Anda di halaman 1dari 6

A.

Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015).
Menurut American Diabetes Association (2015), diabetes merupakan
suatu penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang
lama atau terus menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk
mengurangi risiko multifaktoral.
2. Klasifikasi
Tipe diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu :
1) DM Tipe 1
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena
insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang
lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi
serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di
dalam hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas
penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan
antibodi terhadap sel beta pankreas.
2) DM Tipe 2
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik
karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga
hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami
kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi
ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan
berbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah
bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek yang
negatif untuk organ tubuh lain.
3. Etiologi
1) Genetik atau faktor keturunan
2) Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
3) Virus dan bakteri (rubella, mumps, human coxsackievirus B4)
4) Bahan toksik atau beracun (alloxan, pyrineuron dan streptozoctin)
5) Pola hidup yang tidak sehat
4. Patofisiologi

Diabetes Melitus dapat menjadi comorbid penyakit covid -19 dikarenakan,


kerusakan sel beta yang menyebabkan gangguan sekresi insulin
mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme yang mempengaruhi
turunnya imunitas tubuh sehingga memudahkan masuknya virus.
DM tipe II  resistensi insulin  glukosa menumpuk dalam darah 
aliran darah dan O2 keseluruh tubuh menurun  tubuh kurang O2 untuk
metabolism  peningkatan radikal bebas  Imunitas menurun  terpapar
Covid-19  virus masuk kesaluran pernafasan (replikasi) inflamasi di
saluran nafas  sepsis, gangguan pertukaran gas.
5. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis pada penderita diabetes mellitus adalah :
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Poliphagia
d. Penurunan berat badan
e. Malaise atau kelemahan
6. Pemeriksaan Penunjang
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah
sebagai berikut :
1) Gula darah puasa
Pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Nilai
normal 70-110 mg/dl.
2) Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu
diperhatikan waktu terakhir pasien pasien. Nilai normal <200 mg/dl.
3) Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Nilai normal <140 mg/dl.
4) Pemeriksaan HbA1c
HbA1c atau A1c merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antar
glukosa dan hemoglobin (glycohemoglobin).
Berdasarkan nilai normal kadar HbA1c pengendalian Diabetes Melitus dapt
dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu :
1. DM terkontrol baik / kriteria baik            : <6,5%
2. DM cukup terkontrol / kriteria sedang     :6,5 % - 8,0 %
3. DM tidak terkontrol / kriteria buruk         : > 8,0 %
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Diet
Syarat Diet :
a. Energi cukup
b. Kebutuhan protein normal: 10-15 % Energi total
c. Kebutuhan lemak sedang: 20-25 % Energi total
d. Kebutuhan KH : 60-70 % Energi total
e. Gula murni dilarang, gula alternatif dibatasi
f. Asupan serat: 25 gram/hari
g. Pasien DM dengan Hipertensi, asupan garam dikurangi
h. Cukup vitamin dan mineral
Penentuan Jumlah Kalori Diet Dibates Melitus
Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan status gizi
penderita. Penentuan status gizi dilaksanakan dengan menghitung
percentage of relative body weight (RBW),
Rumus :
BB
RBW = x 100 %
TB−100
Kriteria :
a. Kurus ( underweight ) : RBW < 90 %
b. Normal : RBW 90 – 110 %
c. Gemuk ( overweight ) : RBW > 110 %
d. Obesitas : RBW > 120 %
1) Penatalaksanaan Aktifitas
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara
umum, yaitu memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
a. Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara
teratur
b. Intensitas  : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
c. Time (durasi) : 30 – 60 menit
d. Tipe (jenis): Olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan
bersepeda. (Ilyas(2009), dalam Soegondo)
2) Penatalaksanaan Medis
1. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)
Dibagi menjadi 4 golongan :
a. Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi insulin
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin
1) Biguanid (metformin).
2) Thiazolindion/glitazon ,pioglitazone (Actoz) dan Rosiglitazon (
c. Penambah alfa glukosidase / acarbose
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan glikemia postprandial.
d. Golongan inkretin
1) Inkretin mimetic
2) Penghambat DPP IV
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :
1) Diabetes sesudah umur 40 tahun
2) Diabetes kurang dari 5 tahun
3) Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari
4) DM tipe 2, berat normal atau lebih (Soegondo, 2011).
2. Terapi Insulin
a. Insulin Kerja Singkat (short acting) ; insulin regular merupakan satu-
satunya insulin jernih ataularutan insulin, sementara lainnya adalah
suspense. Contoh : Actrapid, Humulin R.
b. Insulin kerja cepat (rapid acting), cepat diabsorbsi, adalah insulin analog
seperti: Novorapid, Humalog, Apidra.
c. Insulin kerja sedang yaitu NPH termasuk Monotard, Insulatard, Humulin.
d. Insulin kerja panjang, mempunyai kadar zing yang tinggi untuk
memperpanjang waktu kerjanya. Contoh: Ultra lente (Soegondo, 201).
8. Komplikasi
Komplikasi yang bisa dialami oleh penderita diabetes mellitus, antara
lain (Soegondo, 2011) :
1) Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemia 
c. Hiperglikemia 
2) Komplikasi kronis 
a. Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah
retina 
b. Nefropati diabetikum ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang
tinggi dalam urin disebabkan kerusakan pada glomerulus. 
c. Neoropati diabetikum ditandai dengan hilangnya reflek dan adanya
gangguan pada saraf. 
d. Gangrene 
e. Penyakit jantung coroner
f. Gangguan ginjal
g. Hipertensi

PERKENI, 2015, Konsensus Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan


Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011

Elizabeth J. Corwin. (2009).Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Anda mungkin juga menyukai