Anda di halaman 1dari 4

Menurut Patton (1190), secara umum wawancara dapat dilakukan dengan tiga

pendekatana. Tiga pendekatan ini lebih cocok digunakan dalam penelitian


kualitatif. Yaitu wawancara secara konvensioanal, pedoman umum dan pedoman
terstandar terbuka.
1. Wawancara konvensional yang informal, sering kali digunakan pada
penelitian observasi partisipatif. Umumya, partisipan tidak merasa jika tengah
diwawancara. Jenis pertanyaan yang diajukanpun spontan. Pertanyaan muncul
dari hasil pertanyaan sebelumnya, dan berdasakan pernyataan partisipan.
2. Wawancara dengan pedoman umum, peneliti melontarkan pertanyaan
berdasarkan isu yang diangkat untuk dijadikan penelitian. Bentuk pertanyaan
bisa dilontarkan oleh peniliti dengan bahasa sendiri, namun isu dan poinnya
tetap disesuaikan dengan topik,. Jadi, peneliti harus memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut dapat dijabarkan secara konkrit dan dipahami oleh
partisipan. Pertanyaan yang kritis, tentu akan menghasilkan jawaban
yangkiritsi dari partisispan.
3. Wawancara dengan pedoman standar terbuka, peniliti diharapkan mampu
mewawancarai sesusai sekwensi yang tercantum. Peneliti mengajukan
pertanyaan yang sama kepada responden yang berbeda. Metedo penelitian ini
sering digunakan oleh pewawancara

C. PEDOMAN WAWANCARA
Pewawancara menguasai pedoman wawancara, atau protokol wawancara.
Pedoman wawancara adalah daftar atau naskah pertanyaan yang akan diajukan
kepada subejek. Disini, peneliti merancang daftar pertanyaan yang ingin diajukan.
Banyak lembrnya ada yang 4-5 halaman, ada juga yang kurang.
Hal terpenting dari pedoman wawancara adalah, mencantumkan data
lengkap identitas subjek. Selama proses pembuatan pertanyaan, peneliti menyusun
pertanyaan berdasarkan priioritas pertanyaan. Selama proses wawancara kualitatif,
wawancara difokuskan pada subjek yang areanya diteliti. Sebenarnya pedoman
wawancara tidak kaku, selama proses wawancara bisa ditambah, dikurangi,
mneyesuaikan ide dan perkembangan dari subjek. Berikut adalah contoh protokol
wawancara dari Afiyanti (2014).

D. Waktu Wawancara Berakhir


Penting bagi peneliti mengeatahui karakteristik isu yang diangkat.
Sehingga, peneliti memahami betul jenis wawancara yang benar-benar tepat
digunakan untuk menggali data. Karena, diadalam metide wawancara, terdapat
fenomena dan tujuan penelitian lain.
Peneliti juga memperhitungkan keterbatasan waktu. Memperhitungkan
waktu pengambilan data, berkaitan dengan perhitunga target peneyelesaian
laporan penelitian. Misalnya, waktu yang peneliti singkat, atau waktu sisubjek
padat. Maka, metode yang digunaka n tidak menggunakan wawancara terstruktur,
melainkan menggunaka angket atau quisioner.
Selain akrena keterbatasan waktu, peneliti juga mempethatikan jenis data
yang ingin digunakan. Misalnya, apakah ingin mengguanakan kualitatif atau
kuantitatif. Tidak cocok jika penelitian kualitatif mengguanakan metoden
kuantitatif
E. Memeperhitungkan Waktu Dan Tempat Wawancara
wawancara yang baik dilakukan 1 jam, tidak lebih. Peneliti yang baik,
sejak awal harus melakukan kontrak kepada subjek, sebagai kode etk penelitian
fungsinya, agar subjek mengalokasikan waktu khusus untuk diwawancarai.
Kesepakatan waktu wawancara adalah kunci penting. Mmenghindari
berbagai peluang konflik, pilih waktu luang dari subjek. Selain itu, poin terpenting
kedua adalah masalah tempat. Tempat wawancara juga harus disepakati,
prinsipnya subjuek dan peneliti sama-sama nyaman. Tempat yang ideal adala
tempat kondusif dan tertutup. Bagaimanapun juga, peneliti juga memikirkan
privasi dan bertanggung jawab terhadap subjek.
F. Proses Wawancara
Pertama, proses wawancara dapat dilakukan dengan mengawali membuat
perencaan wawancara. Tentu saja, subjek yang diwawancara sudah diseleksi
sebelumnya. Kedua, wawancara dilakukan secara sistematik. Waktu wawancara
selama 45-60 menit, tidak lebih dan sebaiknya dibantu dengan recording. Jika
terpaksa lebih dari 2-3 jam, lakukan wawancara dilain waktu atau beri waktu
istirahat.
Ketiga, buat transkip wawancara, kemudian setelah selesai, lakukan
analisis dengan cara mengkategorisasikan. Terakhir, lakukan verivikasi dan
konfirmasi hasil wawancara yang sudah peniliti lakukan, sebelum dibuat hasil
wawancara.
Metode wawancara pada dasarnya meberikan data secara langsung. Dalam proses
wawancara, seorang peneliti mempersiapkan metode wawancara. Metode tersebut
antara lain adalah skla likert, skala guttman, skala reting, dan skala divenrensial
smantik.
2. Obseravsi
Selain wawancara, strategi pengambilan data dapat dilakukan dengan cara
observasi atau mengamati. Penelitian yang melakukan metode observasi disebut
observer. Hal utama yang dilakukan observer adalah turun langsung kelapangan,
berdasarkan objek dan topik yang ingin diteliti. Terminologi observasi berasal
dari latin yang meiliki arti melihat dan memperhatikan. Observasi dituntut untuk
peka, membuka seluruh panca indra untuk menggali sensitivitas lingkungan.
Observasi merupakan metode penelitian kualitatif yang paling tua
digunakan. Metode ini sudah dilakukan sejak dulu, dan sering digunakan oleh
antropolog, sosiolog untuk mengamati interaksi sosial. Metode penelitian in ada
juga yang menganggap kurang ilmiah, karena selama proses observasi, ditakutkan
melibatkan perasaan emosional peneliti berdasarkan persepsi dan dugaan.
Meskipun demikian, metode ini masih sering digunakan.
Semakin panjang proses obseravasi, semakin memberi pengetahuan yang
mendalam terhadap topik yang diteliti. Kelemahannya, peneliti harus pandai-
pandai untuk menghindari gangguan bias selama proses penelitian dilapangan.
Penelitian observasi, peneliti diperbolehkan membuat denah, bagan, dan grafik
untuk mempermudah proses pengambilan data. Sehingga bisa dikatakan peneliti
dalam tahap ini memiliki beberapa keuntungan:
Keuntungan observasi, salah satunya adalah subjek tidak terganggu.
Karena subjek tidak tahu jika mereka dijadikan sebagai objek pengamatan. Dari
sisi manfaat keilmuan, observasi lebih menguasai dan mendalami subjek
peneltian.selain itu, observasi memungkinkan peneliti berbagai sebab yang terjadi
dilapangan, dimana sebab-sebab itu sebelumnya tidak pernah diungkapkan oleh
subjek atau referensi lain. Dengan kata lain, peneliti menemukan penemuan abru
yang terjadi. Observasi memiliki dua struktur, yaitu struktur terstruktur dan tidak
terstruktur.

Anda mungkin juga menyukai