1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Peraturan Kapolri No.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana;
2. Tujuan
Sebagai pedoman bagi petugas penanganan dan Olah TKP dalam
melaksanakan tindakan pertama tempat kejadian perkara (TPTKP) dan
pengolahan TKP.
3. Persiapan :
a. Anggota Tim Olah TKP :
1) Anggota Polri;
2) Penyidik / Penyidik Pembantu;
3) memiliki mentalitas yang baik, teliti, ulet dan cermat;
4) memiliki kemampuan teknik dan taktik pengolahan TKP;
5) memiliki sikap keingintahuan dan responsif;
6) menguasai perundang-undangan dan pengetahuan lainya;
7) komunikatif dan humanis dalam pelaksanaan tugasnya;
8) menguasai prosedur penanganan dan olah tempat kejadian
perkara;
9) mampu bekerjasama dalam tim;
b) Penyidik
(1) Mencari dan menemukan Barang Bukti.
(2) Menhitung / menimbang / mengukur dan
mendatakan Barang Bukti.
(3) Memberi label Barang Bukti.
c) Personil Inafis
(1) Memfoto TKP secara Umum.
(2) Memfoto detail Barang Bukti.
(3) Mengambil sisik jari laten (bila ditemukan).
(4) Mengambil foto, membuat sinyalemen dan sidik jari
tersangka (AK-27).
(5) Menyerahkan hasil pelaksaan kegiatan kepada
Ketua Tim.
d) Personil Labfor
(1) Melakukan identifikasi jenis barang bukti.(Narkotika,
psikotropika, precursor, zat kimia lainnya).
(2) Mengambil sample barang bukti guna pemeriksaan
secara laboratories lebih lanjut.
(3) Mengambil sample urine/darah terhadap tersangka
bila diperlukan;
4. Prosedur Pelaksanaan
b. Pengorganisasian
Penunjukan dan Pembagian Tugas kepada anggota Tim penangan
dan olah TKP.
b) Pembuatan sketsa.
(1) Sketsa dibuat dengan maksud untuk
menggambarkan TKP dan sebagai bahan untuk
mengadakan rekonstruksi.
(2) Sebagai lampiran Berita Acara Pemeriksaan di TKP,
maka pembuatan sketsa tersebut dilakukan sebagai
berikut :
(a) Mempergunakan kertas berukuran (kertas
milimeter)
(b) Menentukan tanda/arah utara kompas.
(c) Dibuat dengan skala.
(d) Untuk setiap obyek diberi tanda dengan huruf
balok dan dijelaskan pada keterangan gambar.
(e) Mengukur jarak benda-benda bergerak dengan
cara menghubungkan 2 buah titik pada benda-
benda tidak bergerak yang dipergunakan
sebagai patokan.
(f) Untuk otentifikasi sketsa dicantumkan :
- Nama pembuat
- Tanggal pembuatan
- Peristiwa apa.
- Dimana terjadi.
d) Selongsong peluru.
Karena untuk kepentingan pembuktian selongsong ada
pada bagian dasar, maka cara mengambilnya dengan
menggunakan alat (lidi, pensil dll) dimasukkan dalam
lobang selongsong dan dimasukkan kedalam kantong
plastik.
e) Mesiu/serbuk.
(1) Parafin/lilin yang telah dicairkan, balutkan atau
tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya.
(2) Setelah kering (padat kembali) buka parafin tersebut
dan masukkan pada kantong plastik yang bersih
dan segel.
(3) Bungkus, segel dan beri label.
h) Pakaian si Korban.
(1) Dibungkus tersendiri terutama bila ada lobang
peluru, sobek karena pisau, noda darah, sperma
pada pakaian tersebut.
(2) Bungkus, segel dan beri label.
j) Rambut.
(1) Pungutlah rambut-rambut dengan menggunakan
pinset (penjepit).
(2) Tempatkan rambut tersebut pada sehelai kertas
putih kemudian lipatlah kertas tersebut sehingga
rambut itu terjepit ditengahnya.
(3) Masukkan lipatan kertas itu kedalam kotak/kantong
dan tutuplah rapat-rapat.
(4) Bungkus, segel dan beri label.
k) Sperma.
(1) Jika masih basah usahakan untuk dapat dipindahkan
kedalam botol kaca dan tutup rapat.
(2) Jika sudah kering, biarkan pada tempatnya semula,
bungkus bersama tempatnya, beri label dan segel.
l) Darah.
(1) Darah basah yang diketemukan pada benda-benda
lunak antara lain pakaian, seprei, selimut, keset.
(a) Jumlah kecil :
Potong/guntinglah setengah dari pada tempat
masukkan kedalam botol kemudian cairan
saline (larutan garam dapur Na CI 0,9%) dan
tutup rapat-rapat bungkus, beri label dan segel.
Potongan sisanya biarkan mengering setelah
itu bungkus, beri label dan segel.
n) Jejak jari.
(1) Jejak jari nyata (langsung dapat dilihat,
misalnya jejak jari berasal dari jari-jari yang kotor
karena tanah, oli, darah dan sebagainya).
(2) Jejak jari plastik (akibat dari pada barang-
barang lunak yang terpegang, misalnya : coklat,
mentega, sabun, sehingga menimbulkan lekukan-
lekukan yang menggambarkan jari dengan garis-
garis papilernya).
(3) Jejak jari latent (jejak jari yang perlu
dikembangkan terlebih dahulu sebelum dapat
dilihat), jenis ini merupakan jejak jari terbanyak
yang dapat dijumpai di TKP.
(4) Jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya,
dalam suatu perkara pidana karena :
(a) Tidak ada orang yang memiliki sidik jari yang
sama.
(b) Sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup.
(c) Sidik jari dapat dirumus.
(5) cara pengambilan jejak jari yang ditemukan
di TKP dilakukan sebagai berikut :
(a) Potret jejak jari yang ditemukan (bila latent
harus dikembangkan terlebih dahulu dengan
metode serbuk atau metode kimia)
(b) Angkat (lifting), jejak jari yang ditemukan
dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah
dikembangkan dengan serbuk, kemudian
tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari di
TKP”
(c) Cetak jejak jari plastik yang ditemukan dengan
silikon dan turunkan hasil cetakannya dalam
kotak yang sesuai dengan ukurannya.
(d) Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim
bersama benda/barang, dimana ia melekat.
(e) Bila barang/benda tersebut terlalu besar untuk
dibawa seluruhnya, lakukan pemotongan dan
potongan benda / benda tersebutlah yang
harus dikirimkan (dipertimbangkan baik-baik
kepentingannya karena anda selaku petugas
terpaksa melakukan pengrusakan atas milik
seseorang).
(2) Benda/Barang
(a) Benda/barang baik barang jadi ataupun bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi.
(b) Alat yang digunakan dalam proses produksi.
(c) Dokumen tentang hasil produksi dan penjualan
(kuitansi, faktur, DO, PO, dll.).
(d) Dokumen lain yang terkait dengan merek (akta
perusahaan, SITU, SIUP, salinan lisensi,
somasi/komplain dari pemegang hak yang lain).
(3) Tempat
Rumah, pabrik, gudang, toko, atau tempat lain yang
digunakan untuk memproduksi, menyimpan, dan
memperdagangkan barang hasil pelanggaran merek.
c) Pemeriksaan Labotarium :
(1) Sample baik berupa limbah cair/padat, dilakukan
pengujian di Labotarium yang telah memiliki
akreditasi komite akreditas nasional (KAN);
(2) Hasil pengujian digunakan sebagai bukti penyidikan.
KATIM
PENYIDIK / PENYIDIK PEMBANTU OLAH TKP SAAT PROSES PENYIDIKAN
OLAH TKP SEBELUM PROSES PENYIDIKAN
FUNGSI PENDUKUNG (INAFIS, LABFOR DLL)
LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN
STATUS QUO
PENOMORAN LETAK BB DI TKP
GELEDAH/ SITA BB PADA TSK METODE :
AMANKAN TSK DAN SAKSI SPIRAL
PENGAMATAN UMUM ZONE
PISAHKAN TSK DAN SAKSI
PENGAMATAN KHUSUS STRIP/ STRIP
PUL BB DAN IDENTITAS TSK/SAKSI
GANDA
PERMINTAAN VISUM Et REPERTUM
RODA
PEMBERITAHUAN KEL KORBAN
KOTAK
MEMBUAT SKETSA TKP
BANTUAN TEKNIS
PENYIDIKAN