Aku Kesal
Aku Kesal
Rintihku
sambil meringis menahan sakit. Namun kesalku tak lagi mau pergi dari hatiku.
Tak ada kakak, tak ada kegiatan membuatku merasa bosan. Aku berjalan ke
kamar, kuambil sebuah buku. Kuusir bosanku dengan duduk sambil membaca buku
fantasi game kesukaanku. Kubaca lembar demi lembar sampai habis. Mataku mulai
mengecil, badanku pun condong bersandar setengah berbaring di atas kursi
panjang yang ada di sudut teras rumah. Anganku mulai melayang masuk dunia
mimpi, alur cerita yang kubaca mulai beraksi nyata aku ikuti kemana anganku
membawa pergi. Kumulai masuk dalam dunianya. Sepertinya aku tak lagi
membaca sebuah cerita tapi aku berada didepan komputer disebuah ruangan yang
begitu asing bagiku.
Salah satu ruang dari sebuah Gedung tua yang penuh dengan peralatan canggih
dengan game yang menarik. Lalu mataku menatap layar komputer yang ada
didepanku. Ku lihat layar komputer menyala bertuliskan “…” kemudian layar itu
berubah bertuliskan “Play,” tak ku temukan kata lain di sana. Layarnya terus saja
berkedip-kedip. Aku menatapnya dan mulai mendekat.
Akhirnya tanpa pikir panjang aku mulai mengarahkan kursornya dan mengklik
tombol “Play".
Seketika semuanya berubah, seperti ada angin topan yang menghampiri dan aku
terbawa ke dalamnya.
"Wushhhhh....."
“Aaaaaahhh…”
“Di mana aku? Aku berada di sebuah ruangan, seperti sebuah gedung tua” Aku
mulai bangkit memperhatikan sekitarku.
“Guubbbrraaakk,”
Sesuatu mengejutkanku, seperti ada bangunan roboh, sebuah bom atau entah itu
apa, yang jelas bisa ku tangkap suara itu begitu jelas. Aku ke luar mencari arah
suara itu, ku lihat seorang anak tampak berlari ke arahku.
“Rani…?” Bagaimana Kamu bisa masuk juga ke dalam game ini?” Jojon tampak
terkejut melihatku.
“Ke dalam game? Kita di dalam game? Bagaimana mungkin ini Jojon, jelas-jelas tadi
kakak ada di kamarmu dan ka…”
“Sudah Kak, nanti saja, sekarang ayo kita lari!” Jojon menarik lenganku.
Aku menoleh ke belakang, rupanya 3 orang berwujud monster, atau itu memang
benar monster mengejar kami. Berulang kali mereka melemparkan benda, dan
menembakkan senjata pada kami.
“Lihat Kak, di sana ada mobil, Kakak bisa mengemudi bukan? Ayo kita pakai mobil
itu!” Ajaknya.
Aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi tanpa pikir panjang aku segera melajukan
mobil itu. Tiga monster itu masih tampak mengejar kami.
“Baiklah Jojon aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi sekarang apa
yang harus kita lakukan? Bagaimana cara agar kita ke luar dari game ini dan
kembali ke rumah?”
“Tidak bisa Kak, kita harus mengalahkan ketiga monster itu dulu dan
menyelesaikan semua level dalam game ini, atau…”
“Apa? Baiklah dan sekarang berapa level lagi yang harus kita lalui? Bagaimana kau
tahu semua ini? Baiklah, ini asyik kita jadi pahlawan bukan dalam game ini, kita
selesaikan levelnya!”
Aku mencoba santai dan menikmati apa yang sedang terjadi.
“Aku juga tidak tahu Kak, hanya saja itu peraturan yang ku baca di game ini. Ini
baru level 1 kita masih memiliki se…”
“Kita naik gedung itu Jojon, Kakak akan coba menelepon Ayah, atau Ibu!” Aku sibuk
mencari telepon di kantong celanaku.
“Handphone tidak berfungsi di sini Kak! Ambil senjata ini, kita harus melawan
mereka!”
“Apa? Gila!”
Kami berlari menuju puncak menara di gedung ini, sementara itu ketiga monster
tadi terus mengejar kami dan menyerang, menghancurkan beberapa benda,
bahkan tangga yang kami naiki hancur dibuatnya. Aku mencoba meluncurkan
serangan dengan menembaki ketiga monster itu, agar langkah mereka sedikit
terhambat, tapi sia-sia saja peluruku tak berefek sama sekali.
“Senjata macam apa ini? Ah.. wajar saja aku masih di level 1 belum cukup memiliki
poin untuk membeli senjata yang lebih kuat,” Gumamku kesal.
Kini kami sudah berada di puncak menara, begitu pun dengan ketiga monster itu. Di
balik wajah buruknya ku lihat mereka tersenyum dan mengarahkan senjata ke arah
kami.
Aku dan Jojon benar-benar terpojok, tak pernah ku sangka aku akan mati konyol
dalam sebuah game.
“Tapi tidak aku akan bertahan, aku keluarkan senjata rahasiaku dan kuarahkan
pada monster itu dan,…berhasil! Satu monster tumbang olehku. Kita harus pergi
sekarang ya kak….."
“Tidak, tidak lagi!” Aku dan Nathan akan segera pergi dan kembali kerumah.
Tiba-tiba datang si monster yang jadi penjahat di dunia game itu. akupun pun
ketakutan dan berteriak, lalu datang tokoh utama di dalam game seorang pria dan
wanita.
“Bisa saja jika kalian mampu menjawab teka-teki dari Master Rustart, hanya dia
yang bisa mengembalikkan kalian. Jika salah kalian akan tinggal di sini”
Saat sampai di sebuah tebing kita masuk ke goa, di sana ada seseorang.
“halo Master mereka ingin pulang ke bumi bisakah kau membantu kami?”
Tringgg!!
"bzzzzzsssttt..."
"wush...."