BAB II – Sepuluh tanda utama dari spiritualitas yang tidak sehat secara emosi
Tanda-tanda yang menunjukkan apakah seseorang sedang menderita suatu kasus parah dari
spiritualitas yang tidak sehat secara emosi:
1. Menggunakan Allah untuk lari dari Allah
Misalnya, melakukan hal-hal untuk Tuhan yang tidak Tuhan minta, melakukan pekerjaan
Allah untuk memuaskan diri, dan menampilkan semua perilaku Kristen agar orang
memandang diri kita baik
7. Merohanikan konflik
Orang Kristen yang sehat tidak menghindar dari konflik. Yesus merusak kedamaian
palsu di sekeliling-Nya dengan didorong dengan hasrat untuk membawa kedamaian
sejati.
BAB III – Penangkal yang radikal: kesehatan emosi dan kerohanian kontemplatif
Paulus melihat binatang yang tak terjinakan dalam dirinya, kekuatan yang mengacau, yang
sepertinya tidak terkontrol, dari natur berdosanya. Banyak dari kita yang tidak berani melihat ke
dalam dirinya sendiri. Ketika kesehatan emosi dan kerohanian kontemplatif saling terkait dalam
kehidupan individu, kelompok kecil, gereja, persekutuan kampus, atau komunitas, maka
kehidupan orang bisa diubahkan secara dramatis. Kedua hal ini bekerja sebagai penangkal untuk
menyembuhkan tanda-tanda spritualitas yang tidak sehat secara emosi. Selain itu, kedua hal ini
memberi sarana untuk secara tuntas mengalahkan si binatang di dalam kita dan budaya di luar
kita.
Kesehatan emosi terkait dengan kemampuan menyadari, mengenali, dan mengatur perasaan
sendiri, menempatkan diri dan memiliki belas kasihan aktif, menjaga hubungan yang dekat dan
bermakna, melepaskan diri dari pola yang merusak diri, peka terhadap dampak masa lalu,
menyatakan perasaan dan pikiran secara jelas, menghormati dan mengasihi orang lain,
menyelesaikan konflik secara dewasa, mengekspresikan secara tepat seksualitas dan sensualitas,
serta berduka dengan benar.
Kerohanian kontemplatif antara lain sadar dan berserah pada kasih Allah, mengatur diri untuk
bisa mengenal Allah, berkomuni dengan Allah, mempraktikkan kehidupan yang tenang dan
teduh, bersandar pada hadirat Allah, menemukan esensi sejati kita di dalam Allah,
mengembangkan ritme kehidupan yang seimbang dan harmonis, menerapkan praktik-praktik
kerohanian, hidup penuh komitmen dalam komunitas yang berhasrat kuat untuk mengasihi
Yesus.
Relasi kita dengan Allah adalah dua sisi dari koin yang sama. Jika kontemplasi kita atau
“kesatuan kasih kita dengan Allah” tidak menghasilkan kesatuan kasih dengan orang lain maka
kontemplasi kita itu tidak benar. Kontemplasi terkait dengan melihat Allah di seluruh wilayah
kehidupan. Sebaliknya, kesehatan emosi terkait dengan mengasihi sesama. Kesehatan emosi dan
kerohanian kontemplatif menawarkan tiga anugerah utama, yaitu:
● Anugerah untuk melambatkan diri agar dapat berefleksi supaya kita bisa mendengar
Allah dan diri kita.
Alasan mengapa kita perlu berhenti dan berada bersama Allah adalah agar kita bisa
menciptakan suatu kontinualitas dan kedekatan yang nyaman dari kehadiran Allah di
segala situasi. Tujuan kita adalah agar kita bisa mengasihi Allah dengan seluruh
keberadaan kita, secara konsisten sadar akan kehadiran Allah di sepanjang kehidupan
keseharian kita. Tekad untuk merenungkan dan bertumbuh dalam kesehatan emosi
membantu kita memahami tujuan dari kehidupan Kristen adalah untuk mengasihi dengan
benar.
● Anugerah untuk berfokus pada kasih Allah
Kesehatan emosi secara unik memposisikan kita untuk memahami “betapa lebarnya dan
panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan”. Oleh karena itu, kita bisa memiliki
pemahaman diri yang alkitabiah:
1. Saya menilai diri saya tinggi
2. Saya layak menegaskan kuasa yang Allah berikan pada saya
3. Saya berhak untuk ada
4. Keberadaan saya itu baik adanya
5. Saya memiliki identitas sendiri dari Allah
6. Saya layak dihargai dan diperhatikan
7. Saya berhak untuk mendapat sukacita dan kesenangan
8. Saya berhak membuat kesalahan dan tidak sempurna.
Allah tidak menolak atau menghukum kita karena bersikap jujur dan terbuka tentang
keseluruhan diri kita, tetapi Allah menerima dan mengasihi kita sebagaimana kita adanya.
Pemuridan yang menghasilka kesehatan emosi menegaskan bahwa saya bukanlah sebuah
mesin yang hanya “melakukan apa yang Allah suruh” tetapi manusia yang layak
diperhatikan dan mendapat istirahat.
Praktik kerohanian kontemplatif memampukan kita untuk menyelaraskan diri agar peka
terhadap kasih Allah yang berlimpah pada kita. Salah satu buah yang luar biasa dari
memfokuskan diri kita dalam kasih Allah yang berlimpah adalah Allah bisa memulihkan
gambaran kita tentang Dia yang sebenarnya. Pemulihan gambaran kita tentang Allah
memulihkan gambaran kita tentang diri kita sendiri.
Mengasihi dengan benar merupakan inti kehidupan Kristen. Kehidupan doa kontemplatif Yesus
yang mendalam bersama Bapa menghasilkan kebersamaan yang sungguh dengan orang lain.
Kemampuan untuk benar-benar mendengarkan dan memberi perhatian kepada orang merupakan
inti dari pelayanan-Nya.
Kita diciptakan dalam gambar Allah, demikian juga dengan semua orang lain di muka bumi.
Setiap orang layak dihormati. Agustinus mendefinisikan dosa sebagai tahap hidup “terkurung
dalam diri sendiri”. Memiliki hubungan yang benar dengan sesame menunjukkan kedewasaan
emosi. Di dalamnya, ada penyelesaian konflik yang sehat. Sebagaian besar orang Kristen sangat
buruk dalam menyelesaikan konflik. Ada 2 alasan yang menyebabkannya, yaitu kepercayaan
yang salah tentang tindakan pendamaian dan kurangnya pelatihan dan diperlengkapi dalam
bidang ini. Ketika kita menghindari konflik dan menyenangkan orang karena rasa takut maka
kita telah menjadi pembawa damai yang palsu. Kedamaian sejati tidak pernah dihasilkan melalui
cara seolah-olah melihat kesalahan sebagai kebenaran. Yesus menghancurkan kedamaian palsu
di sekelilingnya. Kita perlu belajar keahlian untuk menjadi pembawa damai sejati.
1. Berbicara dan mendengarkan
Komunikasi adalah inti dari semua relasi.
2. Menghormati hak asasi orang lain
3. Memeriksa asumsi untuk mencegah kesalahpahaman
4. Bersikap realistis terhadap harapan-harapan
Harapan-harapan hanya akan valid ketika mendapat persetujuan bersama.
5. Peka terhadap alergi emosi
Alergi emosi adalah reaksi kuat terhadap sesuatu yang pada saat itu juga mengingatkan
kita, secara sadar atau tidak, akan sebuah peristiwa pada masa lalu kita.
BAB X – Menuju langkah selanjutnya untuk mengembangkan sebuah “aturan hidup”
Kita dipanggil untuk mengatur kehidupan kita diseputar praktik dan disiplin rohani (aturan
hidup). Ini merupakan panggilan untuk mengatur hidup kita sebegitu rupa sehingga kasih Kristus
menjadi terutama dibanding segala sesuatu lainnya. Aturan hidup merupakan terali yang
membantu kita tinggal dalam Kristus dan menjadi lebih berbuah secara rohani. Aturan hidup
memberi struktur dan arahan bagi kita untuk secara sengaja memberi perhatian dan mengingat
Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Awal dan dasar dari setiap aturan ini adalah hasrat
untuk bisa bersama Allah dan mengasihi Dia. Memelihara sebuah kerohanian yang bertumbuh
secara mendalam di budaya kita masa kini memerlukan rencana yang dipikirkan, disadari, dan
disengaja bagi kehidupan rohani kita.
Ada 12 unsur untuk dipertimbangkan untuk mempertimbangkan “aturan hidup”, yaitu:
DOA
1. Kitab suci
Lectio divina, s ebuah praktik pembacaan kontemplatif mingguan, dimulai dari
pembacaan perikop singkat Alkitab kemudian merenungkannya. Baca secara perlahan,
proses kata-katanya dengan tenang.
2. Berdiam diri dan menyendiri
3. Ibadah harian (doa)
Berdoa, bermazmur, membaca buku renungan, berdoa di alam
4. Belajar
Orang Kristen yang bertumbuh dewasa adalah orang-orang yang selalu menjelajah,
membaca, dan belajar. Belajar bisa termasuk menyelidiki Alkitab, membaca buku,
mengikuti lokakarya, kuliah, atau seminar.
ISTIRAHAT
5. Sabat
Mengembangkan ritme meluangkan waktu sehari penuh setiap minggunya. Lakukan
aktivitas lain selain “kerja”. Menikmati waktu yang ada dan tidak melihat jam. Percaya
bahwa Allah bisa mengatur semesta tanpa kita harus bekerja.
6. Kesederhanaan
Menyingkirkan semua distraksi dan tetap bisa bebas dari semua keterikatan.
Persepuluhan juga menjadi komponen penting dari kesederhanaan. Persepuluhan
mengajarkan kita untuk tidak mengeluarkan apa yang tidak harus dan terus bergantung
pada Allah sebagai sumber dan keamanan kita. Hal ini membantu kita terlepas dari
cengkeraman uang. Itu juga memaksa kita menangani keuangan kita secara hati-hati.
Meningkatkan pesembahan setiap tahun, keluar dari semua hutang yang tidak sehat, dan
ikut seminar manajemen keuangan.
7. Bermain dan rekreasi
Terlibat dalam berbagai aktivitas yang murni, sehat, dan menyegarkan.
BEKERJA/AKTIVITAS
8. Pelayanan dan misi
Melakukan sesuatu bagi orang lain di luar zona nyaman kita.
9. Merawat tubuh jasmani
Sakit pada tubuh bisa menjadi panggilan Allah kepada Anda untuk memperlambat tempo
hidup atau mengubah arah. Mendengarkan tubuh bisa menjadi cara penting untuk
mendengar Allah. Ketika kita memperhatikan tubuh, kita mengakui kekudusan seluruh
hidup dan menghormati fakta bahwa Allah berdiam di dalam kita.
RELASI
10. Kesehatan emosi
Memperhatikan perasaan dan menulis perasaan kepada Tuhan beberapa kali dalam
seminggu. Kemudian, bertanya kepada Allah apa yang ingin Dia katakan melalui semua
perasaan tersebut.
11. Keluarga
Membuat rencana untuk berelasi dengan keluarga.
12. Komunitas
Mendengarkan orang yang lebih berpengalaman, terbuka, berelasi dalam kelompok kecil.
Tiga penerapan yang lebih luas dari sebuah “aturan hidup”
1. Gereja lokal
Mengidentifikasi dan menegaskan aturan hidup gereja secara khas.
2. Kelompok kecil atau kelompok tugas
Kesepakatan kelompok tertentu dalam melakukan aturan hidup.
3. Keluarga
Menerapkan aturan hidup di dalam keluarga,