demi kebaikan yang bersangkutan, yaitu memberikan informasi
konstruktif untuk menolong individu menyadari perilakunya. Tidak
jarang umpan balik digunakan untuk menyerang pribadi atau bahkan
untuk melecehkan pribadi seseorang. Umpan balik yang disampaikan
diterima negatif, atau diterima sebagai bersifat menyerang pribadi
ataupun menyinggung perasaan si penerima, maka hal ini berarti
umpan balik tidaklah efektif/tidak bermanfaat. Menurut Jhonson
(1981) kiat untuk pemberian umpan balik yang bersifat konstruktif
adalah: 1. Umpan balik yang diberikan tidak ditujukan pada penilaian
pribadi individu, melainkan pada perilakunya, yaitu mengacu pada
yang telah dilakukan oleh individu. 2. Pengungkapan umpan balik
dilakukan dalam bentuk deskriptif bukan evaluatif. Menunjuk pada
hal yang telah terjadi, hal ini di karenakan nilai dan norma kehidupan
yang dianut seseorang akan berlainan satu sama lain yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya budaya dan agama. 3. Umpan balik
atas hal yang terjadi dilakukan secara spesifik vaitu dengan batasan
waktu dan tempat tertentu. Hindari umpan balik yang bersifat
general/umum. 4. Berikanlah umpan balik sesegera mungkin, jangan
ditunda- tunda. Semakin ditunda, semakin kurang bermanfaat, dan
disisi lain memberikan kesan adanya "penumpukan dosa" atas
kesalahan perilaku yang dilakukan selama ini. 5. Perlu diperhatikan,
bahwa pada saat umpan balik diberikan sampaikanlah dengan
ungkapan berbagi perasaan bukan dengan nada nasehat ataupun
menggurui.

Hal 38
6. Umpan balik harus mengacu pada kepentingan penerima, bukan
pemberi. 7. Pemberian umpan balik tidak dilakukan secara bertubi-
tubi di luar batas kemampuan penerima untuk mencerna semua
umpan balik yang diterimanya. Menurut Hutagalung (2007) umpan
balik dapat diberikan secara langsung kepada individu yang
bersangkutan. Keuntungan dari pemberian langsung adalah pemberi
umpan balik dapat langsung melihat reaksi dari penerima. Di samping
itu yang menerima umpan balik dapat langsung mengetahui
pengamatan dan perasaan orang lain tentang perilaku dirinya.
Kenyataannya seringkali umpan balik secara langsung tidak diterima
dengan baik oleh penerima. Untuk itu seringkali pemberi umpan balik
menjadi kurang berani memberikan umpan baliknya secara langsung
kepada individu lain. Umpan balik juga dapat disampaikan secara
tidak langsung. yaitu dilakukan penyamaran dalam penyampaian
kata-katanya. Misalnya seseorang terlihat terlalu gemuk maka yang
disampaikan kepada yang bersangkutan adalah bahwa individu
tersebut tampaknya kurang langsing. Umpan balik yang disampaikan
secara samar-samar ini menjadi kurang bermanfaat jika penerima
tidak menyadari makna yang terkandung dari deretan kata yang
disampaikan oleh pemberi umpan balik. Penyampaian umpan balik
secara tidak langsung ini tetap bermanfaat bagi individu lain.

Hal 39
B. Validitas Umpan Balik Menurut Hutagalung (2007) umpan balik
dari orang lain memang dapat meningkatkan pemahaman seseorang
tentang dirinya sendiri. Membuat seseorang sadar pada aspek-aspek
dirinya serta konsekuensi perilakunya yang mungkin tidak pernah
disadari sebelumnya oleh yang bersangkutan. Tidak semua umpan
balik dapat diterima sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman
diri penerima. Berbagai umpan balik yang kurang bermanfaat
cenderung bersifat menyerang atau menyinggung perasaan si
penerima umpan balik. Kata lain adalah tidak semua umpan balik
adalah valid (akurat). Seseorang harus dapat memilah-milah umpan
balik yang diterimanya dengan seksama. Menurut Hutagalung (2007)
kiat untuk menelaah validitas umpan balik secara cermat, yaitu: 1.
Dilontarkan lebih dari satu orang Seseorang menerima umpan balik
yang sama mengenai perilaku maupun penampilannya yang
diutarakan oleh lebih dari satu orang, maka yang bersangkutan harus
introspeksi diri berdasarkan umpan balik yang di terimanya. 2.
Pengritik tahu banyak tentang hal yang di umpan balik. Seseorang
menerima umpan balik atas keberadaan dirinya dari seseorang yang
mempunyai pengalaman ataupun ahli/pakar dalam bidangnya.
Seyogyanya yang bersangkutan menyikapi umpan balik yang
diberikan sebagai sesuatu yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman mengenai dirinya, dan apabila diperlukan mau
melakukan perubahan diri berdasarkkan masukan yang diterima.

Hal 40
3. Apakah ukurannya jelas dan masuk akal? Umpan balik yang
diterima harus jelas tolak ukurnya dan masuk akal. Misalnya
seseorang menerima umpan balik bahwa dirinya harus menghormati
tuan rumah dengan memakan sajian yang telah dihidangkannya.
Padahal makanan itu merupakan makanan yang diharamkan oleh
agama yang dianutnya. Dalam hal ini penerima umpan balik dapat
menolaknya secara baik dan tidak perlu mengikuti umpan balik yang
disampaikan sebelumnya.Penolakan terhadap umpan balik dilakukan
karena tolok ukur untuk hidangan makan misalnya dengan maksud
menghormati tuan rumah tidak sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Tuhan lebih tinggi di atas segalanya, termasuk diatas
ketersinggungan tuan rumah sebagai reaksi dari penolakan penerima
umpan balik untuk tidak mau menyantap hidangan yang di sajikan.
Penolakan terhadap umpan balik dalam contoh ini terjadi karena
umpan balik yang diberikan tidak jelas tolok ukurnya. Demikian juga
jika penerima umpan balik adalah penderita kolesterol tinggi, maka
yang bersangkutan dapat menolak hidangan yang berkalori tinggi.
Seperti daging kambing, dan tidak perlu gusar akan menyinggung
perasaan tuan rumah. Penerima umpan balik dapat melakukan
penolakan tersebut karena tolok ukur untuk menerima umpan balik
agar menyenangkan hati tuan rumah tidak masuk akal. Disisi lain
yang bersangkutan harus mengorbankan kesehatan dirinya sendiri
yang mungkin dapat berakibat kematian pada dirinya sendiri.

Hal 41
4. Benarkah ditujukan kepada saya? Saat menerima umpan balik dari
orang lain, pikirkan dulu ecara matang dan cermat apakah betul
umpan balik itu untuk saya? Mungkin saja umpan balik yang
disampaikan sebenanya adalah kekesalan seseorang akan hal yang
sedang "melekat" pada diri penerima umpan balik (agenda
terselubung).Contoh seseorang mengalami trauma pada warna hijau
karena wama itu terkait dengan suatu peristiwa tragis yang permah
dialaminya.Maka ketika ada orang lain mengenakan wama hijau,
orang yang trauma mungkin saja akan memberikan umpan balik
bahwa warna hijau tidak sesuai dengan warna kulit orang yang
memakainya. S. Perlukah saya bereaksi terhadap umpan balik
Perlukah seseorang beraksi terhadap umpan balik yang diterimanya?.
Dalam hal ini bukan perlu atau tidaknya suatu umpan balik itu
direspons, namun yang penting cara penerima menyikapi umpan balik
yang diterimanya. Umpan balik seperti diketahui ada yang bermanfaat
(positif) dan ada pula yang undneje menyinggung bersifat menyerang
perasaan penerimanya (negatif). Menurut Hutagalung (2007) cara
untuk menyikapi umpan balik vang diberikan orang lain terhadap
keberadaan diri adalah: a. Menyikapi umpan balik positif Umpan
balik positif adalah upaya dari luar diri penerima yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap diri penerima tentang
dirinya sendin. Seseorang menerima umpan

Hal 42
balik seperti ini, seyogyanya penerima menerima umpan balik dengan
lapang dada. b. Menyikapi umpan balik negatif Umpan balik negatif
cenderung menyerang ataupun menyinggung perasaan penerimanya.
Cara untuk menyikapi uman balik negatif: 1) Sebagai humor yaitu
tidak perlu disikapi terlalu serius apalagi sampai dimasukkan dalam
perasaan hati yang mendalam 2) Diam, peribahasa menyatakan "air
yang beriak tkita tak dalam" yang berarti orang yang banyak bicara
mempunyai ilmu yang dangkal. Diam dalam menyikapi umpan balik
yang negatif, berarti bahwa umpan balik yang diterima tidak perlu
ditanggapi secara emosional.Diterima atau tidak dengan dasar
pemikiran bahwa adalah hak setiap orang untuk menyampaikan
pendapatnya terhadap suatu hal. 3) Menerima umpan balik dengan
berupaya untuk menerima kebenarannya. Berusaha untuk senantiasa
berpikiran positif bahwa sejelek apapun suatu umpan balik
disampaikan pastilah ada mamfaat yang terkandung didalamnya yang
berguna untuk peningkatan pemahaman diri, kini dan dimasa datang.
Sebaik apapun manusia telah menjaga perilakunya, namun sebagai
mahluk ciptaan Tuhan, manusia tetaplah pribadi yang jauh dari
kesempumaan 4) Mengajukan pertanyaan secara spesifik. Yaitu
berupaya untuk meyakinkan diri bahwa umpan balik yang diterima
adalah kebenaran yang ditujukkan kepada dirinya, dan berusha untuk
mengetahui tolak ukur dan nalar dari umpan balik tersebut.

Hal 43
C. Syarat-Syarat Pemberi Umpan Balik Telah dibahas sebelumnya
mengenai umpan baik, tuin efektivitas, validitas maupun kiat untuk
menyikapi umpan balik yang diterima baik positif maupun negatif.
Dengan didasar pemahaman bahwa pemberian umpan balik adalah
untuk menolong orang agar lebih memahami dirinya sendiri. Perlu
juos dimengerti syarat-syarat yang perlu dipahami serta dimiliki oleh
individu yang akan memberikan umpan balik agar yang disampaikan
dapat bermanfaat. Menurut Hutagalung (2007) bahwa syarat-syarat
pemberian umpan balik yang dimaksud adalah: 1. Respek Respek
yaitu menghargai orang lain, membuat mereka merasa penting,
membuat orang lain merasa diperhatikan dan dihargai. Pemberi
umpan balik dalam memberikan umpan baliknya harus tetap
memosisikan diri sebagai seorang pribadi, dengan segala kelemahan
dan kekuatan yang dimilikinya. 2. Empati Kemampuan untuk
membayangkan dan menyadari perasaan diri sendiri bila berada di
posisi lawan bicara (put your self in youur custemor shoes). Empati
juga mengandung arti mengatakan perasaan diri sendiri berdasarkan
pengamatan dan perasan pribadi, menceritakan pengalaman yang
sama dengan yang dialami oleh lawan bicara, dan berusaha menjadi
cermin bagi lawan bicara. 3. Jujur Jujur dalam konteks pemberi
umpan balik adalah bahwa bila seseorang terbuka dengan orang lain,
maka merekapun tidaklah

hl 44
segan untuk membuka diri dan berbagi dengan lawan bicaranya. Perlu
dipahami bahwa dalam kejujuran dan keterbukaan yang dilakukan ada
batasan-batasannya.Bahwa kejujuran dan keterbukaan manusia tidak
ada yang absolut. Untuk itu dalam menjaga kejujuran dan
keterbukaan, perlu dipertimbangkan banyaknya pembicaraan yang
dilakukan, kedalaman pembicaraan, waktu, dengan siapa pembicaraan
dilakukan, dan dimana dilakukan serta rasa terlibat. Tujuan umpan
balik adalah meningkatkan pemahaman diri orang lain serta perasaan
bahwa dirinya dicintai, dihargai, bahwa dirinya mampu dan berharga.
D. Menanggapi Masalah Orang Lain Menurut Hutagalung (2007)
Satu hal yang perlu diingat dan disadari oleh pemberi umpan balik
bahwa pemecahan suatu masalah hanya dapat dipecahkan oleh orang
yang bermasalah itu sendiri. Orang yang berkepentingan terhadap
suatu masalah lah yang harus membuat pilihan ataupun keputusan
tentang hal yang akan diperbuatnya untuk mengatasi pernmasalahan
yang dihadapinya. Sementara individu diluar orang yang bermasalah
hanya memberikan pendapat untuk solusi dari permasalahan
berdasarkan pemahaman, pengetahuan maupun pengalaman yang
dimilikinya. Jadi pemberi umpan balik tidak boleh memaksakan
ataupun melakukan intimidasi atas pendapatnya terhadap orang yang
mempunyai masalah. Pemberi umpan balik melakukan pemaksaan
ataupun intimidasi atas pendapatnya terhadap orang lain, maka hal ini
akan dapat

hal 45
menimbulkan konflik dalam hubungan diantara kedua pelaku
komunikasi, yang dapat mengakibatkan stres di kedua belah pihak
Carkhuff (1973) menyatakan bahwa ada lima macam taraf yang
lazimnya terjadi pada saat seseorang pemberi umpan balik
berinteraksi degan penerima umpan balik: 1. Dalam tanggapan taraf 1,
pemberi umpan balik sama sekali tidak menangkap pesan yang
disampaikan oleh penerima umpan balik berikut perasaan-perasaan
yang dicoba untuk seorang ibu melalui Misalnya diungkapkan pesan.
mengeluhkan keadaan anaknya yang susah untuk dinasehati dan yang
bersangkutan telah kehilangan akal untuk mendekati anaknya
tersebut. Orang yang dijadikan tempat curahan hati menanggapi
keluhan dengan mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dicemaskan
sebab ia sendiri pernah mengalami hal yang sama dan ternyata tidak
apa-apa untuk keadaan anaknya. Pada situasi ini jelas terlihat pemberi
umpan balik tidak menangkap dan menanggapi keprihatinan yang
diungkapkan oleh ibu yang bermasalah. 2. Tanggapan taraf 2,
pemberi umpan balik memberikan solusi pemecahan masalah tanpa
terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada orang yang
mengungkapkan isi hatinya sampai tuntas dan puas. Dengan kata lain
pemberi umpan balik memaksakan pendapatnya untuk bermasalah
untuk memecahkan masalah orang lain. Seperti dalam contoh diatas,
sesudah mendengar secara sepintas atas keluhan yang disampaikan,
pemberi umpan balik langsung menyarankan agar ibu yang
bermasalah untuk melakukan hukuman atas setiap

hal 46
ketidaktaatan yang dilakukan anaknya. "..., wah bu kalau saya punya
anak seperti itu pasti sudah saya pukul agar dia nurut". 3. Tanggapan
taraf 3, pemberi umpan balik mulai mampu menangkap pesan
maupun perasaan yang disampaikan oleh orang yang bermasalah
selama pembicaraan berlangsung. Masih merujuk pada contoh diatas,
pemberi umpan balik mengatakan bahwa ia memahami dan dapat
mengerti akan kebingungan dan keputusasaan ibu yang bermasalah
menghadapi anaknya tersebut. 4. Tanggapan taraf 4, pemberi umpan
balik tidak hanya dapat secara tepat menangkap pesan maupun
perasaan orang lain, namun juga mulai mampu menyentuh kebutuhan
dan hasrat orang yang bermasalah untuk mengubah situasi yang
memperihatinkan bagi dirinya itu. Misalnya pemberi umpan balik
akan mengatakan bahwa ibu yang bermasalah disamping melakukan
curahan hati tentunya juga ingin tahu cara mendekati anak yang
sulit/tidak mau mendengarkan nasihat orang tuanya. 5. Tanggapan
taraf 5, pemberi umpan balik memberikan tanggapannya sesudah
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan
keluh kesahnya secara tuntas. Bersama dengan orang yang mengalami
masalah, pemberi umpan balik mulai menyusun langkah-langkah
untuk mengatasi masalah yang ada. Menurut Carkhuff (1973) pada
umumnya tanggapan pada taraf 1 dan 2 akan mengakibatkan kerugian
dalam proses hubungan komunikasi antara dua pihak yang
berinteraksi, karena dapat

hal 47
mengakibatkan orang yang mempunyai masalah menutup diri
Sementara pada taraf 3, situasi netral akan tercapai. Yaitu tidak
membuat proses komunikasi terhambat dan juga belum membuat
proses komunikasi menjadi lebih berkembang, namun cuk
memberikan kesan bahwa orang yang diajak berkomunikasi telak
mendengarkan permasalahan yang disampaikan kepadanya
Tanggapan pada taraf 4 dan 5 berakibat positif, karena menolong
orang lain untuk keluar dari permasalahannya. Menurut Carkhuff
(1973) Tanggapan taraf 3, 4, dan 5 termasuk pada yang disebut
sebagai mendengar secara aktif yaitu cara mendengarkan dan
memberikan tanggapan yang bertujuan untuk menunjukkan kepada
seseorang bahwa pesan maupun perasaan yang terkandung dalam
pesan 1elah diterima dengan baik oleh orang yang mendengarkan
pesan tersebut. Dalam kenyataannya mendengar dan menanggapi
pesan orang lain adalah pekerjaan yang tidak mudah. Disadari atau
tidak, akan selalu mucul intensi-intensi ataupun sikap tertentu selama
proses komunikasi berlangsung. Di antara intensi yang timbul itu ada
yang merugikan ataupun menghambat proses komunikasi. Menurut
Johnson (1981) ada lima intensi yang seringkali memengaruhi
tanggapan individu terhadap orang lain: 1. Menasihati dan
memberikan penilaian Nasihat dan penilaian mengomunikasikan
sikap evaluatif, kerektif, sugestif, ataupun moralistik. Secara implisit
penerima pesan ingin menyatakan hal yang seharusnya atau
sebaliknya takukan oleh pengarim pesan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Nasihat akan dapat bermanfaat bagi
pihak yang

hal 48
dinasihati jika diberikan pada saat yang tepat. Manakala tidak, bukan
manfaat menolong yang ditemukan, namun justru dapat menjadi
penghalang untuk membangun komunikasi yang lebih intim.
Tanggapan yang berisi nasihat-penilaian disebut dengan tanggapan
evaluatif. 2. Menganalisis dan menafsirkan Melalui analisis dan
penafsiran masalah yang dikemukakan oleh pengirim pesan, penerima
pesan menyampaikan perasaan dan pkitangannya untuk pemecahan
permasalahan yang ada. Dengan kata lain, penerima pesan
menyampaikan cara bagaimana seharusnya pengirim pesan melihat
permasalahannya. Secara umum, orang tidaklah terlalu senang jika
diberitahu orang lain secara detail, karena seakan-akan tindak
tanduknya disetir orang lain. Orang akan lebih senang jika dibukakan
wawasan atau pemikirannya, agar yang bersangkutan mampu berpikir
sendiri tentang cara untuk mengatasi permasalahannya. Tanggapan
yang berisi analisis dan penafsiran ini disebut tanggapan interpretatif.
3. Meneguhkan dan memberikan dukungan Tanggapan yang bersifat
memberikan dukungan menunjukan bahwa penerima pesan
bersimpati atas keadaan pemberi pesan. Saat dukungan diberikan
secara tergesa-gesa, maka akan timbul kesan bahwa penerima pesan
tidak serius dalam memberikan tanggapannya. Tanggapan yang
berisikan peneguhan disebut juga tanggapan suportif. 4. Menanyai
dan menyelidik Dalam keadaan ini, penerima pesan memberondong
pertanyaan kepada pemberi pesan. Hal ini menimbulkan kesan bahwa

hal 49
penerima pesan ingin tahu lebih banyak. Mengajukan pertanyaan
dapat menolong orang untuk lebih melengkapi data yang ad. namun
jika terlalu banyak akan membuat orang lain menutup diri karena
merasa dicurigai ataupun diinterogasi. Untuk itu ajukanlah pertanyaan
reflektif agar orang mau terus mengungkapkan dirinya Tanggapan
yang berisi pertanyaan disebut tanggapan menyelidik. 5. Memahami
Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan ha! yang
diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa penerima
pesan mempunyai intensi untuk memahami pikiran dan perasaan
pengirim pesan. Menurut Hutagalung (2007) Pada akhirnya perlulah
diperhatikan bahwa bila seorang individu ingin memahami masalah
yang dikemukakan orang lain dan menolongnya memecahkan
masalah yang dihadapi maka. 1. Individu harus benar-benar sadar
bahwa semua keinsafan, pemahaman, keputusan, pemecahan masalah
haruslah terjadi atau berlangsung dalam diri orang yang mempunyai
masalah. 2. Individu hanya dapat menolong orang yang bermasalah
jika kerangka acuan yang dipakai adalah kerangka internal, yaitu cara
pkitang orang yang bermasalah memkitang dan merasakan situasi
undnee masalah yang dihadapinya. Bukan menggunakan kerangka
eksternal, yaitu cara pkitang orang diluar pribadi yang bermasalah,
memkitang dan merasakan situasi yang dialami orang yang
bermasalah

hal 50
E. Teknik Relaksasi Menurut Hutagalung (2007) ketika pemberi
umpan balik melakukan penekanan/intimidasi kepada penerima untuk
menerima pendapat/nasehatnya, hal ini akan dapat memperburuk
hubungan komunikasi yang ada. Tidaklah menutup kemungkinan
akan juga menimbulkan stres pada kedua belah pihak apabila pesan
yang diterima dianggap sebagai ancaman. Secara refleks akan
membuat tubuh bersiap-siap untuk bertindak sebagai alat pertahanan,
yaitu melakukan sesuatu agar menurunkan jumlah rangsangan yang
ditangkap oleh panca indra. Misalnya seorang anak menghadapi
ibunya yang sedang mengomel, maka untuk melindungi diri dari
pesan yang bersifat mengancam dirinya, anak yang bersangkutan
dapat menutup kedua telinganya dengan tangan, atau mengalihkan
pkitangannya ke tempat lain dan bukan menatap wajah ibunya.
Dengan kata lain, panca indra harus dinonaktifkan atau diprogram
ulang, walaupun hanya untuk sementara waktu sehingga tubuh
mendapat sinyal baru untuk dapat tenang. Menurut Hutagalung (2007)
upaya menonaktifkan panca indra untuk sementara waktu dilakukan
melalui suatu teknik yang dikenal sebagai teknik relaksasi. Teknik ini
untuk menahan terbentuknya respons stres, terutama dalam sistem
saraf dan hormon. Diharapkan dengan menerapkan teknik ini, seorang
individu dapat pula terbantu untuk mencegah ataupun meminimalkan
gejala fisik akibat stres yang timbul sebagai salah satu konsekuensi
tubuh menerima pesan-pesan yang bersifat

hal 51
mengancam diri dalam upaya penyelesaian masalah kehidupan sehari-
hari. Teknik relaksasi berasal dari berbagai benua dan kebudayaan
yang ada sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Menurut Hutagalung
(2007) beberapa teknik relaksasi: 1. Teknik Relaksasi Fisik a.
Pernapasan diafragma Pernapasan diafragma sampai saat ini
merupakan metode relaksasi yang termudah. Metode ini mudah
dilakukan karena pernapasan itu sendiri merupakan tindakan yang
dilakukan individu secara normal tanpa perlu berpikir atau merasa
ragu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pernapasan diafragma
merupakan pernapasan yang pelan, sadar dan dalam. Perbedaan antara
pernapasan diafragma dan pernapasan normal adalah: pernapasan
normal mengguanakan dada bagian atas, sedangkan pemapasan
diafragma melibatkan gerakan sadar abdomen bagian b. Olahraga
Pada kebanyakan individu, olah raga merupakan cara yang naling
populer dan efektif dalam mengurangi stres. Pada dasarnya, olahraga
merupakan mengekspresikan tkita respons melawan atau menghindar.
Alasan cara Sue paling alami untuk pokok olahraga berfungsi sebagai
teknik relaksasi yang efektif la bahwa hormon stres yang dilepaskan
untuk metabolisme dalam respon melawan atau menghindar dipakai
untuk tujuan metabolik. Olahraga membentuk suatu kekebalan
terhadap stres

hal 52
yang akan menmperkuat organ-organ vital tubuh, seperti jantung dan
otot. 2. Teknik Relaksasi Mental Meditasi paling baik dideskripsikan
sebagai suatu peningkatan konsentrasi dan kesadaran, suatu proses
untuk menjernihkan pikiran dan hanyut dalam momen yang sedang
berlangsung. Temuan riset memunjukkan bahwa mereka yang secara
teratur melakukan meditasi memperlihatkan tkita-tkita kecemasan
yang lebih sedikit, kepercayaan diri dan pengendalian diri pribadi
yang baik, kemampuan untuk dapat tidur dengan lebih tenang
dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan meditasi.
Menurut Hutagalung (2007) Meditasi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu: a. Meditasi eksklusif Meditasi ini dikenal sebagai meditasi
konsentrasi, yaitu suatu metode meditasi yang mengharuskan individu
membatasi perhatian hanya pada satu pikiran. Pikiran tunggal ini akan
menjadi alat untuk mengusir semua pikiran lain dari benak pikiran.
Pikiran tụnggal selayaknya seperti angin sepoi-sepoi yang
menghembuskan awan hingga berlalu, dan menjadikan langit
berwarna biru jernih. Kekuatan dari pikiran tunggal ada pada
pengulangannya, yang memecah perhatian secara terus menerus,
seperti layaknya ombak di laut, sampai semua pikiran lain keluar.
Proses meditasi terbatas mengharuskan individu menutup pikiran,
terhadap semua pikiran, sensasi dan perhatian pada pikiran batin.
Pada kebanyakan kasus, meditasi eksklusif dipraktikkan dengan

hal 53
mata terpejam untuk mencegah teralihkannya pikiran akiba
penglihatan. b. Meditasi inklusif Teknik ini juga disebut sebagai
meditasi batin atau meditasi akses. Meditasi inklusif sangatlah mirip
dengan asosiasi bebas, yaitu pikiran yang menerawang tanpa tujuan.
Pada praktiknya saat meditasi inklusif dilakukan, benak pikiran bebas
menerima semua pikiran baik yang disadari ataupun tidak. Perlu
diingat bahwa semua pikiran yang masuk haruslah dipilih secara
obyektif dan tanpa adanya penilaian atau keterikatan emosional.
Akibat tidak adanya ikatan emosi maka benak pikiran individu akan
tampak seperti layar film yang lebar dengan pikiran sebagai
gambarnya, dan individu mengobservasi tanpa melakukan penilaian
ataupun analisis. Intinya, dengan melepaskan diri dari emosi,
seseorang akan membiarkan dinding ego diri runtuh untuk sementara,
sehingga yang bersangkutan dapat lebih terbuka terhadap ide-ide yang
mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam meditasi inklusif, mata biasanya terbuka, tetapi
tidaklah menjadi masalah jika metode relaksasi ini dilakukan dengan
memejamkan mata.

Anda mungkin juga menyukai