PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau
kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis (Steenbrink, 1974).
Secara umum, manfaat transportasi dapat dibagi menjadi empat. Beberapa manfaat
transportasi di antaranya yaitu manfaat ekonomi, manfaat social, manfaat untuk wilayah,
dan manfaat politis. Transportasi juga di bagi menjadi beberapa kelompok yaitu transportasi
darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Alat transportasi memiliki beberapa fungsi
utama bagi manusia. Adapun beberapa fungsi transportasi yaitu, sebagai alat untuk
memudahkan kegiatan manusia sehari-hari, sebagai alat untuk melancarkan proses
perpindahan manusia dan atau barang keperluan manusia, sebagai media yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di daerah tertentu, sebagai
media yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional melalui
bisnis jasa transportasi.
Pembangunan transportasi Indonesia saat ini terfokus pada pembangunan di darat.
Hal itu wajar karena kondisi jalan di darat pun tergolong cukup memprihatinkan. Indonesia
mempunyai panjang jalan 300.000 km tetapi kondisi jalan yang layak hanya 60% saja,
sedangkan yang lain dalam kondisi rusak ringan dan berat (Susantono, 2004). Masalah
tersebut bukan menjadi suatu alasan bagi pemerintah untuk memfokuskan pembangunan
transportasi di darat saja karena wilayah Indoensia sebagian besar adalah wilayah lautan.
Berbagai kasus kecelakaan dalam berbagai moda transportasi terjadi di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan masih rendahnya tanggunh jawab, teknologi yang belum maju, dan
sistem transportasi yang sangat buruk. Kasus kecelakaan transportasi publik telah
menewaskan beriu-ribu orang dan mencerminkan kurang tegasnya hukum yang berlaku di
Indonesia. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di Indonesia pada dua tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa masalah transportasi adalah suatu masalah yang serius. Transportasi
berhubungan erat dengan manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa dan konsumen.
Merupakan suatu hal yang sangat ironis ketika alat transportasi yang layak telah menjadi
suatu kebutuhan primer bagi penggunanya akan tetapi, pada kenyataannya alat transportasi
yang layak tidak tersedia di masyarakat.
Pada kawasan kota Balikpapan khususnya pada kelurahan Baru Ilir, kelurahan Baru
Ilir ini termasuk pada kawasan perkotaan. Selain itu bila dilihat dari penggunaan lahan,
kelurahan Baru Ilir ini merupakan kelurahan yang padat pemukiman. Keluraha Baru Ilir ini
terdiri dari 63 RT yang setiap wilayahnya dibatasi oleh gang. Rumah-rumah berdekatan
dalam satu Rt hanya dipisahkan oleh gang sempit yang hanya dapat dilalui oleh sepeda
motor. Meskipun begitu seluruh jalan di Kelurahan ini sudah mengalami penyemenan atau
pengaspalan. Terlihat sepanjang jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat pasti
ditemukan warung-warung, toko atau kios kecil. Pagi hari hingga malam sekitar pukul 09.00
terdapat banyak orang yang berlalu lalang, baik hanya dengan berjalan kaki atau
menggunakan sepeda motor. Namun ketika siang hari banyak rumah yang relatif sepi
karena penghuni rumah pergi bekerja, ada yang bekerja dipasar untuk berjualan atau
bekerja jadi karyawan. Akibat dari banyaknya kegiatan yang terjadi di dalam kelurahan Baru
Ilir tersebut, mengakibatkan tingginya mobilitas yang terjadi di dalam jalan kolektor
kelurahan tersebut. Maka dari itu perlu adanya sebuah identifikasi dan evaluasi terhadap
system transportasi dan ruas jaringan jalan di kelurahan Baru Ilir.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di angkat dalam penyusunan laporan ini adalah:
1. Bagaimana komposisi jalan arus lalu lintas pada kelurahan Baru Ilir ?
2. Berapa kapasitas arus lalu lintas pada kelurahan Baru Ilir?
3. Berapa tingkat derajat jenuh yang terjadi di jalan arus lalu lintas pada kelurahan
Baru Ilir?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penyusunan laporan ini adalah:
1. Mengetahui komposisi jalan arus lalu lintas pada kelurahan Baru Ilir.
2. Mengetahui berapa kapasitas yang ideal arus lalu lintas pada kelurahan Baru Ilir.
3. Mengetahui berapa tingkat titik derajat jenuh yang terjadi pada jalan arus lalu
lintas kelurahan Baru Ilir.
I.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penggunaan Lahan
Lahan adalah objek yang sangat penting karena merupakan input sekaligus produk
dari proses perencanaan (Kaiser et al, 1995:196). Disebut input karena lahan merupakan
modal dasar pembentukan ruang. Lahan merupakan wadah dari aktivitas yang memiliki nilai
ekonomi yang penting dalam pembentukan permukiman yang dengan aktivitas yang
kompleks. Sementara itu, lahan disebut sebagai produk karena kegiatan perencanaan
menghasilkan suatu set sistem tata ruang dan pengelolaannya dimana lahan yang tertata
adalah bagian di dalamnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 41 tahun 2007, klasifikasi penggunaan
lahan menjadi dua kelompok besar, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kawasan lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Kawasan lindung memiliki beberapa klasifikasi sebagaimana diuraikan
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2. 1 Klasifikasi Kawasan Lindung
Klasifikasi Kawasan Lindung Sub - Klasifikasi
Hutan lindung
Kawasan yang memberi perlindungan
Kawasan bergambut
bagi kawasan di bawahnya.
Kawasan resapan air
Kawasan cagar alam / cagar bahari
Kawasan suaka margasatwa / suaka
Kawasan suaka alam perikanan
Kawasan suaka alam laut dan perairan
lainnya
Taman nasional / taman laut nasional
Taman hutan raya
Kawasan pelestarian alam Taman wisata alam / wisata laut
Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan
Kawasan rawan bencana gempa bumi
Kawasan rawan bencana gunung
berapi
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan bencana gerakan
tanah
Kawasan rawan banjir
Sempadan pantai
Sempadan sungai
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan sekitar waduk dan situ
Kawasan sekitar mata air
Kawasan perlindungan lainnya Taman buru
Daerah perlindungan laut lokal
Kawasan perlindungan plasma nutfah
eks-situ
Klasifikasi Kawasan Lindung Sub - Klasifikasi
Kawasan pengungsian satwa
Sumber : Permen PU No. 41 Tahun 2007
2. Kawasan budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya dapat diuraikan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 2. 2 Klasifikasi Kawasan Budidaya
Klasifikasi Kawasan Lindung Sub - Klasifikasi
Kawasan hutan produksi terbatas
Kawasan hutan produksi tetap
Kawasan hutan produksi
Kawasan hutan produksi konversi
Kawasan hutan rakyat
Kawasan tanaman pangan lahan basah
Kawasan tanaman pangan lahan kering
Kawasan tanaman tahunan /
Kawasan pertanian perkebunan
Kawasan peternakan
Kawasan perikanan darat
Kawasan perikanan payau dan laut
Kawasan pertambangan Kawasan pertambangan
Kawasan perindustrian
Kawasan pariwisata
Kawasan budidaya lainnya Kawasan permukiman
Kawasan perdagangan dan jasa
Kawasan pemerintahan
Sumber : Permen PU No. 41 Tahun 2007
II.2 Moda Transportasi
Menurut Nasution (2008) moda transportasi adalah sebagai alat pemindahan barang
dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Istilah ini digunakan untuk berpindah tempat
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkut berupa kendaraan.
Moda yang biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang
berjalan di darat, berlayar di perairan laut dan pedalaman, serta moda yang terbang di
udara. Moda yang di darat juga dikelompokkan atas moda jalan, moda kereta api dan moda
pipa.
Menurut Miro (2008) secara umum, ada dua kelompok besar moda transportasi yaitu :
1. Kendaraan Pribadi (Private Transportation), yaitu : Moda transportasi yang
dikhususkan buat pribadi seseorang dan seseorang itu bebas memakainya ke mana
saja, di mana saja dan kapan saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak me-
Manajemen transportasi dalam kajian dan teori 8 makainya sama sekali (mobilnya
disimpan di garasi).
2. Kendaraan Umum (Public Transportation), yaitu : Moda transportasi yang
diperuntukkan buat bersama (orang banyak), kepentingan bersama, menerima
pelayanan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan
peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para
pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan
tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih.
Dari semua kegunaan transportasi di atas tentu sangat dibutuhkan suatu pengaturan,
pengawasan dan pengorganisasian yang apik dari suatu institusi agar manfaat dari moda
transportasi tersebut bisa tetap dipertahankan dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan
pengguna, maka dari itu perlu adanya manajemen transportasi di suatu wilayah yang pasti
memiliki mobilitas ekonomi yang beragam. Kegiatan transportasi bukan, suatu tujuan
melainkan mekanisme untuk mencapai tujuan. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001),
pergerakan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya mengikuti 3 (tiga) kondisi
yaitu :
1. Pelengkap, relatif menarik antara dua atau lebih tujuan
2. Keinginan untuk mengatasi jarak, dimana sebagai perpindahan yang diukur dalam
kerangka waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengatasi jarak dan teknologi
terbaik untuk mencapainya
3. Kesempatan intervensi berkompetisi di antara beberapa lokasi untuk memenuhi
kebutuhan dan penyediaan. Untuk mencapai pergerakan yang cepat, aman, nyaman
dan sesuai dengan kebutuhan akan kapasitas angkut maka diperlukan suatu fasilitas
atau prasarana yang mendukung pergerakan tersebut. Penyediaan fasilitas untuk
mendukung dari pergerakan tersebut menyesuaikan dengan jenis moda yang
digunakan.
Pemilihan moda transportasi tergantung dan ditentukan dari beberapa faktor yang ada
antara lain:
1. Segi pelayanan
2. Keandalan
3. Keandalan dalam bergerak
4. Keperluan
5. Keselamatan dalam perjalanan
6. Fleksibilitas
7. Biaya
8. Tingkat Polusi
9. Jarak Tempuh
10. Penggunaan bahan bakar
11. Kecepatan gerak
Masing-masing moda transportasi menurut Setijowarno dan Frazila (2001), memiliki
ciri-ciri operasional yang berlainan yaitu dalam hal :
1. Kecepatan, menunjukkan beberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak
antara dua lokasi
2. Tersedianya pelayanan (availability of services), menyangkut kemampuan
Manajemen transportasi dalam kajian dan teori 12 untuk menyelenggarakan
hubungan antara dua lokasi
3. Pengoperasian yang diandalkan (dependability of operations), menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan jadwal yang ditentukan
4. Kemampuan (capability), merupakan kemampuan untuk dapat menangani segala
bentuk dan keperluan akan angkutan
5. Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan
II.3 Jaringan Jalan
Dalam RTRW Kota Balikpapan nomor 12 tahun 2012 Bab I pasal 1 ayat 30
menjelaskan bahwa sistem jaringan jalan merupakan sistem ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah lain dalam
pengaruh pelayannya dalam satu hubungan yang hierarkis. Sistem Jaringan Jalan terbagi
menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jaringan jalan primer merupakan
jaringan jalan utama, sedangkan jaringan jalan sekunder merupakan jaringan jalan
penunjuang. Jaringan jalan terbagi menjadi hirarki jalan, status jalan, struktur jalan,
klasifikasi jalan, dimensi jalan, jenis perkerasan jalan, pelengkap jalan, tipe jalan perkotaan,
ekivalensi mobil penumpang (EMP), serta akses pemadam kebakaran.Dalam Pasal 5 ayat 2
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, disebutkan bahwa
jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup,
politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara sehingga akan mendorong pengembangan semua sarana
wilayah, pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang
semakin merata.
2.2.1 Struktur Jalan
Struktur jalan yang baik bagi masyarakat yang dilalui merupakan salah satu hal yang
terpenting dalam menjalani berbagai aktivitas untuk memberikan rasa aman dan nyaman.
Struktur jalan terbagi menjadi ruwasja, rumaja, dan rumija. Selain itu, ketersediaannya
prasarana pendukung jalan, seperti perlengkapan dan perlengkapan jalan.
a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan)
Rumaja adalah ruas sepanjang jalan yang termasuk perkerasan jalan, pemisahan
jalur, bahu jalan, drainase, trotoar dan median. (Peraturan Pemerintah Republik No.
26 Tahun 1985)
b. Rumija (Ruang Milik Jalan)
Rumija adalah ruas sepanjang jalan sebagai peruntukkan daerah manfaat jalan dan
perlebaran jalan, serta kebutuhan atau cadangan ruangan untuk menambkan jalur lalu
lintas. (Peraturan Pemerintah Republik No. 26 Tahun 1985)
c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan)
Ruwasja adalah ruas sepanjang jalan diluar dari bagian rumaja dan rumija yang
ditentukkan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang ditetapkan oleh Pembina Jalan.
(Peraturan Pemerintah Republik No. 26 Tahun 1985)
Berikut disajikan gambar struktur jalan.
Persyaratan
Tinggi
Hirarki
Kecepatan Lebar Jalan Ruang Kedalaman Batas Luar
Bebas
Jalan arteri Dari as +20
60 km/ jam +8m +5m ±1½m
primer m
Jalan
Dari as +15
kolektor 40 km/ jam +7m +5m ±1½m
m
primer
Jalan lokal Dari as +10
20 km/ jam +6m
primer m
Jalan arteri Dari as + 20
30 km/ jam +8m
sekunder m
Jalan
Dari as + 7
kolektor 20 km/ jam +7m
m
sekunder
Roda tiga atau lebih
Jalan lokal Dari as + 4
10 km/ jam +5m Tidak kurang 3 ½ m
sekunder m
(ambulan/ lainnya)
Sumber: SNI 03-1733-2004
2.2.3 Jenis Perkerasan Jalan
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dalam menjalani berbagai aktivitas.
Transportasi darat yang didukung oleh jaringan jalan, berfungsi sebagai fasilitas fisik
infrastruktur bagi kepentingan masyarakatnya. Perkerasan jalan adalah campuran dari
agregat dan bahan ikat yang dapat digunakan untuk melayani beban lalu. Agregat dapat
diapaki dalam perkerasan jalan, yaitu batu pecah, batu belah, hasil samping peleburan baja,
dan batu kali, sedangkan bahan ikat dapat digunakan untuk semen, aspal dan tanah liat.
Jenis perkerasan jalan, diantaranya aspal hotmix, aspal, macadam, tanah berpasir, plester,
dapat beton, dan paving.
Kecepatan
Perkerasan Badan Jalan Minimum
Fungsi Jalan Ruwasja (m)
Jalan (m) (m) Kendaraan
(km/ jam)
Arteri primer >20 7 8 >60
Kolektor primer >15 6 7 >40
Lokal primer >10 5 5 >30
Arteri sekunder >15 7,5 8 >30
Kolektor
>7 7 7 >20
sekunder
Lokal sekunder >4 4 5 >15
Jalan setapak >4 1,5 1,5 >10
Sumber: UU No. 38 Tahun 2004
2.2.5 Dimensi Jalan
Dimensi jalan merupakan penampang jalan yang melintang tegak lurus sumbu jalan
dengan memperlihatkan bagian-bagian jalan dari rumija, rumaja, dan ruwasja yang
disesuaikan pada klasifikasi jalan serta kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan. Berikut
disajikan tabel dimensi elemen-elemen jalan dan dimensi daerah jalan.
Tabel 2. 5 Dimensi Jalan
III.5.7 Proyeksi
Perhitungan proyeksi arus lalu lintas dapat menggunakan perhitungan menggunakan
rumus geometrik berikut:
Pn=Po (1+r) n
Keterangan:
P1 = jumlah kendaraan tahun ke n
r = angka pertumbuhan lalu lintas (%)
Po = jumlah kendaraan awal
n = tahun yang akan dilihat
Selanjutnya untuk mencari nilai r dapat dilakukan dengan perhitungan berikut:
1
P
r= n
P0 ( ) n
Keterangan:
r = angka pertumbuhan lalu lintas (%)
n = selisih tahun
Pn = angka ramalan jumlah kendaraan akhir
Po = angka jumlah kendaraan awal