2
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan adalah salah satu pelayanan rumah sakit yang berkewajiban memberi pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif. Ukuran pencapaian suatu tugas atau tujuan disebut
efektivitas kerja dengan faktor yang mempengaruhinya adalah produksi, efisiensi, kepuasan, adaptasi,
perkembangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kerja perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi Tahun 2011 dengan desain potong lintang.
Penelitian ini dilakukan pada 55 orang perawat rawat inap yang dipilih memakai teknik proporsional simple
random sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat yang memiliki efektivitas kerja baik sebanyak 50.9%,
produksi baik 58.2%, efisiensi baik 54.5%, kepuasan baik 54.4%, adaptasi baik 58.2% dan perkembangan baik
50.9%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki hubungan yang bermakna
dengan efektivitas kerja perawat adalah produksi, efisiensi, perkembangan dengan nilai p<0.05. Sedangkan
variabel kepuasan dan adaptasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan efektivitas kerja dengan nilai
p>0.05.
Implikasinya adalah diharapkan rumah sakit memperhatikan aspek yang bisa meningkatkan efektivitas
kerja perawat serta melakukan pembenahan terhadap aspek tersebut sehingga pencapaian tujuan rumah sakit
memang bisa terukur dari efektivitas kerja perawatnya.
ABSTRACT
Nursing care is one of hospital services which provids safe, quality, anti-discrimination, and effective
health care. The measurement of an achievement of a task or purpose referred to the effectiveness of work factors
which influence it is production, efficiency, satisfaction, adaptation, development. The research was to examine
the effectiveness of nurses working at medical care unit of public hospital Mayjen H.A. Thalib of Kerinci Province
of Jambi in 201 1 with cross sectional design. This research was done in 55 nurses who serve at medical care unit
that were choose using proportional simple random sampling technique.
The results of this research found that nurses who have a good working effectiveness 50.9%, good
production 58.2%, good efficiency 54.5%, good level satisfaction 54.4%, good adaptation 58.2% and good
development 50.9%. The results of bivariate analysis found that variables have a significant relationship with
effectiveness working of nurses is production, effectiveness, and efficiency with p values<0.05. Meanwhile,
satisfaction and adaptativeness variabels don't have a significant relationship with effectiveness working of nurses
withpvalues>0.05.
The impact of this research expected the hospital could pay attention to the aspects that enhance the
nurse's working effectiveness and make corrections to these aspects so that the achievement of the hospital's goals
can be measured from the nurse's effectiveness.
67
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
68
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
efektivitas kerja baik sebanyak 50.9% salah ketika pihak manajemen rumah sakit
menunjukkan pemahaman perawat akan Standar melibatkan perawat untuk melakukan tugas
Asuhan Keperawatan tidak sebaik pemahaman administratif lainnya, walaupun dengan maksud
mereka terhadap standar profesi. untuk menjalankan kegiatan rumah sakit.
Standar Asuhan Keperawatan tidak akan Terlibatnya perawat dalam kegiatan ini akan
berjalan dengan baik jika hanya dilakukan oleh membuat kosentrasi kerja perawat bercabang dan
perawat tanpa adanya monitoring dan evaluasi dari pencapaian tujuan pelaksanaan tugas perawat
rumah sakit. Pentingnya monitoring dan evaluasi menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini,
terhadap Standar Asuhan Keperawatan yang ada rumah sakit diupayakan lebih memperhatikansetiap
akan memberi pemahaman kepada perawat bahwa tugas yang dibebankan kepada perawat, agar jangan
Standar Asuhan Keperawatan merupakan alat ukur, terjadi tumpang tindih pekerjaan perawat dengan
berfungsi sebagai pedoman maupun tolok ukur pekerjaan profesi lainnya. Dengan demikian
dalam pelaksanaan proses pelayanan keperawatan. kemampuan produksi kerja perawat diharapkan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Standar meningkat dimasa yang akan datang.
Asuhan Keperawatan juga dimaksudkan untuk Pembuktian atas hipotesis secara statistik
meningkatkan persentase efektivitas kerja perawat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan produksi
yang ada saat ini. dengan efektivitas kerja. Hubungan produksi
Sebagaimana yang telah diatur dalam dengan efektivitas kerja menunjukkan semakin
Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang tinggi kemampuan produksi semakin tinggi pula
rumah sakit bahwa salah satu tujuan pencapaian efektivitas kerjanya.
penyelenggaraan rumah sakit adalah meningkatkan
mutu dan mempertahankan standar pelayanan Hubungan Efisiensi dengan Efektivitas Kerja
kesehatan. Agar mempercepat pencapaian tujuan Perawat di instalasi rawat inap Rumah
ini, rumah sakit juga bisa menerapkan MPKP Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten
(Model Praktek Keperawatan Profesional) dalam Kerinci memiliki efisiensi baik sebanyak 54.5%.
pelayanan keperawatan dan segera melakukan Efektivitas kerja yang baik lebih tinggi pada
akreditasi. Semua ini dengan tujuan untuk efisiensi yang baik dibandingkan dengan efisiensi
meningkatkan efektivitas kerja perawat di instalasi kurang, yaitu 70.0%:28.0%. Secara statistik,
rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib perbedaan ini bermakna dengan nilai p=0.005 .
Kabupaten Kerinci dimasa yang akan datang. Hubungan efisiensi dengan efektifitas keija
perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umurn
Hubungan Produksi dengan Efektivitas Kerja Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Perawat di instalasi rawat inap Rumah ditimbulkan dengan pengaturan jam kerja bagi
Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten perawat sehingga perawat bisa memanfaatkan jam
Kerinci memiliki kemampuan produksi baik kerja semestinya demikianjuga dengan sarana kerja
sebanyak 58.2%. Efektivitas kerja yang baik lebih yang disediakan walaupun masih ada yang harus
tinggi pada produksi yang baik dibandingkan disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas kerja
dengan produksi kurang, yaitu 65.6% : 30.4%. perawat.
Secara statistik, perbedaan ini bermakna dengan Jam kerja perawat sesuai dengan jumlah
nilaip=0.021. pasien yang dilayani akan membuat pelayanan yang
Gibson, et al (1985) mengatakan bahwa diberikan lebih baik karena jam kerja yang sesuai
produksi mencerminkan kemampuan organisasi dengan beban kerja akan menghasilkan pelayanan
untuk menghasilkan barang ataupun jasa sesuai yang optimal. Aspek penting lain yang juga hams
dengan permintaan lingkungan.4 Tugas utama yang diperhatikan adalah sarana kerja. Dalam pelayanan
dimiliki oleh perawat adalah memberikan keperawatan, peralatan yang dibutuhkan adalah
pelayanan keperawatan kepada pasien, baik untuk peralatan yang sesuai dengan standar peralatan
kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan sebagaimana yang menjadi kebutuhan perawat.
mental pasien; memberikan pelayanan lain bagi Peralatan keperawatan yang ditemui di
kenyamanan dan keamanan pasien, seperti penataan instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen
tempat tidur dan lain-lain; melakukan tugas-tugas H.A. Thalib Kabupaten Kerinci pada saat ini dalam
administratif.5 jumlah dan kualitas yang masih kurang. Walaupun
Tugas administratif menjadi tugas perawat rumah sakit telah menyediakan fasilitas peralatan
yang dimaksud adalah tugas mendokumentasikan dalam menunjang pekerjaan perawat. Namun
segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan peralatan yang disediakan belum sesuai dengan
pelayanan keperawatan. Pengertian ini menjadi kebutuhan keperawatan. Peralatan dengan jumlah
69
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
yang kurang akan mengganggu kelancaran nantinya menunjukkan bahwa jumlah tenaga
pelayanan dan akan mengakibatkanpelayanan yang perawat di instalasi rawat inap memang kurang
diberikan menjadi lama serta menimbulkankeluhan disarankan rumah sakit dapat mempertimbangkan
bagi pasien. Diupayakan rumah sakit melakukan untuk melakukan penambahan tenaga perawat. Hal
perencanaan peralatan sesuai dengan kebutuhan ini dimaksudkan agar pelaksanaan pekerjaan
pelayanan guna menunjang pelaksanaan kerja perawat bisa berjalan dengan baik dan pada
sesuai standar Departemen Kesehatan RI. Peralatan akhirnya akan meningkatkan kepuasan kerja dan
yang sudah ada, secara terns menerus hendaknya juga akan meningkatkan efektivitas kerja perawat.
dilakukan perbaikan agar selalu dalam keadaan siap
pakai, bisa dipercaya keakuratannya dalam HubunganAdaptasidengan Efektivitas Kerja
menegakkan diagnosa keperawatan. Dengan Perawat di instalasi rawat inap Rumah
demikian efisiensi kerja perawat dapat lebih Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten
ditingkatkan. Kerinci memiliki adaptasi baik sebanyak 58.2%.
Efektivitas kerja yang baik lebih tinggi pada
Hubungan Kepuasan dengan Efektivitas Kerja adaptasi yang baik dibandingkan dengan adaptasi
Perawat di instalasi rawat inap Rumah kurang, yaitu 59.4%: 39.1%. Secara statistik,
Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten perbedaan ini tidak bermakna dengan nilai p=0.227.
Kerinci memiliki kepuasan baik sebanyak 54.4%. Gibson et al (1985) menyatakan jika
Efektivitas kerja yang baik lebih tinggi pada sampai tingkatan tertentu organisasi tersebut tidak
kepuasan yang baik dibandingkan dengan kepuasan dapat atau tidak beradaptasi, maka kelangsungan
kurang, yaitu 61.3% : 37.5%. hidupnya dalam bahaya.4 Aspek adaptasi perawat di
Rivai (2006) mengatakan bahwa kepuasan instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen
kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa H.A. Thalib Kabupaten Kerinci yang nilai kurang
jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan dan perlu diperhatikan adalah upaya atasan
kebutuhannya.6 Hasil penilaian responden terhadap membantu perawat mencari jalan keluar kesulitan,
kepuasan yang baik merupakan gambaran adanya baik dalam pekerjaan ataupun dalam persoalan
sikap kerja yang baik dari setiap perawat dan adanya keluarga. Setiap persoalan yang ditimbulkan oleh
perhatian dari rumah sakit dalam aspek pekerjaan, hendaknya bisa dikomunikasikan
kesejahteraan kerja perawat. Hal ini perlu dengan atasan dengan demikian rentang kendali
dipertahankan dan ditingkatkan di masa yang akan manajemen akan berjalan dengan baik. Berbagai
datang. cara bisa dilakukan untuk memecahkan setiap
Berdasarkan perhitungan c hi-square, persoalan secara bersama-sama misalnya diskusi
variabel kepuasan tidak memiliki hubungan yang dan melakukan pertemuan mingguan atau bulanan
bermakna dengan efektivitas kerja dengan nilai untuk setiap perawat serta atasan pada masing-
p=0. 139. Perawat di instalasi rawat inap Rumah masing unit yang dipimpinnya. Dari pertemuan
Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten yang dilakukan diharapkan dapat mencari sulosi,
Kerinci juga menunjukkan masih ada yang kurang menjawab setiap permasalahan, keluhan-keluhan,
puas terhadap hasil kerjanya. Hasibuan (2009) kendala-kendala yang ditemui dan dihadapi. Serta
mengatakan bahwa kepuasan kerja karyawan harus apa yang menjadi harapan atasan pada bawahannya
diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dalam melaksanakan pekerjaan. Atasan hendaknya
dedikasi, kecintaan dan kedisiplinan karyawan juga mampu menambah pengetahuan, wawasan dan
meningkat.7 kemampuan manajerialnya melalui berbagai media.
Rumah sakit pada saat ini memiliki jumlah Rumah Sakit diupayakan untuk
tenaga perawat yang masih kurang dari standar yang memperhatikan penempatan setiap kepala ruangan
ditetapkan oleh Depkes RI. Keadaan ini akan yang menjadi atasan bagi perawat di ruangan.
meningkatkan beban kerja bagi perawat. Beban Dengan demikian diharapkan setiap atasan dapat
kerja yang tidak sesuai dengan jam kerja tersedia menjalankan fungsi monitoring dan evaluasinya
akan menghasilkan hasil kerja yang tidak maksimal. serta adanya tindak lanjut dalam memecahkan
Untuk itu diupayakan rumahsakit bisa menganalisis setiap persoalan yang muncul agar tidak sampai
kembali kebutuhan tenaga pada instalasi rawat inap mengganggu pelayanan. Adanya rentang kendali
sesuai dengan perencanaan ketenagaan di setiap seperti ini akan menimbulkan hubungan kerja yang
unit kerja yang meliputi jumlah dan kualifikasi baik antar sesama rekan kerja, atasan dan pimpinan
tenaga berdasarkan standar ketenagaan dan rumahsakit.
kebutuhan jenis pelayanan. Jika hasil analisis
70
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
71
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
Daftar Pustaka
1. Menkumham. Undang-Undang RI No. 44 tahun Aditama, Y T. ManajemenAdministrasi Rumah
2009 tentang Rumah Sakit, Menkumham, 2009 5. Sakit, UIPress,Jakarta, 2007
Schernerhorn dalam Sutrisno, E. Budaya Rivai, V. Kepemimpinan dan Perilaku
2. Organisasi, Kencana, Jakarta, 20 10 6. Organisasi, Rajawali Press, Jakarta, 2006
Gibson, et al. Organisasi dan Manajemen Hasibuan, M S.P. Manajemen Sumber Daya
3. Perilaku Struktur Proses, (Terjemahan), 7. Manusia, BumiAksara, Jakarta, 2009
Erlangga, Jakarta, 1994
Gibson, et al. Organisasi Perilaku Struktur
4. Proses, Erlangga, Jakarta, 1985
72