BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak
menular (non communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan angka kejadiannya yang cukup tinggi dan
berdampak besar terhadap morbiditas, mortalitas dan sosial ekonomi masyarakat karena
biaya perawatan yang cukup tinggi. Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan suatu
keadaan dimana terdapat penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan parenkim
ginjal yang bersifat kronik dan irreversible. Seseorang didiagnosis menderita gagal ginjal
kronik jika terjadi kelainan dan kerusakan pada ginjal selama 3 bulan atau lebih yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal sebesar 78-85% atau lanju filtrasi glomerulusnya (LFG) kurang
dari 60 ml/min/1,73m² dengan atau tanpa kelainan pada ginjal. Penurunan LFG akan terus
berlanjut hingga pada akhirnya terjadi disfungsi organ pada saat laju filtrasi glomerulus
menurun hingga kurang dari 15 ml/min/1,73 m² dikenal sebagai End Stage Disease
(ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir, sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut
berupa tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal sebagai terapi penggantian ginjal.
(Bayhaki, Hasneli. 2017)
Gagal Ginjal Kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting
mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan
pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan
yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal
ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di sebut sebagai (Arora, P. 2016)
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan dunia dengan
peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas. Prevalensi
global telah meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health Organization
(WHO), penyakit gagal ginjal kronis telah menyebabakan kematian pada 850.000 orng
tiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit gagal ginjal kronis
menduduki peringkat ke 12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia. Prevalensi
gagal ginjal di dunia menurut ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) pada tahun 2011
sebanyak 2.786.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka
kesakitan pasien gagal ginjal tiap tahunnya sebesar 6%. Sekitar 78,8% dari pasien gagal
ginjal kronik di dunia menggunakan terapi untuk dialisis untuk kelangungan hiduppnya.
1
2
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1. Bagi kelompok sendiri, hasil karya tulis dapat digunakan sebagai pengalaman yang
nyata dalam memberikan keperawatan pada klien Ny.M dengan kasus CKD ON HD
2. Bgai Institusi Pendidikan Kesehatan, sebagai referensi dan tambahan informasi dalam
peningkatan dan mutu Pendidikan dimasa yang akan datang tentang asuhan
keperawatan Ny.M dengan kasus CKD ON HD
3. Bagi Rumah Sakit Umum Anutapura Palu, hasil karya tulis diharapkan menjadi
informasi dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih
kepada Rumah Sakit Umum Anutapura Palu yang akan datang.
E. Metode Penulisan
Tehnik Pengumpulan data
1. Wawancara / Anamnesa
Tehnik pengumpulan data dengan wawancara adalah dengan melakukan anamnesa
atau wawancara secara langsung kepada pasien lansia Ny.M dan keluarga untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan kasus CKD ON HD
2. Pemeriksaan Fisik
Tehnik pengumpulan data dengan cara pemeriksaan fisik adalah memeriksa seluruh
bagian tubuh dengan metode Per Sistem dengan tujuan mencari kelainan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
A. Definisi CKD
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik di definisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus
Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010) dalam (Martin M. 2017). Selain itu,
CKD dapat pula di definisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60
mL/menit/1,73 m2 selama ≥3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal
(National Kidney Foundation, 2002) dalam (Martin M. 2017). Sedangkan menurut
Terry & Aurora, 2016 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel.
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (National
Institute of Diabetes and Digestive And Kidney Disease. 2018)
Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Chorionic kidney disease
(CKD) atau gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana dinjal mengalami kerusakan
secara lambat, progresif dan irreversibel. CKD bisa disertai penurunan Glomerulus
Filtration Rate (GFR) dengan nilai GFR <60 mL/menit/1.73 selama ≥3 bulan.
B. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi
4
5
1) Glomerulus dan kapsula bowman, tempat air dan larutan di filtrasi dari darah
2) Tubulus, yang mereabsorbsi material penting dari filtrate dan memungkinkan
bahan-bahan sampah material yang tidak di butuhkan untuk tetap dalam filtrate
dan mengalirkan dan mengalir ke pelvis renalis sebagai urine.
Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapiler-kapiler yang mendapat suplai
nutrisi dari arteri aferen, dan diperdarahi oleh arteri arteri ofaren. Glomerulus
dikelilingi oleh kapsula bowman. Arteri oraferen mensuplai darah ke kapiler
pertibular. Yang dibagi menjadi 4 bagian :
1) Tubulus proksimus
2) Ansahenle
3) Tubulus distalis
4) Tubulus kolengentes
Sebagian air dan elektrolt di reabsorbsi ke dalam darah di kapiler peritubuler.
Produk akhir metabolisme keluar melalui urine. Nefron tersusun sedemikian rupa
sehingga bagian depan dari tubulus distalis berada pada pertemuan arteri oraferen dan
eferen, yang sangat dekat dengan glomerulus. Di tempat ini sel-sel maculadensa dari
tubulus distalis terletak berdekatan pada sel-sel jiksta glomerulus dari dinding arteri
ofaren. Kedua tipe sel ini di tambah sel-sel jaringan ikat membentuk apparatus junksta
glomerulus.
2) Fisiologi
Menurut (Brunner, 2007) dalam (Martin M, 2017), fungsi utama ginjal adalah
mempertahankan keseimbangan air dan kadar unsure kimia (elektrolit, hormon, gula
darah, dll) dalam cairan tubuh, mengatur tekanan darah, membantu mengendalikan
keseimbangan asam basa darah, membuang sisa bahan kimia dari dalam tubuh,
bertindak sebagai kelenjar, serta menhasilkan hormon dan enzim yang memiliki
fungsi penting dalam tubuh
Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG kurang lebih 60/mnt,
pembatasan asupan protein tidak selalu di anjurkan. Protein diberikan 0,6-
0,8/kgBB/hari, yang 0,35-0,50 gr diantaranya merupakan protein nilai biologi tinggi.
Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kgBB/hari, dibutuhkan pemantauan
yang teratur terhadap status nutrisi Brunner, 2007) dalam (Martin M, 2017),
7
3) Filtrasi glomerulus
Pembentukan kemih di mulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glomerulus secara relative bersifat imepermiabel
terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan
sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF= Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar
125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan
laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerulus Filtration Rate). Gerakan masuk ke
kapsula bowman disebut filtrate. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang
terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmna, tekanan hidrostatik filtrate
dalm kapsula bowman serta tekanan osmotic koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak
hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid di atas, namun juga oleh
permeabilitas dinding kapiler.
Kriteria penyakit ginjal kronik : 1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG), 2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit
1,73 m selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Klasifikasi penyakit
CKD atas Dasar Derajat Penyakit :
Grade CKD :
LCMI AD
CKD Male, n (%) Female, n( %) Male, n (%) Female, n (%)
grad
e
G1 16 (13,8) 20 (16,9) 10 (15,6) 10 (11,8)
≥G2 100 (86,2) 98 (83,1) 54 (84,4) 75 (88,2)
G2 82 (70,7) 79 (66,9) 43 (67,2) 62 (72,9)
G3a 13 (11,2) 18 (15,3) 10 (15,6) 10 (11,8)
8
4) Reabsorbsi
Zat-zat yang di filtrasi ginjal di bagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit, dan air. Setelah filtrasi, langkah kedua adalah reabsorbsi selektif zat-zat
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah di filtrasi
5) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transport aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus ke dalam filtrate. Banyak substansi yang di seksresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh ( misalnya : penisilin). Substansi yang secara alamiah
terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada
tubulus distalis, transport aktif natrium system carier yang juga terlibat dalam
sekresi hydrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali karier
membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya hydrogen atau ion kalium
ke dalam cairan tubular “perjalanannya kembali”. Jadi, untuk setiap ion natrium
yang diabsorbsi, hydrogen atau kalium harus disekresikan dan sebaliknya.
C. Etiologi
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation, 2015).
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit
peradangan seperti glomerulonefritis,obstruksi akibat batu ginjal, tumor, infeksi
saluran kemih yang berulang, Pielonefritis kronis (Arora, P. 2016)
D. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan
fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi
(Price & Wilson, 2017)
9
nonenzimatik asam amino dan protein. Proses ini terus berlanjut sampai terjadi
ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis (Arora,
P. 2016)
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol di
seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh
darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal (Price & Wilson, 2017).
Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah akan
melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah
menjadi lemah dan akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang
kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam
tubuh kemudian dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat,
sehingga keadaan ini membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Disease, 2018).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Price & Wilson, 2017) :
a. Gejala dini : sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi. Sakit kepala awalnya penyakit CKD memang tidak
akan langsung terasa, namun jika terlalu sering terjadi maka mengganggu
aktifitas. Penyebabnya adalah ketika tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen dalam
jumlah cukup akibat kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga tidak bisa
memiliki kadar oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan menjadi
lebih berat jka penderita juga bermasalah dengan anemia.
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu makan turun,
nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang di
sertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan
nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Gejala mual
muntah ini biasanya ditandai dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak
nyaman, bahkan keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama
sekali tidak bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena pada pasien
gagal ginjal kronik salah satunya berkaitan dengan tingginya kadar ureum akibat
tidak memadainya terapi hemodialisis yang dilakukan. Kadar ureum yang tinggi
11
dalam darah menimbulkan perasaan mual dan muntah (Ganong dan McPhee,
2010) dalam (Faza & Umiyarni, 2017)
1) Manifestasi klinik menurut (Smeltzer,2009) dalam (Martin M. 2017) antara lain :
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas system renin-
angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
2) Manifestasi klinis menurut Nahas & Levin (2010) dalam (Martin M. 2017) adalah
sebagai berikut :
a) Gangguan Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiak dan
gagal jantung akibat penimbunan cairn, gangguan irama jantung dan edema.
Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan kaki, tangan, wajah,
dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa mengeluarkan semua
cairan yang menumpuk dalam tubuh, gejala ini juga sering disertai dengan
beberapa tanda seperti rambut yang rontok terus menerus, berat badan yang
turun meskipun terlihat lebih gemuk.
b) Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kusmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia
d) Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gata-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium, hiperkalemia.
e) System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoitein, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosis dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopenia
12
F. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain (Nahas & Levin (2010) dalam (Martin M. 2017) :
a) Hematologi ( Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit)
b) RFT (Renal Fungsi Test) : Ureum dan Kreatinin
c) LFT (Liver Fungsi Test)
d) Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
e) Koagulasi studi (PTT,PTTK)
f) BGA (BUN/Kreatinin) : meningkat, biasanya meningkat dalam porsi kadar
kreatinin 10mg/dl diduga tahap diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5)
Hitung darah lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl.
g) AGD : penurunan asidosis respiratorik terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan amonia atau hasil akhir protein
bikarbonat PCO2 meningkat.
h) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis.
i) Urine rutin : Sesuai dengan namanya, urinalisis atau tes urine adalah suatu
metode pemeriksaan menggunakan urine (air seni) guna mendeteksi adanya
gangguan dalam tubuh. Normalnya, urine yang sehat identik dengan warna
kuning muda. Secara abnormal urine keruh disebabkan kateri, partikel, koloid dan
fosfat
j) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
k) EKG : mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam
basa
l) Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis ginjal,
pengangkatan tumor selektif
m) USG abdominal
13
G. Pencegahan
Pencegahan dari penyakit ginjal mempunyai tiga aspek, meliputi :
1. Primer
Tujuannya untuk mengurangi maupun menghilangkan pemaparan dari faktor -
faktor yang dapat menyebabkan penyakit ginjal, seperti deteksi awal dan
penanganan hipertensi, mengurangi paparan infeksi, mencegah terjadinya
obesitas, serta pencegahan penyakit ginjal secara genetik melalui konseling
genetik.
2. Sekunder
Pencegahan sekunder dengan melakukan penanganan dari progresifitas kerusakan
ginjal berdasarkan derajat kerusakan ginjal.
3. Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan menunda komplikasi jangka panjang seperti
kecacatan/disabilitas dengan renal replacement therapy yaitu dialisis atau
transplantasi ginjal.
H. Pengobatan
Menurut Nahas & Levin (2010) dalam (Martin M. 2017), Pengobatan pada pasien
dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Observasi balance cairan
b. Observasi adanya odema
c. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergncy. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis)
3. Hemodialisa
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif divena dengan
menggunakan mesin. Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam
tubuh fungsi eskresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
14
4. Operasi
a. Pengambilan batu ginjal
b. Transplantasi ginjal
I. Komplikasi CKD
Komplikasi dari gangguan ginjal kronis adalah gangguan cairan dan elektrolit,
anemia dan penyakit tulang metabolit. Komplikasi penyakit ginjal yang sesuai dengan
derajat fungsi ginjal dapat dilihat pada tabel berikut (Arora, P. 2016) :
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian (Martin M. 2017) :
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur kelemahan otot dan tonus otot,
penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP,
tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut,
marah, irritable.
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuria, perubahan warna urin, urin pekat warna
coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan lemak subkutan.
f. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
g. Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksimal, noktural, dyspnea(+), batuk
produktif dengan produksi sputum bila terjadi edema pulmonal
h. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), ptekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit, fosfat, kalsieum pada kulit. ROM terbatas
i. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
j. Interaksi sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya.
16
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nanda, 2018)
a. Penurunan curan jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder : kompensasi
melalui alkalosis respiratorik
e. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder : kompensasi
melalui alkalosis respiratorik
C. Intervensi Keperawatan
Menurut (Nic, 2018)
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R : adanya takikardi frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R : Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-
renin,angiotensin (disebabkan oleh fungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, rediasi, beratnya (skala 1-10)
R : Hipertensi dan Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, resspon terhadap aktivitas
R : kelelahan dapat menyertai gagal ginjal kronik juga anemia
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal
Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
kriteria hasil : tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi :
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
17
19
20
Genogram :
A B
G1 x
x x x
C D
G2 x x x x x x x
E
G3
-------------------------
ֽ
-------------------------
Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
------ = Tinggal serumah
X = Meninggal
A = Orang tua ayah klien
B = Orang tua ibu klien
C = Ayah klien bersaudara
D = Ibu klien bersaudara
E = Klien bersaudara
F = Hubungan pernikahan klien
G = Anak klien
G1 = Klien tidak mengetahui penyebab meninggalnya kedua orang tua ayah dan
Ibu klien
G2 = klien tidak mengetahui penyebab meninggalnya kedua orang tua
22
d) Sistem Kardiovaskuler
Ictus cordis tidak nampak, ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra dengan
ukuran 1 cm.
BJ I “lup” menutupnya katub aorta dan pulmonal, terdengar bunyi BJ II lebih besar
dari pada BJ I.
BJ II “dup” menutupnya katub mitral dan trikuspid, terdengar BJ I lebih besar dari
pada BJ II.
Capillary retilling time < 2 detik, bibir pucat dan kering.
e) Sistem Pencernaan
Tampak bibir kering dan pucat, tidak terdapat stomatitis, jumlah gigi tidak lengkap,
kemempuan menelan baik, bentuk abdomen datar, tidak ada massa atau benjolan,
tidak terdapat bekas luka operasi, nyeri tekan pada regio 2 / epigastrium.
f) Sistem Indra
Mata : Simetris kiri dan kanan, klien tidak menggunakan kaca mata,
conjungtiva anemis, sclera putih, warna iris putih, fungsi penglihatan baik, dan tidak
terdapat nyeri tekan pada mata.
Hidung : Tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak ada polip, tidak ada oedema atau
lesi, tidak terdapat nyeri tekan pada hidung.
Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak terdapat luka, tidak terdapat pengeluaran
cairan, tidak terdapat nyeri tekan pada telinga, fungsi pendengaran baik
g) Sistem Saraf
Status kesadaran composmentis, GCS : 15 ( E : 4, V : 5, M : 6 )
Klien dapat membedakan bau , klien mampu menggerakkan rahang, bentuk wajah
simetris, klien mampu mengerutkan kening dan mengangkat alis, klien mampu
merespon dengan baik ketika diberikan pertanyaan menunjukkan bahwa fungsi
pendengaran baik, klien mampu mengeluarkan lidahnya.
h) Sistem Muskuluskeletal
Tidak nampak adanya fraktur dan kelainan bentuk tulang belakang, kekuatan otot 4
(klien mampu melawan tekanan yang diberikan pemeriksa namun tidak maksimal),
klien mampu duduk sendiri tapi ketika berjalan butuh bantuan keluarga, terpasang
Infus Nacl 0,9 % 10 Tts/menit, jumlah jari-jari lengkap.
24
i) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, klien mengatakan setelah dilakukan cuci darah warna
kulitnya dari pada sebelum dilakukan cuci darah, kulit tampak bersih, turgor kulit
elastis, dan tidak terdapat oedema.
j) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, klien tidak mempunyai riwayat penyakit
DM.
k) Sistem Perkemihan
Tidak terdapat oedema palpebra, tidak terpasang kateter, terdapat nyeri tekan pada
regio 7 dan 9, terdapat nyeri saat BAK, urine yang keluar hanya sedikit.
l) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan karena klien menolak.
m) Sistem Imun
Klien tidak ada alergi terhadap makanan maupun cuaca, klien sudah menerima 3
kantong darah ( golongan darah O ), transfusi pertama ada reaksi gatal, transfusi
kedua sudah tidak ada reaksi.
25
2. Cairan
Frekuensi 3 mangkok kecil/hari 1 mangkok kecil/hari
Jenis Air putih hangat Air putih hangat
3. Eliminasi
BAK
Frekuensi 2x/hari 3x/hari sedikit yang keluar
Warna Putih Putih kental seperti santan
Bau - -
Masalah - Nyeri saat kencing
Cara mengatasi Menahan nafas saat kencing
BAB
Frekuensi 2x/hari 2xhari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Padat Padat
4. Istirahat tidur Siang : tidak menentu Siang : tidak menentu
Malam : 21.00-06.00 Malam : 21.00-07.00
Hal-hal yang
mempermudah - -
bangun
5. Olahraga Memasak, melakukan pekerjaan Tidak ada
rumah
6. Rokok/alkohol/obat- Tidak merokok,minum alkohol, Tidak merokok,minum alkohol, dan
obatan dan tidak menggunakan obat- tidak menggunakan obat-obatan
obatan terlarang terlarang
7. Pola kebersihan diri
Frekuensi mandi 2x/hari 1x/hari
Frekuensi cuci 1xhari 1x/hari
rambut
Frekuensi 2x/hari 2x/hari
menggosok gigi
Frekuensi ganti 2x/hari 2x/hari
baju
Keadaan kuku Bersih Bersih
Kemampuan Sendiri Di bantu suami
8. Rekreasi Rekreasi klien di rumah dudk Tidak ada rekreasi tertentu dilakukan
nonton Tv bersama anak dan klien saat di RS
26
suami
I. TEST DIAGNOSTIK
A. Laboratorium
Tanggal 16-01-2020
Parameter Hasil Flag Satuan Nilai normal
RBC 1,98 L 106 /µL 4,20-5,40
HGB 5,3 L 9/dL 12,0-16,0
HCT 83,3 L % 37,0-47,0
MCHC 32,1 L 9/dL 33,0-37,0
MCH 26,8 L Pg 27,0-31,0
RDW 15,7 H % 9,0-14,0
MPV 7,5 L ʄL 8,0-12,0
PDW 18,7 H % 10,0-18,0
LY% 11,6 L % 20,0-40,0
GR % 83,9 H % 40,0-70,0
Tanggal 17-01-2020
Parameter Hasil Flag Satuan Nilai Normal
RBC 2 - 10^6µL 4,7-6,1
HGB 9 - 9/dL 14-18
HCT 17,2 - % 42-52
McHc 31,4 9/dL 33-37
RDW-CV 19,5 + % 11,5-14,5
RDW-SD 61,9 + ʄL 3,7-54
PDW 8,7 - ʄL 9-13
P-LCR 11,2 - % 15-25
LYM % 15,5 - % 19-48
Tanggal 21-01-2020
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
RBC 3,3 10^3µL [4,7-6,1]
HGB 7 9/dL [14-18]
HCT 27,4 % [42-52]
MCHC 32,8 9/dL [33-37]
RDW-CV 19,1 % [11,5-14,5]
RDW-SD 57,2 ʄL [37-54]
27
Tanggal 22-01-2020
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
HCT 33,6 % 37,0-47,0
HGB 10,4 9/dL 14-18
MCH 25,7 Pg 27,0-32,0
MCHC 30,6 9/dL 32,0-36,0
PCT 0,143 % 0,150-0,500
PDW 10,5 % 11,6-18,0
WBC 11,4 10ᵌ/mmᵌ 4,0-10,0
NEU 82,5 % 52,8-75,0
LYM 11,2 % 20,0-40,0
2) Manfaat NaCl 0,9% : Cairan NaCL digunakan untuk menggantikan cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga agar tubuh
tetap terhidrasi dengan baik.
2. OMZ 40 mg/12 Jam/IV : OMZ mengandung zat aktif Omeprazole yang berfungsi
menghambat produksi asam lambung.
3. Vastigo 6 mg/8 Jam/Oral : Mengandung Betahistine mesilate yang berguna mengubah
Vertigo atau pusing berputar
4. Aminefron/8Jam/Oral : Mengandung garam kalsium yang berfungsi untuk
pengobatan kelainan fungsi ginjal kronik bersamaan dengan diet tinggi kalori rendah
protein.
5. Ondansentron 1 ampul/12 Jam/IV : Mencegah serta mengobati mual dan muntah
dengan menghambat ikatan Serotenin pada reseptor sehingga membuat pengunyah
tidah mual dan berhenti mual.
6. PCT 500 mg/8 Jam/Oral : Mengganti rasa sakit ringan hingga sedang, mulai dari sakit
kepala, nyeri haid, sakit gigi, nyeri sendi. Paracetamol dapat juga digunakan untuk
meredakan demam.
7. Lanzoprazole 30 mg/8 Jam/Oral : Mengatasi produksi asal lambung berlebihan
E. Hemodialisa
1) Tanggal 17 Januari 2020 ( Cuci Darah Ke I )
2) Tanggal 20 Januari 2020 ( Cuci Darah Ke II )
F. Transfusi Darah
Transfusi darah : Golongan darah O
1) Transfusi darah I : Jumat, ( Tanggal 01 Januari 2020 ) Jam 14.00 Sebanyak 250cc
2) Transfusi darah II : Sabtu, ( Tanggal 18 Januari 2020 ) Jam 16.30 Sebanyak 250cc
29
3) Transfusi darah III : Selasa, ( Tanggal 21 Januari 2020 ) Jam 17.00 Sebanyak 200cc
G. Pengumpulan Data
1. Klien mengatakan nyeri pinggang sebelah kiri dan kanan.
2. Keadaan umum lemah
3. TTV : TD :140/100 mmhg
N : 85x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,5ᵒC
4. BB sebelum masuk rumah sakit = 56 kg
5. BB saat pengkajian = 45 kg
6. Nyeri tekan ilium kanan (region 7) dan ilium kiri (regio 9 ).
7. Nyeri tekan epigastrium ( region 2)
8. Skala nyeri 7 dari skala 0-10.
9. Congjungtiva anemis
10. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
11. Ekspresi wajah nampak meringis.
12. Melokalisir area nyeri.
13. Klien mengatakan pusing.
14. Makan 2x/hari porsi 2-3 sendok yang di makan selama di RS
15. Bibir pucat
16. ADL sebagian dibantu kelarga
17. HB : 9 / tgl 17-01-2020
H. Klasifikasi Data
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan nyeri pinggang sebelah kiri dan kanan
2) Klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
3) Klien mengatakan pusing
2. Data Objektif
1) TTV :
TD :140/100 mmhg
N : 85x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,5ᵒC
2) BB sebelum masuk rumah sakit = 56 kg.
30
Menuju ginjal
Mengeluarkan toksis
Kelemahan
I. ANALISA DATA
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan faktor biologis
3. Intoleransi aktuivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan faktor biologis
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera bioogis
Implementasi hari 1
No Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien/
Hasil
1 Senin
20/20/2020
4. Menciptakan suasana
21.00 lingkungan yang nyaman 4. Keluarga sangat
dan tenang kooperatif, nampak
keluarga berkunjung
melihat klien secara
bergantian
18.00 5. Kolaborasi terapi medik
5. Pct 500 mg/8
jam/oral
Implementasi hari ke II
No Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien/
Hasil
2 Selasa
21/01/2020
1. Selasa
21/01/2020
Implementasi hari ke II
No Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien/
Hasil
2. Rabu
22/01/2020
39
1. Senin
20/01/2020
Impelemntasi hari ke II
No Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien/
Hasil
2. Rabu
21/01/2020
41
6. Evaluasi
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut Berhubungan dengan agen cedera biologis
Evaluasi hari ke I
No Tgl/Jam Catatan Perkembangan
1. Selasa S : Klien mengatakan masih nyeri abdoment tembus
21/01/2020 belakang, tetapi sedikit berkurang dengan posisi
42
08.00 terlentang
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
- Atur posisi senyaman mungkin
- Anjurkan klien untuk menggunakan tekhnik
relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi terapi medis
Evaluasi hari ke II
No Tgl/Jam Catatan Perkembangan
2 Rabu S : Klien mengatakan tidak nyeri
22/01/2020
08.00 O :- Skala Nyeri 4
- Ekspresi wajah rileks
P : Pertahankan intervensi
- Kaji skala nyeri
- Atur posisi senyaman mungkin
- Anjurkan klien untuk menggunakan tekhnik
relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi terapi medis
P : lanjutkan intervensi
- Monitor pemasukan nutrisi pada klien
- Makan sedikit tapi sering
- Anjurkan keluarga untuk memberi makan yang disukai
klien
- Anjurkan minum air hangat sebelum makan
- Kolaborasi terapi medik
Evaluasi hari ke II
No Tgl/Jam Catatan Perkembangan
2 Kamis S : Klien mengatakan ada nafsu makan
23/01/2020
08.00 O :- makan 3x/hari porsi dihabiskan
- Setengah porsih dihabiskan
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
- Monitor pemasukan nutrisi pada klien
- Makan sedikit tapi sering
- Anjurkan keluarga untuk memberi makan yang disukai
klien
- Anjurkan minum air hangat sebelum makan
- Kolaborasi terapi medik
07.00 O :- Ku baik
- Klien nampak makandan minum dengan ssedikit
di bantu keluarga
- TTV : TD : 140/90 Mmhg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,5ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Bantu aktifitas yang mampu di lakukan klien
- Libatkan keluarga dalam membantu klien
beraktifitas
- Dekatkan makanan dan minuman di sebelah
klien
- Kolaborasi terapy medik
Evaluasi hari ke II
No Tgl/Jam Catatan Perkembangan
2 Kamis S : Klien mengatakan tidak pusing
22/01/2020
17.00 O : - Keadaan umum baik baik
- Klien nampak makan dan minum dengan
mandiri tanpa di bantu keluarga
- HB : 10,4
- TTV : TD : 130/90 Mmhg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6ºC
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Observasi TTV
- Bantu aktifitas yang mampu di lakukan klien
- Libatkan keluarga dalam membantu klien
beraktifitas
- Dekatkan makanan dan minuman di sebelah
klien
- Kolaborasi terapy medik
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
45
Berdasarkan pada tujuan pada laporan kasus yang kelompok buat maka kami
menyimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian pada pasien CKD on HD terfokus pada pengkajian nyeri, nutrisi, aktivitas
klien, dan fungsi ginjal. Semua pengkajian diperoleh langsung dari klien dan keluarga
klien dengan metode wawancara dan pemeriksaan fisik .
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada 3, Nyeri b/d agen
cedera biologis, ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan faktor biologis,
intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
B. Saran
Berdasarkan kasus yang di ambil oleh kelompok dengan judul asuhan keperawatan pada
klien “Ny M” dengan diagnosa CKD on HD di ruang Walet Bawah Rsu Anutapura Palu
demi kebaikan selanjutnya maka kelompok menyarankan kepada :
1. Instalasi pelayanan kesehatan mampu meningkatkan kinerja perawat dan tenaga
medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan pada klien
dengan CKD on HD.
2. Tenaga kesehatan ksusnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan
keperawatan yang sudah dibuat oleh kelompok yang bertujuan untuk pemulihan
kesehatan klien dengan CKD on HD sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti orang sehat pada umumnya.
3. Klien dan keluarga klien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui bagaimana
tindak lanjut perawatan pada kasus CKD on HD dan terapi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
45