Anda di halaman 1dari 47

B.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN DAN


PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP).

1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Peraturan Kapolri No.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana;

2. Tujuan
Sebagai pedoman bagi petugas penanganan dan Olah TKP dalam
melaksanakan tindakan pertama tempat kejadian perkara (TPTKP) dan
pengolahan TKP.

3. Persiapan :
a. Anggota Tim Olah TKP :
1) Anggota Polri;
2) Penyidik / Penyidik Pembantu;
3) memiliki mentalitas yang baik, teliti, ulet dan cermat;
4) memiliki kemampuan teknik dan taktik pengolahan TKP;
5) memiliki sikap keingintahuan dan responsif;
6) menguasai perundang-undangan dan pengetahuan lainya;
7) komunikatif dan humanis dalam pelaksanaan tugasnya;
8) menguasai prosedur penanganan dan olah tempat kejadian
perkara;
9) mampu bekerjasama dalam tim;

b. Tim Olah TKP :


1) Pengorganisasian
a) Ka Tim,
b) Penyidik,
c) Personil Inafis
d) Personil Labfor (apabila di kesatuan ada pengemban
fungsi labfor)
2) Tugas dan Tanggung Jawab
a) Ka Tim
(1) Memberikan APP kepada anggota Tim Olah TKP
(2) Mengecek kesiapan personil dan peralatan Olah
TKP
(3) Mengkoordinasikan pelaksanaan olah TKP baik
antar anggota maupun fungsi / instansi terkait.
(4) Mengawasi pelaksanaan Olah TKP yang dilakukan
oleh masing-masing anggota Tim.
(5) Membuat dan menandatangani Berita Acara
Penanganan Olah TKP.
(6) Setelah selesai olah TKP, menyerahkan tersangka
dan barang bukti kepada Pejabat Tahti.
(7) Melaporkan pelaksanaan Olah TKP kepada
Pimpinan secara berjenjang.

b) Penyidik
(1) Mencari dan menemukan Barang Bukti.
(2) Menhitung / menimbang / mengukur dan
mendatakan Barang Bukti.
(3) Memberi label Barang Bukti.

c) Personil Inafis
(1) Memfoto TKP secara Umum.
(2) Memfoto detail Barang Bukti.
(3) Mengambil sisik jari laten (bila ditemukan).
(4) Mengambil foto, membuat sinyalemen dan sidik jari
tersangka (AK-27).
(5) Menyerahkan hasil pelaksaan kegiatan kepada
Ketua Tim.

d) Personil Labfor
(1) Melakukan identifikasi jenis barang bukti.(Narkotika,
psikotropika, precursor, zat kimia lainnya).
(2) Mengambil sample barang bukti guna pemeriksaan
secara laboratories lebih lanjut.
(3) Mengambil sample urine/darah terhadap tersangka
bila diperlukan;

b. Sarana dan Prasarana :


1) Police Line (Garis Polisi)
2) Tas Kit;
3) Kompas;
4) Sarung tangan;
5) Alat Pengukur jarak (meteran);
6) Alat pemotret;
7) Senjata api, borgol, pisau/gunting;
8) Tali, kapur tulis, label dan lak;
9) Alat pembungkus barang bukti seperti :
a) Kertas sampul warna coklat;
b) Kantong plastik berbagai ukuran;
c) Tabung plastik berbagai ukuran;
d) Amplop.Perlengkapan PPPK;
10) Buku catatan, kertas dan alat tulis untuk membuat sketsa;
11) Peralatan lainnya yang dianggap perlu disesuaikan dengan
situasi TKP dan jenis kasus tindak pidana yang terjadi.

4. Prosedur Pelaksanaan

a. Perencanaan Penanganan TKP


Ka Tim Olah TKP menyusun rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan, mengawasi dan mengendalikan tim dalam
pelaksanaan pengolahan TKP.

b. Pengorganisasian
Penunjukan dan Pembagian Tugas kepada anggota Tim penangan
dan olah TKP.

c. Pelaksanaan Penanganan TKP


1) Apabila sudah dilakukan TP TKP, tindakan selanjutnya :
a) menyempurnakan penutupan dan pengamanan TKP
(mempertahankan status quo) dengan meminta bantuan
unsur-unsur Samapta lainnya.
b) Membuat tanda-tanda yang ditemukan di TKP (tanda
bekas sidik jari atau kaki).
c) Melakukan penggeledahan dan menyita barang-barang
yang ditemukan dari tersangka.
d) Mengamankan tersangka/pelaku, saksi korban dan
menjaga agar barang bukti tetap pada tempatnya.
e) Memisahkan tersangka dan saksi yang berada di TKP
dengan maksud agar tidak saling mempengaruhi,
sehingga menyulitkan dalam mendapatkan keterangan
yang sebenarnya (Obyektif)
f) Mencari, mengumpulkan saksi-saksi dan mencatat
identitasnya serta merintahkan untuk tetap tinggal
ditempat(yang ditentukan) guna diminta keterangannya.
g) Atas nama Kepala Kesatuan setempat selaku Penyidik,
membuat dan menanda tangani permintaan Visum Et
Repertum.
h) Memberitahukan keluarga korban .
i) Membuat sketsa kasar (tanda skala) dan catatan kejadian
sebagai bahan untuk pembuatan sketsa yang sempurna
dan membuat laporan, serta Berita Acara Pemeriksaan di
TKP.

2) Apabila belum diadakan tindakan pertama di TKP, maka


langkah-langkah yang harus dilakukan :
a) Melakukan pertolongan pertama pada korban
(1) Dalam keadaan luka ringan dilakukan P2GD, untuk
berat /pingsan, usahakan pertolongan menurut
petunjuk PPPK atau kirim ke Dokter/Rumah Sakit
terdekat, setelah lebih dahulu dicatat identitasnya
dan menandai letak korban.
(2) Dalam keadaan kritis (gawat), selain dicatat
identitasnya, usahakan mendapatkan keterangan,
petunjuk dan identitas pelaku dari korban tersebut
ataupun dan saksi mata. Jika masih ada tanda-
tanda kehidupan pada korban usahakan
penyelamatan korban.
(3) Dalam keadaan korban mati, dijaga agar tetap pada
posisinya semula dan jangan sekali-kali menyentuh
terlalu banyak atas diri korban (mayat), kecuali untuk
mengetahui apakah korban sudah benar-benar
meninggal.
(4) Dalam hal korban mati yang dapat mengganggu lalu
lintas umum, korban (mayat) dapat dipindahkan
dengan memberi tanda garis, letak mayat sebelum
dipindahkan terlebih dahulu.
(5) Bila korban diduga mati, Tim penanganan olah TKP
harus meraba nadi, memeriksa pernafasan dan
suhu badan sehingga yakin bahwa korban benar-
benar telah meninggal.
b) Menutup dan mengamankan TKP, pertahankan status quo
(posisi semula) dan bilaperlukan dengan bantuan unsur-
unsur Samapta lainnya, melakukan tindakan-tindakan :
(1) Membuat batas di TKP dengan tali atau alat lain
dimulai dari jalan yang diperkirakan merupakan arah
masuknya pelaku, melingkar sekitar letak korban
atau tempat yang dapat diperkirakan akan
didapatkan barang-barang bukti, kemudian yang
diperkirakan merupakan arah keluarnya pelaku
meninggalkan TKP dan memberikan tanda arah
keluar masuknya pelaku.
(2) membuat tanda di TKP tentang hal-hal yang perlu
dilakukannya (tanda bekas sidik jari atau kaki,
darah, sperma dll).
(3) Mengamankan tersangka / pelaku san saksi serta
mengumpulkannya pada tempat diluar batas yang
telah dibuat.
(4) Memisahkan saksi dan tersangka atau dengan
maksud agar tidak saling mempengaruhi, sehingga
menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang
sebenarnya (obyektif).
(5) Mencari dan mengumpulkan saksi-saksi serta
mencari identitasnya dan diperintahkan untuk
tinggal ditempat diluar batas-batas yang dibuat guna
diminta keterangannya.
(6) Mengamankan semua barang bukti.
(7) Membuat dan menandatangani permintaan Visum
Et Repertum.
(8) Memberitahukan keluarga korban.
(9) membuat sketsa kasar dan catatan kejadian sebagai
bahan laporan.

3) Apabila Tim penanganan dan olah TKP ataupun kesatuan


tersebut menerima laporan atau mengetahui atau mendapatkan
informasi tentang terjadinya kasus penting / menonjol yang
memerlukan tindakan segera, maka Tim olah TKP :
a) Segera melaporkan kejadiannya kepada Kepala
Kesatuan.
b) Segera menghubungi piket Resese kriminal dan Tim
penanganan olah TKP untuk melakukan tindakan Olah
TKP
c) Bersama-sama dengan piket fungsi dibawah
pengendalinya segera melakukan TP TKP.
d) Melakukan koordinasi di TKP dalam rangka penanganan
TKP.

d. Pelaksanaan Pengolahan TKP


Pengolahan TKP bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan
keterangan, petunjuk, barang bukti, tersangka dan saksi korban
untuk kepentingan penyelidikan selanjutnya, mencari hubungan
antara saksi korban antara tersangka, barang bukti dan memperoleh
modus operandi tindak pidana yang terjadi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Tim pengolahan TKP setelah menerima pemberitahuan dari
Tim penanganan TKP atau memonitor adanya suatu tindak
pidana di suatu tempat, dengan mempersiapkan segala
sesuatunya segera datang ke TKP bersama unsur Bantuan
Tehnis (Labfor, Inafis, Dokpol / DVI, Jibom, Satwa dll)
2) Pengamatan Umum (general Observation), Melakukan
pengamatan yang diarahkan terhadap hal-hal/obyek-obyek :
a) Jalan masuk / keluarnya Si pelaku.
b) Adanya kejanggalan-kejanggalan yang didapati di TKP
dan sekitarnya.
c) Keadaan cuaca waktu kejadian.
d) Alat-alat yang mungkin dipergunakan / ditinggal oleh Si
pelaku.
e) Tanda-tanda / bekas perlawanan/kekerasan.
f) Hasil pengamatan tersebut diatas dimaksudkan untuk
dapat memperkirakan modus operandi, motif, waktu
kejadian dan menentukan langkah-langkah mana yang
harus didahulukan (prioritas tindakan).

3) Pemotretan dan pembuatan sketsa.


a) Pemotretan.
(1) Pemotretan dilakukan dengan maksud untuk :
(a) Mengabadikan situasi TKP termasuk korban
dan barang bukti lain pada saat ditemukan.
(b) Memberikan gambaran nyata tentang situasi
dan kondisi TKP.
(c) Membantu dan melengkapi kekurangan-
kekurangan dalam pengolahan TKP termasuk
kekurangan-kekurangan dalam pencatatan dan
pembuatan sketsa.

(2) Obyek pemotretan.


(a) TKP secara keseluruhan dan berbagai sudut.
(b) Detail/Close up terhadap setiap obyek dalam
TKP yang diperlukan untuk penyidikan
(digunakan skala/penggaris, dapat dilakukan
bersama dengan penanganan barang bukti).

(3) Membuat catatan sebagai penjelasan hasil


pemotretan, yang memuat :
(a) Hari, tanggal, bulan, Tahun dan jam
pemotretan.
(b) Merk dan type kamera, lensa dan film.
(c) Speed kamera dan diafragma.
(d) Sumber cahaya.
(e) Filter yang digunakan
(f) Jarak kamera terhadap obyek (dilengkapi
sketsa kasar TKP yang memuat letak kamera
dan obyek yang dipotret).
(g) Tinggi kamera.
(h) Nama, Pangkat, NRP petugas yang melakukan
pemotretan.

b) Pembuatan sketsa.
(1) Sketsa dibuat dengan maksud untuk
menggambarkan TKP dan sebagai bahan untuk
mengadakan rekonstruksi.
(2) Sebagai lampiran Berita Acara Pemeriksaan di TKP,
maka pembuatan sketsa tersebut dilakukan sebagai
berikut :
(a) Mempergunakan kertas berukuran (kertas
milimeter)
(b) Menentukan tanda/arah utara kompas.
(c) Dibuat dengan skala.
(d) Untuk setiap obyek diberi tanda dengan huruf
balok dan dijelaskan pada keterangan gambar.
(e) Mengukur jarak benda-benda bergerak dengan
cara menghubungkan 2 buah titik pada benda-
benda tidak bergerak yang dipergunakan
sebagai patokan.
(f) Untuk otentifikasi sketsa dicantumkan :
- Nama pembuat
- Tanggal pembuatan
- Peristiwa apa.
- Dimana terjadi.

4) Penanganan korban, saksi dan pelaku


a) Penanganan korban mati.
(1) Pemotretan mayat menurut letak dan posisinya
dilakukan secara umum ataupun close up yang
dilakukan dari berbagai arah sesuai dengan urut-
urutan pemotretan kriminil, ditujukan pada bagian
badan yang ada tanda-tanda yang mencurigakan.
(2) Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang
berhubungan dengan mayat yang terdapat pada
tubuh atau yang melekat pada pakaian korban
dengan memperhatikan tanda-tanda kematian
seperti pembunuhan, tenggelam, keracunan,
terbakar, gantung diri, bunuh diri.
(3) Memanfaatkan bantuan tehnis Dokter yang
didatangkan dengan menanyakan hal-hal :
(a) Jangka waktu/lama kematian berdasarkan
pengamatan tanda-tanda kematian antara lain
kaku mayat, lebam mayat, dan tanda-tanda
pembusukan.
(b) Cara kematian (mode or maneer of death)
(c) Sebab-sebab kematian korban (Cause of
death).
(d) Kemungkinan adanya perubahan posisi mayat
pada waktu diperiksa dibandingkan dengan
posisi semula pada saat terjadinya kematian.
(4) memberikan tanda garis pada letak posisi mayat
sebelum dikirim ke Rumah Sakit.
(5) Setelah diambil sidik jarinya segera dikirim ke rumah
sakit untuk dimintakan Visum Et Repertum dengan
terlebih dahulu diberi label pada ibu jari kakinya atau
bagian tubuh lain. (Pengambilan sidik jari dapat
dilakukan di rumah sakit, juga identitasnya)

b) Penanganan terhadap Saksi :


(1) Melakukan interview / wawancara dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang-
orang / pihak-pihak yang diperkirakan/diduga
melihat, mendengar dan mengetahui kejadian
tersebut.
(2) Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat
dari hasil interview yang dilakukan dapat diperoleh
beberapa orang yang dapat digolongkan sebagai
saksi atau orang-orang yang diduga sebagai
tersangka.
(3) Melakukan pemeriksaan singkat terhadap saksi dan
orang-orang yang diduga sebagai tersangka guna
mendapatkan keterangan dan petunjuk-petunjuk
lebih lanjut.
(4) Melakukan pemeriksaan terhadap korban, keadaan
korban, penampilan korban, sikap korban atau
dibawa ke Rumah Sakit/Dokter Ahli untuk dimintakan
Visum Et Repertum.

c) Penanganan terhadap Pelaku


(1) Melakukan penangkapan, penggeledahan badan
dan pengamanannya.
(2) Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang terdapat
pada pelaku dan atau melekat pada pakaiannya.
(3) Melakukan pemeriksaan singkat untuk memperoleh
keterangan sementara mengenai hal-hal baik yang
dilakukannya sendiri maupun keterlibatan orang lain
sehubungan dengan kejadian.

5) Penanganan barang bukti secara Umum.


a) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan
barang bukti :
(1) Setiap terjadi kontak fisik antara dua obyek akan
selalu terjadi pemindahan material dari masing-
masing obyek, walaupun jumlahnya mungkin sangat
kecil/sedikit. Karenanya pelaku pasti meninggalkan
jejak/bekas di TKP dan atau pada tubuh korban.
(2) Makin jarang dan tidak wajar suatu barang ditempat
kejadian, makin tinggi nilainya sebagai barang bukti.
(3) Barang-barang yang umum terdapat akan
mempunyai nilai tinggi sebagai barang bukti bila
terdapat karakteristik yang tidak umum dari barang
tersebut.
(4) Harus selalu beranggapan bahwa barang yang tidak
berarti bagi kita, mungkin sangat berharga sebagai
barang bukti bagi orang yang ahli.
(5) Barang-barang yang dikumpulkan apabila diperoleh
secara bersama-sama dan sebanyak mungkin
macamnya serta dihubungkan satu sama lain dapat
menghasilkan bukti yang berharga.

b) Pencarian Barang Bukti.


(1) Dilakukan di TKP dan sekitarnya apabila perlu
dengan disertai penggeledahan badan, yang
dilaksanakan secara teliti, cermat dan tekun.
(2) terhadap barang bukti yang sulit diketemukan oleh
petugas Polri di lapangan maka sejak tahap
pengolahan TKP sampai dengan pemeriksaan
secara ilmiah sebaiknya dilakukan oleh pemeriksa
ahli dan identifikasi, Labfor, Dokpol sesuai dengan
bidang tugasnya.
(3) Pencarian barang bukti dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut : (tergantung kondisi tempat
dan jumlah petugas).
(a) Metode Spiral (Spiral Metodha)
- Caranya 3 orang petugas atau lebih
menjelajahi tempat kejadian, masing-
masing berderet kebelakang (yang satu di
belakang yang lain) dengan jarak
tertentu, kemudian bergerak mengikuti
bentuk spiral berputar kearah dalam
- Metode ini baik untuk daerah yang lapang,
bersemak atau berhutan.

(b) Metode Zone (Zone Methodhe)


- Caranya : luasnya tempat kejadian
perkara dibagi menjadi empat bagian dan
dari tiap bagian dibagi-bagi menjadi 4
bagian. Untuk tiaqp-tiap 1/16 bagian
tersebut ditunjuk 2 sampai 4 orang
petugas untuk menggeledahnya.
- Metode ini baik untuk pekarangan rumah
atau tempat tertutup.

(c) Metode Strip dan metode strip ganda (Strip


metode and double strip metode)
- Caranya 3 orang petugas masing-masing
berdampingan yang satu dengan yang
lain dalam jarak yang sama dan tertentu
(sejajar) kemudian bergerak serentak dari
sisi lebar yang satu ke sisi yang lain di
tempat kejadian perkara.
- Apabila dalam gerakan tersebut sampai
di ujung sisi lebar yang lain maka masing-
masing berputar ke arah semula.
- Metode ini baik untuk daerah yang
berlereng.

(d) Metode Roda (Wheel Methode)


 Caranya beberapa petugas bergerak
bersama-sama kearah luar dimulai dari
titik tengan tempat kejadian, dimana
masing-masing petugas menuju ke arah
sasarannya sendiri-sendiri sehingga
merupakan arah delapan penjuru angin.
 Metode ini baik untuk ruangan (Hall).
(e) Metode kotak yang diperluas.
Dimulai dari titik tengah TKP dalam bentuk
kotak sesuai kekuatan personil yang kemudian
dapat dikembangkan/diperluas sesuai dengan
kebutuhan sampai seluruh TKP dapat
ditangani.

c) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti.


(1) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus
dilakukan dengan cara yang benar disesuaikan
dengan bentuk/macam barang bukti yang akan
diambil/dikumpulkan yang dapat berupa benda
padat, cair dan gas.
(2) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti dalam
kasus-kasus :
(a) Tindak pidana dengan/disertai pembongkaran
dan memasuki tempat tertutup.
- Pada jalur masuk / keluar pelaku.
 Bekas ban kendaraan.
 Bekas kaki/sepatu/sandal.
- Ceceran puntung/bungkus rokok, sandal,
sapu tangan dll.
- Tetesan/bekas tetesan darah.
- Pada tempat masuk/keluar (jendela,
pintu).
 Sidik Jari.
 Bekas kaki.
 Bekas alat pembongkar (obeng,
linggis dll)
 Rambut
- Di dalam TKP (di tempat-tempat
diperkirakan terjadi kontak dengan
pelaku.
 Sidik jari
 Bekas kaki
 Barang-barang yang tertinggal dari
pelaku puntung/bungkus rokok, sapu
tangan, sarung tangan, korek api,
kancing pakaian, rambut tanah dal
lain-lain
 Bekas gigitan pada makanan/buah-
buahan
 Darah
 Peluru, senjata tajam/senjata api, tali
alat pemukul dan lain-lain.
- Pada korban mati :
 Darah
 Pakaian
 Bekas-bekas perlawanan seperti
rambut, hasil goresan kuku, serat
pakaian.
 Luka-luka atau cidera pada korban
 Benda-benda asing bukan berasal
dari tubuh
 pengambilan sidik jari pada kulit
tangan, badan dan bekas cekikan
pada leher.
- Pada pelaku/orang yang dicurigai
(termasuk tempat kediamannya)
 Darah
 Pakaian-pakaian, sepatu, sandal
(termasuk rumput, tanah yang
melekat)
 Sidik jari, cakaran kuku dan bekas
gigitan
 Rambut dan bekas-bekas luka
 kendaraan tersangka
 Alat-alat senjata yang ada kaitannya
dengan pelaku/tersangka yang
dicurigai.

(b) Pembakaran (kebakaran yang disengaja),


Kebakaran (kelalaian), antara lain harus diambil
dan dikumpulkan barang bukti sebagai berikut :
- Di jalur mendekat/keluar :
 Ceceran bahan bakar minyak tanah,
bensin, thiner dan lain-lain.
 Ceceran alat pembakar korek api,
kayu, kain,.
 Ceceran tempat bahan bakar :
kaleng, botol kaca/plastik
 Jejak kaki/sepatu/sandal, puntung
rokok
- Di TKP
 Bekas/sisa bahan bakar :
minyaktanah,bensin,thiner, bahan
peledak
 Bekas/sisa obat pembakar korek api,
detonator?fuse.
 Potongan kawat listrik yang
sambungannya tidak sempurna,
sekering dan kotak sekering
 Sambungan pipa gas/klep
pengaman yang bocor.
 Gas, sisa/hasil bakar/media bakar
 Sisa kompor/lampu/obat nyamuk/alat
bakar.
- Pada tersangka (terrmasuk tempat
kediamannya).
 Bekas/sisa dan bau bahan bakar.
 Sisa alat pembakar
 Rokok

(c) Kasus yang ada hubungannya dengan racun


- Pada korban
 Muntahan
 Data kesehatan (medical History),
yang bisa didapat pada Dokter/RS
dimana korban pernah berobat
 Obat-obatan/racun (pada badan /
pakaian)
- Di TKP
 Obat-obatan berbahaya (daftar G)
 Sisa Makanan/minuman
 Sisa racun termasuk racun tikus/
serangga/ tumbuh-tumbuhan
 Desinfektan (karbol, glysol)
- Pada Tersangka
 Obat-obatan berbahaya (daftar G)
 Sisa racun.

(d) Kejahatan susila


- Pada korban.
 Noda darah, sperma
 Rambut, serat pakaian
 Pakaian termasuk pakaian dalam
 Bekas-bekas perlawanan seperti :
benda-benda yang melekat
dikuku/tangan.
- Di TKP
 Noda darah, sperma
 Sidik jari, bekas kaki
 Rambut, tanah yang tercecer
 Barang-barang yang tertinggal dari
pelaku seperti : sapu tangan, kertas-
kertas, puntung rokok, korek api,
botol minuman.obat-obatan
bius,senjata tajam/api,alat pengikat
 Bekas-bekas perlawanan
- Pada tersangka (termasuk kediamannya).
 Noda darah, sperma, rambut
 Pakaian yang dicurigai
 rokok dan korek api,senjata tajam/
api
 Bekas-bekas perlawanan korban
 Rumput, tanah yang melekat pada
pakaian/sepatu.
 Sidik jari dan cetakan kaki /sepatu /
sandal.
 Senjata tajam/api, obat obatan.alat
pengikat.

(e) Kecelakaan lalu lintas (sengaja atau tidak,


termasuk tabrak lari)
- Pada Korban : (termasuk kendaraan
miliknya).
 Barang/benda yang terpindah dari
kendaraan bermotor, seperti : cat
mobil, minyak oli dan rem, pecahan
kaca, bekas bau pada pakaian
korban.
 Pakaian korban
- Di TKP
 Bekas rem dan jejak-jejak lain dari
kendaraan
 Cat mobil, minyak oli, pecahan kaca.
 Pecahan-pecahan kaca dari
kendaraan bermotor.
- Pada kendaraan bermotor yang dicurigai.
 Barang yang terpindah dari korban
atau kendaraannya seperti : serta
pakaian, darah kering, rambut,
daging/kulit korban.
 Bekas kerusakan yang baru terjadi,
contoh : Cat Mobil, minyak oli dan
rem serta kaca.

6) Pengambilan dan pembungkusan barang bukti yang


memerlukan Bantuan Teknis (Inafis, Labfor dan Dokpol)
a) Pisau yang dipergunakan ada sidik jarinya
(1) Menggunakan tali yang diikatkan pada pangkal
pisau atau dapat diangkat dengan mempergunakan
ujung ibu jari dan telunjuk, jangan sekali-kali
menggenggamnya.
(2) Letakkan diatas sehelai karton tebal, ikat dengan
kawat yang halus atau benang yang kuat.
(3) Masukan pisau yang telah terikat pada karton
tersebut kedalam kotak yang sesuai sehingga tidak
dapat bergeser .
(4) Bungkus, segel dan beri label untuk kepentingan
pemeriksaan identifikasi Polri.

b) Senjata api yang diperkirakan terdapat sidik jari.


(1) Pungutlah senjata api tersebut dengan
menggunakan ujung ibu jari dan jari telunjuk pada
bagian pelindung penarik, kemudian angkat
perlahan-lahan.
(2) Letakkan senjata apui tersebut pada sehelai karton
yang tebal, ikat dengan benang atau tali yang cukup
kuat pada bagian-bagian pemegang dan pangkal
larasnya.
(3) Apabila pada ujung laras senjata api didapat bekas-
bekas sobekan kain, rambut maka ini harus dijaga
jangan sampai rusak atau hilang.
(4) Pada ujung laras hendaknya ditutup dengan kertas
dan diikat agar tidak kemasukan kotoran.
(5) Masukan senjata api tersebut pada sebuah kotak
yang sesuai ukurannya agar tidak dapat bergerak.
(6) Kemudian tutup, bungkus segel dan beri label.

c) Anak peluru (bullet) yang ditemukan di TKP.


(1) Ambil dengan hati-hati menggunakan telunjuk dan
ibu jari pada kedua ujung anak peluru tersebut dan
jangan sampai menambah goresasn.
(2) Jika diketemukan lebih dari satu peluru pisahkan
satu dengan yang lain, bungkus satu persatu dengan
terlebih dahuli dibalut kapas.

d) Selongsong peluru.
Karena untuk kepentingan pembuktian selongsong ada
pada bagian dasar, maka cara mengambilnya dengan
menggunakan alat (lidi, pensil dll) dimasukkan dalam
lobang selongsong dan dimasukkan kedalam kantong
plastik.

e) Mesiu/serbuk.
(1) Parafin/lilin yang telah dicairkan, balutkan atau
tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya.
(2) Setelah kering (padat kembali) buka parafin tersebut
dan masukkan pada kantong plastik yang bersih
dan segel.
(3) Bungkus, segel dan beri label.

f) Peluru yang belum terpakai.


(1) Sama dengan anak peluru dan selongsong.
(2) Jika masih terdapat dalam silinder, supaya dibiarkan
dan jangan dikeluarkan.
(3) Jika masih terdapat dalam magazen maka magazen
tersebut harus dikeluarkan dari senjatanya, dengan
menggunakan alas sapu tangan dan jangan
merusaki menghilangkan sidik jari yang mungkin
terdapat pada senjatanya.
(4) Bungkus, segel dan beri label.
g) Pecahan logam, peluru/serpihan (bahan peledak, kaca dll)
(1) Membungkus secara terpisah baik menurut jenisnya,
waktu maupun tempat diketemukannya.
(2) Pengambilan dan pengumpulannya seperti pada
anak peluru.
(3) Bungkus, segel dan beri label.

h) Pakaian si Korban.
(1) Dibungkus tersendiri terutama bila ada lobang
peluru, sobek karena pisau, noda darah, sperma
pada pakaian tersebut.
(2) Bungkus, segel dan beri label.

i) Dokumen atau surat


(1) Semua dokumen yang ada hubungannya dengan
tindak pidana dan yang disita harus dijaga
keasliannya.
(2) Jangan sampai terjadi kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan akibat kecerobohan cara mengambil,
mengumpulkan dan menyimpannya.
(3) Lipatlah sesuai dengan lipatan aslinya.
(4) Jangan mengadakan coretan-coretan pada
dokumen tersebut.
(5) Jika hendak memberi tanda/code berikan pada
sampul dimana dokumen tersebut disimpan.
(6) Simpanlah dokumen dalam sampul/amplop
cellopane.
(7) kemudian dibungkus diikat, diberi label dan segel.

j) Rambut.
(1) Pungutlah rambut-rambut dengan menggunakan
pinset (penjepit).
(2) Tempatkan rambut tersebut pada sehelai kertas
putih kemudian lipatlah kertas tersebut sehingga
rambut itu terjepit ditengahnya.
(3) Masukkan lipatan kertas itu kedalam kotak/kantong
dan tutuplah rapat-rapat.
(4) Bungkus, segel dan beri label.
k) Sperma.
(1) Jika masih basah usahakan untuk dapat dipindahkan
kedalam botol kaca dan tutup rapat.
(2) Jika sudah kering, biarkan pada tempatnya semula,
bungkus bersama tempatnya, beri label dan segel.

l) Darah.
(1) Darah basah yang diketemukan pada benda-benda
lunak antara lain pakaian, seprei, selimut, keset.
(a) Jumlah kecil :
Potong/guntinglah setengah dari pada tempat
masukkan kedalam botol kemudian cairan
saline (larutan garam dapur Na CI 0,9%) dan
tutup rapat-rapat bungkus, beri label dan segel.
Potongan sisanya biarkan mengering setelah
itu bungkus, beri label dan segel.

(b) Jumlah besar.


Pindahkan darah yang tergenang itu kedalam
botol/bejana dengan menggunakan pipet,
tambahkan cairan saline kedalamnya kira-kira
1/5 dari jumlah darahnya, tutup rapat, bungkus,
beri label dan segel. Bekas genangan agar
dibungkus.

(2) Darah basah yang diketemukan pada benda keras


antara lain ubin, besi dan batu.
(a) Jumlah kecil.
Usahakan memindahkan sebanyak mungkin
darah tersebut didalam botol yang bersih.
Berikan cairan saline sejumlah 1.5 dari darah
yang ada. Tutup yang rapat, bungkus, beri
label dan segel. Sisanya biarkan mengering,
kemudian korek dengan pisau / silet
secukupnya. Masukkan dalam lipatan kertas
putih, masukan dalam amplop, beri label dan
segel.

(b) Jumlah besar.


Contoh darah yang diambil dalam jumlah yang
lebih banyak. Caranya sama dengan pada
jumlah yang kecil.

(3) Darah kering yang diketemukan pada benda-benda


lunak antara lain Sprei, pakaian, selimut :
(a) Jumlah kecil.
Ambil dan bungkus barang/bagian barang
dimana darah kering melekat, beri label dan
segel.

(b) Jumlah banyak.


Potong/gunting dimana darah kering tersebut
melekat secukupnya. Masukkan kedalam
bejana/botol bermulut lebar, tuangkan cairan
saline secukupnya dan tutup botol tersebut
rapat-rapat.

(4) Darah kering yang diketemukan pada benda keras


antara lain ubin, besi dan batu.
(a) Jumlah kecil.
Kerik seluruhnya, masukan kedalam
bejana/botol. Tuangkan cairan saline
secukupnya dan botol ditutup rapat. Bungkus,
beri label dan segel.

(b) Jumlah besar.


Keriklah sebanyak mungkin dengan pisau/silet.
Masukkan kedalam bejana/botol, tuangkan
cairan saline secukupnya. Tutup rapat, bungkus
beri label dan segel. Sisanya masukan dalam
lipatan kertas putih, masukan dalam amplop
beri label dan segel.

(c) Cairan yang lain.


Cara pengambilan dan pengawetan dapat
dilakukan sama dengan cara pengambilan
darah dan sperma.

m) Sisa makanan/muntahan makanan.


Pindahkan kedalam botol /kantong plastik yang diangkat
dengan cara menggunakan sendok atau alat lain
kemudian ditutup/diikat dan disegel.

n) Jejak jari.
(1) Jejak jari nyata (langsung dapat dilihat,
misalnya jejak jari berasal dari jari-jari yang kotor
karena tanah, oli, darah dan sebagainya).
(2) Jejak jari plastik (akibat dari pada barang-
barang lunak yang terpegang, misalnya : coklat,
mentega, sabun, sehingga menimbulkan lekukan-
lekukan yang menggambarkan jari dengan garis-
garis papilernya).
(3) Jejak jari latent (jejak jari yang perlu
dikembangkan terlebih dahulu sebelum dapat
dilihat), jenis ini merupakan jejak jari terbanyak
yang dapat dijumpai di TKP.
(4) Jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya,
dalam suatu perkara pidana karena :
(a) Tidak ada orang yang memiliki sidik jari yang
sama.
(b) Sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup.
(c) Sidik jari dapat dirumus.
(5) cara pengambilan jejak jari yang ditemukan
di TKP dilakukan sebagai berikut :
(a) Potret jejak jari yang ditemukan (bila latent
harus dikembangkan terlebih dahulu dengan
metode serbuk atau metode kimia)
(b) Angkat (lifting), jejak jari yang ditemukan
dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah
dikembangkan dengan serbuk, kemudian
tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari di
TKP”
(c) Cetak jejak jari plastik yang ditemukan dengan
silikon dan turunkan hasil cetakannya dalam
kotak yang sesuai dengan ukurannya.
(d) Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim
bersama benda/barang, dimana ia melekat.
(e) Bila barang/benda tersebut terlalu besar untuk
dibawa seluruhnya, lakukan pemotongan dan
potongan benda / benda tersebutlah yang
harus dikirimkan (dipertimbangkan baik-baik
kepentingannya karena anda selaku petugas
terpaksa melakukan pengrusakan atas milik
seseorang).

o) Jejak alat/perkakas (tool marks)


(1) Alat-alat/perkakas yang digunakan dalam kejahatan,
hampir selalu meninggalkan bekas di TKP.
(2) Pada umumnya berupa goresan-goresan atau
lekukan pada benda-benda tertentu yang menjadi
sasaran kejahatan.
(3) Jejak/jejak alat/perkakas ini membawa segala ciri
atau tanda tanda-tanda istimewa yang ada pada alat
perkakas aslinya (obeng yang telah rusak ujungnya,
meninggalkan jejak bekas yang berbeda dengan
obeng lain yang masih baru atau yang kerusakannya
berbeda.
(4) Cara mengambil jejak alat / perkakas ini dengan cara
menuangkan/mencetaknya dengan silikon.

p) Jejak kaki, sepatu, ban mobil


(1) Diatas permukaan tanah yang lembek gembur, atau
berpasir injakan kaki sepatu dan gilasan roda
kendaraan meninggalkan bekas, berupa cetakan dari
pada bentuk asalnya.
(2) Jejak-jejak ini merupakan alat bukti yang dapat
menunjang pengungkapan suatu tindak pidana,
karena dapat dilakukan perbandingan antara jejak
yang ditemukan kemudian didalam penyidikan.
(3) Cara pengambilan jejak ini adalah dengan
mencetak/menuangnya dengan gips.

q) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti gas.


(1) Berhubung cara-cara pengambilan dan pengawetan
sukar dilakukan, lebih-lebih banyak jenis gas yang
sangat membahayakan manusia dan makhluk hidup
lainnya maka dalam pemeriksaan harus didatangkan
ahli.
(2) yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan dengan
memperhatikan bahaya yang mungkin ada, bila
mungkin yaitu dengan mengumpulkan gas termasuk
gas hasil kebakaran dengan cara mengumpulkan
dalam kantong plastik atau nilon (yang tidak tembus
udara) di beberapa tempat TKP sebagai sampel.
(3) Untuk penentuan tentang kadar dan jenis gas,
diserahkan pada ahli/labfor.

7) Penanganan Barang Bukti Informasi dan Teknologi/ Digital di


TKP dilakukan sebagai berikut :
a) Barang bukti digital:
(1) PDA, cradle dan charger;
(2) Media Penyimpanan data seperti hardisk (PC dan
laptop), floppy disk, zip disk;
(3) Pita back-up (berbagai macam pita rekaman);
(4) Alat penyimpanan data lain;
(5) Berbagai alat lain USB, telepon genggam.
(6) Alat lain yang harus disita
(a) CD dan DVD
(b) Kunci komputer.
(c) Hasil cetakan printing dan peralatan cetak.

b) Pemeriksaan barang bukti digital di TKP dapat dilakukan


secara forensik yang dilakukan oleh petugas dari Unit
Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri dan memperhatikan
tata cara dan prosedur permintaan dan penyerahan
barang bukti digital. adapun tindakan penanganan barang
bukti elektronik di TKP sebagai berikut :
(1) Terhadap barang bukti komputer/laptop:
(a) Apabila komputer/laptop dalam kondisi tidak
nyala (mati), segera copot daya listriknya dari
semua alat elektronik, cabut kabel listrik dari
komputer bukan dari sumbernya;
(b) Apabila komputer/laptop dalam kondisi nyala
(hidup), ambil foto terlebih dahulu semua
bagian komputer, termasuk layar
komputer/laptop dan catat tanggal dan waktu
saat komputer/laptop itu hidup dan catat semua
program yang sedang berjalan/sedang
beroperasi di komputer/laptop itu. Setelah
mengambil foto dan mencatat, segera copot
daya listriknya dari semua alat elektronik, cabut
kabel listrik dari komputer bukan dari
sumbernya;
(c) Setelah itu tekan power laptop selama 30
detiksampai layar laptopmenjadi hitam dikenal
dengan istilah hard power down
(d) Matikan sambungan dari akses remote
( telepon genggam atau modem) pisahkan
komputer dari camera movie digital (web
camera);

(2) CD/DVD dan USB thumb drive / memory card


Amankan barang bukti berupa CD/DVD dan USB
thumb drive / memory card, bungkus dengan
memakai kantong barang bukti yang sudah
disiapkan untuk diangkut (dimemperlakukan sama
dengan barang pecah belah).

(3) Telepon genggam


(a) Jika menemukan telepon genggam yang
kemungkinan terkait dengan TP yang sedang
ditangani segera matikan/nonaktifkan telepon
genggam itu, jangan pernah melakukan
penyitaan terhadap telepon genggam dalam
keadaan terus menerus hidup karena itu akan
merubah data komunikasi telepon genggam
dengan BTS yang dilaluinya.
(b) Jika dalam keadaan mendesak dapat mencabut
baterai dari telepon genggam itu dan masukan
ke dalam kantong barang bukti yang sudah
disiapkan.

(4) Alat elktronik lainnnya yang ada hubungannya


dengan TP cyber crime.

c) Pemeriksaan barang bukti perangkat komputer wajib


memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
(1) Penanganan barang bukti komputer, yang berkaitan
dengan data yang tersimpan dalam harddisk atau
penyimpanan adat (storage) lain, dari sejak
penanganan pertama harus sesuai dengan tata cara
yang berlaku, karena barang bukti memiliki sifat yang
mudah hilang/berubah (volatile), dan bila penyidik
tidak memahami tata cara penyitaan barang bukti
komputer, dapat meminta bantuan Labfor Polri;
(2) Barang bukti dikirimkan secara lengkap dengan
seluruh sistemnya;
(3) Barang bukti dibungkus, diikat, dilak, disegel dan
diberi label; dan
(4) Pengiriman barang bukti ke Labfor Polri dapat
melalui pos paket atau kurir.

d) Tata cara penyitaan barang bukti komputer yang sedang


digunakan untuk melakukan kejahatan adalah sebagai
berikut:
(1) Mematikan aktivitas komputer dari server untuk
komputer yang terhubung dengan network;
(2) Mencabut kabel input komputer dari sumber arus
listrik sebelum komputer di shut down (mematikan
secara kasar), untuk laptop/notebook dicabut pula
baterainya;
(3) Mematikan saklar pasokan listrik dan segel saklar itu
untuk menghindari menghidupkantanpa sengaja;
(4) Mencatat spesifikasi komputer dan peralatan
input/output (I/O) yang terpasang pada komputer itu;
(5) Mencabut semua kabel yang terpasang pada
komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda
yang berbeda agar memudahkan pada
pemasangannya kembali;
(6) Menyita barang bukti lain yang ada hubungannya
dengan komputer, antara lain disket, CD/DVD,
magnetic tape, memory card, flash disk, external
hard disk, dan buku petunjuk ;
(7) Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8) Memperlakukan barang bukti dengan hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan.

e) Tata cara penyitaan barang bukti komputer yang sudah


dimatikan adalah :
(1) Mencari informasi kapan komputer digunakan
tersangka untuk melakukan kejahatannya;
(2) Mencari keterangan mengenai pengunaan komputer
yang dijadikan sebagai barang bukti sesudah
digunakan untuk melakukan kejahatan; dan
(3) Mematikan saklar pasokan listrik dan segel saklar itu
untuk menghindari menghidupkantanpa sengaja;
(4) Mencatat spesifikasi komputer dan peralatan
input/output (I/O) yang terpasang pada komputer itu;
(5) Mencabut semua kabel yang terpasang pada
komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda
yang berbeda agar memudahkan pada
pemasangannya kembali;
(6) Menyita barang bukri lain yang ada hubungannya
dengan komputer, seperti disket, CD/DVD, magnetic
tape, memory card, flash disk, external harddisk, dan
buku petunjuk ;
(7) Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8) Memperlakukan barang bukti dengan hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan.
Selain pemeriksaan secara laboratoris yang
dilakukan oleh Unit Cyber Crime Bareskrim Mabes,
penyidik dapat memeriksakan kepada Laboratorium
Forensik Mabes Polri dengan memenuhi persyaratan
formal sebagai berikut :
(a) permintaan tertulis dari kepala kesatuan
kewilayahan atau kepala/pimpinan instansi;
(b) laporan polisi;
(c) BAP saksi / tersangka atau laporan kemajuan;
(d) BA pengambilan, penyitaan dan
pembungkusan barang bukti.

f) Terhadap para tersangka agar dilakukan pemeriksaan


dengan beberapa hal yang perlu ditanyakan:
(1) identitas lengkap;
(2) riwayat hidupnya;
(3) Kronologi perbuatan tersangka dalam hal melakukan
perjudian melalui media elektronik.
(4) kemampuan menjalankan komputer,gadget dan
media elektronik yang terhubung dengan Internet
dan lain-lain sesuai dengan kasus;
(5) Para tersangka yang memenuhi unsur dalam
ketentuan ditahan sesuai dengan KUH Acara
Pidana.
(6) Para saksi yang mungkin sekaligus tersangka
diperiksa dan hasilnya dituangkan dalam berita
acara yang memenuhi persyaratan formal dan
materiel. Hal yang perlu dipertanyakan:
(a) Proses saling mengenal dengan tersangka;
(b) jumlah karyawan perjudian on-line dan
tugasnya;
(c) dan lain-lain sesuai dengan kasus;

g) Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan terhadap


barang bukti, penyidik meminta keterangan kepada saksi
ahli dari Depkominfo:
(1) kepada ahli bidang hukum khusus UU ITE tentang
pemenuhan unsur-unsur pasal yang disangkakan;
(2) kepada ahli secara teknis tentang permasalahan
yang disangkakan;

h) setelah mempunyai alat bukti yang sah dari pemeriksaan


secara laboratoris terhadap barang bukti digital alat bukti
lain yang secara keseluruhan dituangkan dalam Berita
Acara Pengolahan TKP, penyidik melanjutkan penyidikan
dengan melengkapi berkas dan melakukan serangkaian
penyidikan lain.

8) Penangan barang bukti yang berkaitan dengan perkara Hak


atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
(a) Hak atas Kekayaan Intelektual meliputi perihal yang
berikut:
(1) Paten
(2) Merek
(3) Desain Industri
(4) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
(5) Rahasia Dagang
(6) Varietas Tanaman.

(b) Sasaran yang di cari dalam Olah TKP adalah:


(1) Orang
Orang yang melihat, mendengar, mengetahui, atau
mengalami sendiri hal yang kegiatan memproduksi
dan memperdagangkan barang hasil pelanggaran
merek.

(2) Benda/Barang
(a) Benda/barang baik barang jadi ataupun bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi.
(b) Alat yang digunakan dalam proses produksi.
(c) Dokumen tentang hasil produksi dan penjualan
(kuitansi, faktur, DO, PO, dll.).
(d) Dokumen lain yang terkait dengan merek (akta
perusahaan, SITU, SIUP, salinan lisensi,
somasi/komplain dari pemegang hak yang lain).

(3) Tempat
Rumah, pabrik, gudang, toko, atau tempat lain yang
digunakan untuk memproduksi, menyimpan, dan
memperdagangkan barang hasil pelanggaran merek.

9) Penanganan barang bukti yang berkaitan dengan perkara Uang


dan Dokumen Palsu (UDPAL)
a) Jenis-Jenis dokumen palsu
(1) Kelompok Bukti Pelunasan / Penyetoran:
(a) perangko, Meterai temple, Kertas bermeterai;
(b) pita Cukai: rokok, tembakau, minuman;
(c) stiker Lunas PPN;
(d) fiskal;
(e) visa / stiker visa;
(f) airline ticket
(g) cetakan tanda lunas bea meterai pada cek dan
giro;
(h) karcis, kartu parker, dan tol;
(i) rekening listrik / PAM / telepon dan PBB;
(j) wesel;
(k) bukti penyetoran Uang / Pembayaran.

(2) Kelompok Alat Pembayaran:


(a) encoding kartu telepon;
(b) uang kertas;
(c) uang Logam;
(d) nota debet / kredit;
(e) voucher;
(f) surat bukti pembayaran transfer.

(3) Kelompok Bukti Pemilikan:


(a) sertifikat tanah;
(b) sertifikat Bank Indonesia;
(c) BPKB .
(d) sertifikat deposito dan saham;
(e) obligasi;
(f) polis asuransi;
(g) kartu kredit / ATM.
(4) Kelompok Bukti Pencapaian Prestasi:
(a) STTB / NEM;
(b) Ijazah;
(c) SIM;
(d) sertifikat lembaga pendidikan;
(e) sertifikat uji barang;
(f) kertas gesek untuk nomor kendaraan bermotor.

(5) Kelompok Bukti Diri Pencapaian / Registrasi:


(a) paspor;
(b) buku uji kendaraan bermotor;
(c) surat / buku ijin menangkap ikan;
(d) dokumen Kependudukan (KTP, KK, AKTA
LAHIR/MATI/ CERAI);
(e) akta notaris;
(f) buku pelaut;
(g) Security ID Card;
(h) kop surat lembaga negara.

b) Pemeriksaan barang bukti uang wajib memenuhi


persyaratan teknis sebagai berikut :
(1) barang bukti uang harus dikirimkan seluruhnya ke
Labfor Polri;
(2) untuk barang bukti yang terdiri dari beberapa
pecahan, dikelompokkan menurut pecahannya dan
diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil;
(3) bahan-bahan berupa kertas, tinta, lema tau vahan
perekat, vahan kimia (larutan/padatan) dikirim
secukupnya;
(4) Terhadap alat-alat cetak yang diduga digunakan
untuk mencetak barang bukti dapat dilakukan
pemeriksaan di Labfor atau TKP ataupun tempat lain
dimana alat cetak tersebut berada;
(5) barang bukti uang dimasukan dalam kantong plastik,
kemudian dibungkus, diikat, dilak, disegel dan diberi
label;
(6) barang bukti berupa sisa uang yang terbakar
ditempatkan dalam kotak kokoh beralaskan kapas
agar tidak menambah kerusakan;
(7) barang bukti dibungkus, diikat, dilak, disegel dan
diberi label; dan
(8) segera dikirim ke Labfor.

10) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana lingkungan


hidup dilaksanakan bersamaan dengan proses penindakan
Kepolisian, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Penanganan Barang Bukti
(1) Penyitaan barang bukti
Penyitaan dilakukan dengan Surat Perintah
Penyitaan dalam keadaan yang sangat mendesak
dan perlu karena memerlukan tindakan segera,
penyitaan dapat dilakukan tanpa izin Ketua
Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada benda-benda
bergerak daan sesudahnya segera melaporkan
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.

(2) Barang bukti yang disita :


(a) Dokumen-dokumen perusahaan, dokumen
IPAL, perijinan lain yang terkait;
(b) Barang-barang lain yang berkaitan dengan
tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka.

b) Pengambilan Barang Bukti :


(1) Pengambilan barang bukti sample
pencemaran/perusakan lingkungan dilakukan oleh
petugas yang telah memiliki sertifikasi dan
disaksikan oleh pemilik/penguasa perusahaan;
(2) Penyitaan terhadap barang sample
pencemaran/perusakan lingkungan dan atau
dokumen dilakukan oleh penyidik dari
pemilik/penguasa atau dari tersangka dengan
disaksikan dua orang saksi;
(3) Membuat surat perintah penyitaan, tanda terima,
berita acara penyitaan;
(4) Mengajukan permintaan persetujuan penyitaan
barang bukti kepada Ketua Pengadilan Negeri.

c) Pemeriksaan Labotarium :
(1) Sample baik berupa limbah cair/padat, dilakukan
pengujian di Labotarium yang telah memiliki
akreditasi komite akreditas nasional (KAN);
(2) Hasil pengujian digunakan sebagai bukti penyidikan.

11) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana perikanan


dilaksanakan bersamaan dengan proses penindakan
Kepolisian, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Penyitaan Barang Bukti dilakukan dengan Surat Perintah
Penyitaan dalam keadaan yang sangat mendesak dan
perlu karena memerlukan tindakan segera, penyitaan
dapat dilakukan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri tetapi
terbatas pada benda-benda bergerak dan sesudahnya
segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat.

b) Barang Bukti yang dapat disita :


(1) Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan
(jaring dan kelengkapannya);
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut ikan
(Kapalnya);
(3) Ikan hasil penangkapan tanpa dilengkapai ijin;
(4) Dokumen-dokumen (Perizinan Perusahaan, Kapal
dll);
(5) Barang-barang lain yang berkaitan dengan kegiatan
Tindak Pidana Bidang Perikanan;
(a) Penyitaan Barang ikan :
- Pada saat menemukan barang bukti
Kapal penangkap ikan, segera cek fisik
ikan dan lakukan penyitaan dan kalau ada
cold storage (tempat pendingin ikan
didarat yang dimiliki oleh perusahaan ikan
dibongkar dan dipindahkan selanjutnya
dilakukan penghitungan oleh petugas KKP
setempat disaksikan oleh pemilik /
Nahkoda dan penyidik. Dan apabila tidak
ada cold storage penghitungan dilakukan
dari Palka kapal tersebut ke Palka kapal
kosong lainya dan tetap pada alat
pendingin kapal tersebut dan
pembongkaran serta penghitungan
tersebut dilakukan pada malam hari
karena menjaga kualitas ikan;
- Membuat surat perintah penyitaan, tanda
terima, berita acara penyitaan;
- Barang bukti ikan diberitanda Police Line;
- Membuat surat ke KKP stempat untuk
meminta bantuan pemeriksaan dan
penghitungan barang bukti ikan;
- Mengajukan permintaan persetujuan
penyitaan barang bukti ke Pengadilan
Negeri;
- Membuat surat perintah penitipan barang
bukti, tanda penerimaan penitipan dan
berita acara penitipan barang bukti;

(b) Penyitaan barang bukti alat angkut :


- Membuat surat perintah penyitaan, tanda
penerimaan dan berita acara penyitaan;
- Barang bukti diberikan tanda Police Line;
- Mengajukan permintaan persetujuan
barang bukti ke Pengadilan Negeri;
- Membuat surat perintah penitipan barang
bukti, tanda penerimaan penitipan dan
berita acara penitipan barang bukti.

c) Setelah dilakukan penyitaan harus segera dibuat Berita


Acara Penyitaan yang ditandatangani oleh Penyidik atau
orang dari mana benda itu disita dengan disaksikan oleh
dua oarang saksi, dan turunan dari Berita Acara Penyitaan
disampaikan kepada pemilik Kapal, serta diberikan Surat
Tanda Penerimaan dari mana benda itu disita.

12) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana bidang


pertambangan dilaksanakan bersamaan dengan proses
penindakan Kepolisian yaitu berupa Penyitaan barang bukti
terhadap :
a) Sarana dan peralatan penambangan, yaitu : Excavator;
Dozer; Grader; Loader; Dump truck;
b) Instalasi pengolahan dan pemurnian, yaitu : Washing
plant; Stone crusher;
c) Hasil penambangan, yaitu : batubara, nikel dsb yang ada
dibukaan tambang, stockpile maupun pelabuhan;
d) Dokumen : akta perusahaan, NPWP, TDP, IUP, IPR,
IUPK; rekapitulasi produksi dan penjualan hasil tambang,
SPK, perjanjian/kontrak/kerja sama.

13) Penanganan barang bukti perkara pidana bidang kehutanan


dilaksanakan bersamaan dengan proses penindakan
Kepolisian yaitu berupa :
a) Penyitaan dilakukan dengan Surat Perintah Penyitaan
dalam keadaan yang sangat mendesak dan perlu karena
memerlukan tindakan segera, penyitaan dapat dilakukan
tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada
benda-benda bergerak dan sesudahnya segera
melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.
Barang bukti yang disita antara lain :
(1) Penebangan pohon tanpa ijin :
(a) Alat-alat yang digunakan untuk menebang
pohon seperti gergaji sand sow;
(b) Alat-alat berat yang digunakan antara lain
tracktor, buldozer, loder truk dan alat angkut
lainnya yang digunakan langsung (kapal laut,
truk, dll);
(c) Kayu log hasil tebangan;
(d) Dokumen dan benda lain yang terkait dengan
tindak pidana tersebut.
(2) Penebangan pohon diluar areal perijinan :
(a) Alat-alat yang digunakan dalam penebangan
pohon seperti gergaji sand sow dll;
(b) Alat berat yang digunakan antara lain tracktor,
buldozer, loder, loging truk, truk dll;
(c) Perizinan yang dimiliki antara IUPHHK, IPK
atau perijinan lainnya;
(d) Peta kerja;
(e) Dokumen TUK antara lain buku ukur, LHP,
LMKB dll;
(f) Dokumen pengangkutan antara lain SKSKB /
FA-KB;
(g) Barang-barang lain/dokumen yang berkaitan
dengan kegiatan yang dilakukan;
(h) Kayu log hasil tebangan;
(i) Dokumen dan benda lain yang terkait dengan
tindak pidana.

(3) Menerima, memiliki, menyimpan, menguasai hasil


hutan tanpa ijin.
(a) Perijinan yang dimiliki bagi perusahan atau
badan atau industri yang menerima, memiliki,
menyimpan, menguasai hasil hutan tanpa ijin;
(b) Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut
hasil hutan tersebut seperti kapal, tongkang,
takboat, truk dll;
(c) TUK antara lain LMKB/ LMKO, buku ukur;
(d) Dokumen keluar masuk kayu antara lain
SKSKB, FA-KB, FA-KO;
(e) Mesin produksi yang digunakan antara lain
band sow, dll;
(f) Kayu yang ada.

(4) Mengangkut hasil hutan tanpa dokumen


(a) Dokumen alat angkut;
(b) alat angkut;
(c) kayu yang diangkut;
(d) Dokumen dan benda lain yang terkait dengan
kejahatan.

b) Setelah dilakukan penyitaan harus segera dibuat Berita


Acara Penyitaan yang ditandatangani oleh Penyidik dan
orang menguasai benda tersebut dengan disaksikan oleh
dua orang saksi, dan lampiran dari Berita Acara Penyitaan
disampaikan kepada orang yang menguasai benda
tersebut yang ikut menandatangani Berita Acara
Penyitaan tersebut.

14) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana Korupsi


dengan tindakan pengumpulan barang bukti berupa :
a) benda bergerak dapat dilakukan sebelum adanya
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat
selanjutnya dimohonkan persetujuan atas penyitaan
dimaksud.
b) benda tidak bergerak dapat dilakukan setelah adanya
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat.
c) surat atau tulisan lain mereka yang berkewajiban menurut
Undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak
menyangkut rahasia Negara, hanya dapat dilakukan
penyitaan atas persetujuan mereka atau izin khusus Ketua
Pengadilan Negeri setempat kecuali Undang-undang
mengatur lain.
d) informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa
dengan itu maka terhadap informasi tersebut dapat
dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan
terhadap Objek yang diperlukan dari alat yang digunakan.
e) dokumen berupa rekaman data info yang didapat dilihat,
dibaca, didengar, dikeluarkan dengan atau bantuan
sarana yang tertuang diatas kertas, benda fisik selain
kertas maupun yang terekam secara elektronik, yang
berupa suara, gambar, peta rancangan, foto, huruf, tanda,
angka atau informasi yang memiliki makna dapat
dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan
terhadap objek yang diperlukan dari alat yang digunakan.
f) uang hasil kejahatan yang berada dalam rekening
nasabah menyimpan terlebih dahulu dilakukan
pemblokiran rekening senilai hasil kejahatan selanjutnya
dilakukan penyitaan setelah mendapat penetapan
pengadilan.
g) uang hasil kejahatan yang secara fisik ada pada
tersangka / saksi dapat dilakukan penyitaan secara fisik
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP.
h) barang / benda / dokumen milik Negara dalam
penguasaan Negara yang berwenang dilakukan dengan
cara :
(1) Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan
berupa barang / benda dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan terhadap copy dilegalisir bukti
kepemilikan barang / benda.
(2) Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan
berupa dokumen milik negara dalam penguasaan
negara yang berwenang dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan terhadap copy legalisir
dokumen.

i) Pengumpulan barang bukti milik negara dibawah


kekuasaan pihak– pihak lain yang tidak berwenang
menguasai barang tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan secara fisik sebagaimana diatur
dalam Undang-undang.

15) Penanganan barang bukti perkara pidana Narkoba


dilaksanakan bersamaan dengan proses penindakan
Kepolisian, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan
barang bukti :
(1) Keselamatan personil adalah yang paling utama,
untuk itu dalam penanganan barang bukti
seyogyangnya menggunakan pakaian pelindung
seperti ; baju anti bahan kimia, sarung tangan yang
tidak tembus bahan kimia, masker, kacamata lab, dll
menyesuaikan tingkat bahaya TKP yang ditangani.
(2) Untuk penanganan barang bukti pada laboratorium
gelap narkoba sebelum memasuki TKP sebaiknya
dilakukan monitoring kualitas udara menggunakan
Gas Detektor untuk mengetahui apakah ada gas
beracun yang menguap di udara.
(3) Untuk mengurangi konsentrasi gas yang menguap di
udara dapat dilakukan dengan penyedotan
menggunakan blower atau membuka jendela atau
ventilasi udara.
(4) Untuk TKP laboratorium gelap Narkoba biasanya
ditemukan zat-zat kimia berbahaya yang memiliki
sifat beracun, korosif, mudah terbakar/meledak dll,
sehingga dalam penanganan barang bukti dilarang
sambil makan/minum atau merokok dilokasi TKP.
(5) Tidak mencampur zat kimia satu dengan zat kimia
lainnya, karena dapat terjadi reaksi kimia yang
menimbulkan panas, keluarnya api atau ledakan.
Untuk pengambilan sampel barang bukti kimia
seyogyanya menggunakan pipet atau sendok yang
berbeda untuk masing-masing bahan kimia.
(6) Bila ditemukan laboratorium gelap Narkoba mesin
masih menyala / dalam keadaan masih berproduksi,
untuk menghentikan prosesnya sebaiknya
ditanyakan dulu kepada Pelaku/Tersangka
bagaimana cara menghentikannya dengan aman.
(7) Setelah memasuki laboratorium gelap Narkoba
segera membersihkan badan dengan air dan sabun
(melakukan dekontaminasi).

b) Pencarian atau penyisiran barang bukti dilakukan secara


teliti dan sistematis dengan menggunakan metode
pencarian disesuaikan kondisi tempat dan jumlah petugas
(Metode Spiral/Zone/Strip/Roda/Kotak yang diperluas).
c) Kasus Narkoba pada prinsipnya tertangkap tangan atau
tersangka telah ditemukan, sehingga bukti material/alat
kejahatan yang dikumpulkan lebih dititikberatkan untuk
pembuktian terhadap perbuatan pidana yang dilakukan
tersangka/pelaku, misalnya :
(1) Perbuatan menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai Narkotika dalam bentuk
tanaman, maka barang bukti yang dicari :
(a) Tanaman Narkotika;
 Lakukan penghitungan jumlah tanaman,
 Ukur tinggi tanaman,
 Untuk tanaman Narkotika yang ditemukan
dalam jumlah yang banyak, dilakukan
pemusnahan di TKP, setelah dilakukan
penyisihan dalam jumlah yang cukup untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan (segera
dibuat Berita Acara Pemusnahan dan
Penyisihan).

(b) Tempat untuk menanam;


(c) Peralatan untuk menanam;
(d) Benda/barang lain yang diduga ada kaitan
dengan pidananya.

(2) Perbuatan memiliki, menyimpan, me-nguasai


Narkotika dalam bentuk bukan tanaman, maka
barang bukti yang dicari :
(a) Zat/bahan yang diduga Narkotika;
 Lakukan pengetesan dengan
menggunakan Test Kit Narkotika
 Untuk bahan yang berbentuk padat
lakukan penimbangan dengan satuan
baku (mg, g, Kg dst)
 Untuk bahan yang berbentuk cair lakukan
pengukurang dengan satuan ml, L, dll)
(b) Tempat untuk menyimpan;
(c) Catatan pembelian;
(d) Benda/barang lain yang diduga ada kaitan
dengan pidananya.

(3) Perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,


membeli menjadi perantara jual beli Narkotika, maka
barang bukti yang dicari :
(a) Zat/bahan yang diduga Narkotika;
(b) Timbangan;
(c) Plastik untuk membagi;
(d) Catan-catatan tentang, penjualan, pembelian,
harga, jenis, dll.
(e) Uang hasil penjualan;
(f) HP;
(g) Benda / barang lain yang diduga ada kaitan
dengan pidananya.

(4) Perbuatan Membawa, mengirim, mengang-kut


Narkotika, maka barang bukti yang dicari :
(a) Zat/bahan yang diduga Narkotika;
(b) Tempat/tas untuk membawa;
(c) Tiket pesawat/boarding pass;
(d) Bukti pengiriman/penerimaan paket kiriman;
(e) Alat angkut;
(f) Catatan-catatan;
(g) Pasport;
(h) HP;
(i) Benda / barang lain yang diduga ada kaitan
dengan pidananya.

(5) Menggunakan Narkotika untuk diri sendiri (Narkotika


habis terpakai), maka barang bukti yang dicari :
(a) Bungkus bekas Narkotika.
(b) Alat Suntik;
(c) Bong;
(d) Sedotan;
(e) Kompor pembakar;
(f) Korek api;
(g) Alat untuk mecampur;
(h) Alat untuk menghaluskan;
(i) Alat untuk menyendok;
(j) Alumunium foi;l
(k) Kerak/abu bekas pembakaran Narkotika;
(l) Urine/darah (diambil oleh petugas yang
memiliki kompetensi, misalnya dokter, petugas
laboratorium, dll).

e. Pengakhiran penanganan TKP


1) Konsolidasi
Setelah pengolahan TKP selesai dilaksanakan, maka dilakukan
pengecekan tehadap personil, perlengkapan dan segala hal
yang diketahui, ditemukan dan dilakukan di TKP, dan untuk
mengetahui sejauh mana penanganan TKP sudah dialkukan,
maka harus dapat menjawab “Ya” atas pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
a) Apakah semua macam barang bukti yang ditemukan
telah dapat petunjuk-petunjuk dikumpulkan dalam jumlah
yang maksimal.
b) Apakah pembungkusan barang bukti telah sesuai dengan
yang ada.
c) Apakah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan cukup
berhati-hati dan cermat.
d) Apakah pemotretan-pemotretan yang dilakukan dan
sketsa yang dibuat telah cukup untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya (rekonstruksi).
e) Apakah keterangan – keterangan saksi dan tersangka
sudah memperhatikan jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang berkaitan
dengan pemenuhan alat bukti.

2) Pembukaan/ pembebasan TKP.


a) Pembukaan/pembebasan TKP dilakukan oleh Perwira
Siaga setelah mendapat pemberitahuan dari penyidik
bahwa pengolahan TKP telah selesai.
b) Dalam hal petugas pengolahan TKP baik dari Reserse
maupun dari Bantuan Tehnis (Identifikasi, Labfor, Dokpol,
Jibom dan Satwa) masih memerlukan waktu untuk
pengolahan TKP, maka pembukaan/pembebasan TKP
selanjutnya dapat dilakukan oleh penyidik setelah
mendapat pemberitahuan dari penyidik atau Bantuan
Tehnis dari Identifikasi, Labfor, Dokpol , Jibom dan Satwa
bahwa pengolahan telah selesai.

3) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP.


a) Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh Penyidik /
Penyidik Pembantu yang melakukan pengolahan TKP
adalah merupakan :
(1) Hasil yang ditemukan di TKP baik TKP itu sendiri,
korban, saksi-saksi, tersangka maupun barang
bukti.
(2) Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TPTKP dan
Pengolahan TKP) terhadap hasil yang ditemukan di
TKP.
(3) Sebagai bahan untuk pelaksanaan dan
pengembangan penyidikan selanjutnya.
(4) Bahan bagi penyidik selanjutnya.
(5) Bahan evaluasi bagi atasan.

b) Disamping Berita Acara Pemeriksaan di TKP, dibuat pula:


(1) Berita Acara Penemuan dan Penyitaan Barang Bukti
di TKP.
(2) Berita Acara Penemuan dan Pengambilan Jejak di
TKP (sidik jari, lutut, darah, sperma, dll) bila
ditemukan
(3) Berita Acara Memasuki Rumah di TKP.
(4) Berita Acara Pemotretan di TKP.
(5) Berita Acara lain-lain sesuai tindakan yang
dilakukan.
4) Evaluasi Kegiatan.
Khusus terhadap TKP tertentu yang memerlukan penanganan
TKP lanjutan karena sifat dan kualitasnya dinilai tinggi perlu
melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
sebagai dasar dan pertimbangan mulai dari tahap-tahap
sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan
(1) Respons terhadap laporan (sikap penerimaan,
tindak lanjut).
(2) Kesiapan Alut/Alsus.
(3) Kelengkapan administrasi penanganan TKP
(4) APP sebelum berangkat.

b) Tahap pelaksanaan TP TKP.


(1) Pengamatan Umum.
(2) Pemasangan Police Line/Pembatas TKP.
(3) pembuatan jalan setapak.
(4) Pengecekan tanda-tanda kematian korban
(5) Penandaan korban hidup yang akan dibawa ke
Rumah Sakit.

c) Tahap Pelaksanaan Olah TKP.


(1) APP Awal
(2) Tehnik dan urut-urutan pemotretan.
(3) Tehnik pencarian barang bukti.
(4) Tehnik pengambilan barang bukti.
(5) Tehnik pengamanan barang bukti.
(6) Tehnik penanganan saksi.
(7) Tehik penanganan tersangka yang tertangkap
tangan.

d) Tahap pengakhiran olah TKP.


(1) Konsolidasi
(2) Pembukaan/pembebasan TKP
(3) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP berikut
kelengkapan meliputi :
(a) BAP di TKP
(b) Sket TKP umum/khusus
(c) Hasil Foto TKP
(d) Berita Acara Pemotretan
(e) Data Pemotretan
(f) Berita Acara pengambilan jejak jari/kaki/ban
(g) berita Acara penemuan dan penyitaan barang bukti
di TKP
(h) Berita Acara Penyegelan Barang Bukti.
(i) Berita Acara pembungkusan dan penyegelan barang
bukti.
(j) Label barang bukti.

5) Gelar pelaksanaan penanganan TKP


Gelar terhadap pelaksanaan penanganan TKP sebagai sarana
untuk mencari dan menemukan cara dan tehnis pengolahan
TKP selanjutnya agar memperoleh hasil yang maksimal.

5. Hal-hal yang harus diperhatikan.


a. Dalam penanganan dan pengolahan TKP harus tetap
mempertahankan status-quo;
b. Dalam pengolahan TKP barang bukti yang dikumpulkan hanya yang
berkaitan dengan peristiwa pidana yang terjadi secara objektif,
transparan dan akuntabel;
c. Setiap tindakan yang dilakukan dalam proses penanganan TKP
harus dibuatkan berita acara;
d. Proses penanganan dan pengolahan TKP harus dapat menghasilkan
hubungan keterkaitan antara saksi, tersangka dan barang bukti
terhadap suatu peristiwa pidana;
e. Semua tindakan yang dilakukan lebih mengutamakan faktor
keselamatan;
f. Untuk memperlancar pelaksanaan penanganan dan olah TKP perlu
dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan;

6. Mekanisme Penanganan Tempat Kejadian Perkara


PENANGANAN DAN
PENGOLAHAN TKP

TIM OLAH TKP

KATIM
PENYIDIK / PENYIDIK PEMBANTU OLAH TKP SAAT PROSES PENYIDIKAN
OLAH TKP SEBELUM PROSES PENYIDIKAN
FUNGSI PENDUKUNG (INAFIS, LABFOR DLL)

LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN

STATUS QUO
PENOMORAN LETAK BB DI TKP
GELEDAH/ SITA BB PADA TSK METODE :
AMANKAN TSK DAN SAKSI SPIRAL
PENGAMATAN UMUM ZONE
PISAHKAN TSK DAN SAKSI
PENGAMATAN KHUSUS STRIP/ STRIP
PUL BB DAN IDENTITAS TSK/SAKSI
GANDA
PERMINTAAN VISUM Et REPERTUM
RODA
PEMBERITAHUAN KEL KORBAN
KOTAK
MEMBUAT SKETSA TKP
BANTUAN TEKNIS

BARANG BUKTI, TSK, SAKSI DGN PERISTIWA

PENYIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai