Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Analgesik Opioid Analgesik opioid merupakan obat yang bekerja di reseptor opioid pada
sistem saraf pusat (SSP). Obat ini diberikan untuk mengatasi nyeri sedang sampai nyeri berat
sesuai dengan kekuatan dari nyeri yang dirasakan dan kekuatan dari obat tersebut.
Mekanisme kerja opiod Opioid dapat menimbulkan efek analgesia melalui mekanisme
perifer. Reseptor opioid yang terdapat pada jaringan saraf perifer dilapisi oleh mielin tipis.
Respons inflamasi mengakibatkan penambahan jumlah reseptor opioid perifer dan densitas
bertambah dalam hitungan menit sampai jam setelah respons inflamasi dimulai. Dari
pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja opioid dapat dipakai untuk
mengatasi nyeri melalui mekanisme perifer . Reseptor opioid secara luas terdistribusi dalam
sistem saraf pusat yang dikelompokkan menjdi 3 tipe utama yaitu μ (neurotransmitternya
endorfin), κ (neurotransmitternya dinorfin), dan σ (neurotransmitternya enkefalin).reseptor.
μ reseptor memiliki jumlah yang paling banyak di otak dan merupakan reseptor yang paling
berinteraksi dengan opioidanalgesik untuk mengasilkan efek analgesik. Sedangkan κ dan σ
reseptor menunjukkan selektivitas terhahap dinorfin dan enkefalin secara respektif. Aktivasi
κ reseptor juga dapat menghasilkan efek analgesik, namun berlawanan dengan μ agonis,
yang dapat menyebabkan euforia. Beberapa opioid analgesik mengahsilkan efek stimulan
dan psikomotorik dengan beraksi pada σ reseptor.
2. Obat anti inflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID
(Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang memiliki
khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti
radang) OAINS bekerja dengan menghambat kerja dari enzim siklooksigenase, sehingga
enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah asam arakidonat menjadi
mediator inflamasi prostaglandin. Enzim ini berperan penting dalam jalur metabolisme asam
arakhidonat, yaitu bekerja untuk mengkatalis perubahan asam arakhidonat menjadi
prostaglandin dan tromboksan.1,3 Terdapat dua isoform enzim siklooksigenase yaitu
siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2. Kedua enzim ini memiliki struktur yang serupa,
namun pada bagian substrate binding channel enzim siklooogsinegase-2 memiliki sisi
samping yang berbeda dengan enzim siklooksigenase-1. Hal ini lah yang mendasari
selektivitas inhibisi enzim ini oleh OAINS.4 Enzim siklooksigenase-1 terdapat di platelet,
endotelium vaskular, epitelium gastrointestinal, otak, tulang belakang, dan ginjal. Enzim ini
berfungsi untuk meregulasi fungsi trombosit, proteksi mukosa gastrointestinal, dan proteksi
terhadap fungsi ginjal jika mengalami gangguan perfusi. Enzim siklooksigenase-2 diaktivasi
oleh beberapa sitokin dan menginduksi kaskade inflamasi. Enzim ini banyak ditemukan di
plak aterosklerotik, makula densa, dan interstisial medula ginjal. Enzim ini berperan dalam
persepsi nyeri serta metabolisme air dan garam. Spektrum kerja OAINS terbagi menjadi dua
yaitu OAINS non selektif yang menghambat kerja kedua isoform enzim siklooksigenase dan
OAINS selektif yang hanya bekerja pada siklooksigenase-2.1,2,4 Hasil akhir metabolisme
asam arakhidonat yang dikatalis oleh enzim siklooksigenase adalah prostaglandin I2 dan
tromboksan. Prostasiklin (prostaglandin I2) memiliki efek anti-trombotik dan dihasilkan dari
sel endotel dengan bantuan enzim siklooksigenase-2, sedangkan tromboksan dihasilkan oleh
platelet dengan bantuan dari enzim siklooksigenase-1 serta memiliki efek pro-trombotik.
3. - COX-1 selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan
fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2 merupakan
enzim indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan jaringan, tapi akan meningkat
pada keadaan inflamasi atau patologik.
- Inhibisi terhadap COX-2 diperkirakan merupakan mekanisme utama dari efek antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi dari NSAID, sedangkan inhibisi terhadap COX-1 berperan besar
dalam efek samping NSAID terhadap saluran gastrointestinal.
- Namun, COX-1 juga berperan dalam inflamasi. Diperkirakan bahwa COX-1 berperan dalam
mekanisme inflamasi akut dan COX-2 dalam mempertahankan produksi eikosanoid setelah
stimulus inflamasi.
- Secara garis besar COX-1 penting dalam pemeliharaan berbagai fungsi di berbagai jaringan
khususnya ginjal, saluran cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi COX-1
menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif. COX-1 ini diinduksi berbagai stimulus
inflamasi. Tromboksan A2, yang disintesis trombosit oleh COX-1, menyebabkan agregasi
trombosit, vasokonstriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin (PGI2) yang
disintesis oleh COX-2 melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi
trombosit, vasodilatasi dan efek anti-proliferatif
4. Jenis NSAID dapat menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang merupakan mediator inflamasi
dan mengakibatkan berkurangnya tanda inflamasi.1 Akan tetapi, PG khususnya PGE sebenarnya
merupakan zat yang bersifat protektor untuk mukosa saluran cerna atas. Prostaglandin pada mukosa
saluran cerna berfungsi menjaga integritas mukosa, mengatur aliran darah, sekresi mukus,
bikarbonat, proliferasi epitel, serta resistensi mukosa terhadap kerusakan. Hambatan sintesis PG
akan mengurangi ketahanan mukosa, dengan efek berupa lesi akut mukosa gaster bentuk ringan
sampai berat.3 NSAID merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu topikal dan sistemik.
Kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam dan lipofili, sehingga
mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan.8 Efek sistemik
NSAID lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara
bermakna.6,8 Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting
bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi ini dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa,
meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat, dan meningkatkan epithelial defense. Aliran
darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi netrofil pada endotel pembuluh darah mukosa
dan memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat
proses imunologis tersebut akan merusak mukosa lambung. Patogenesis NSAID memicu kerusakan
gaster : sintesis prostaglandin dan peran COX-1 dan COX-2 pada pertahanan mukosa gaster. COX-1
dan COX-2 merupakan enzim kunci untuk biosintesis PGs. Kerusakan gaster diperkirakan
berhubungan dengan inhibisi produksi PG mukosa gaster oleh COX-1, tetapi kombinasi pemberian
inhibitor non selektif, yaitu pada COX-1 dan COX-2 menyebabkan kerusakan mukosa yang sudah
dijelaskan diatas
5.
6. COX -2 adalah cardioprotective protein, sehingga jika aktifitas COX-2 dihambat akan berakibat
semakin meningkatnya kejadian kardiovaskuler. Selain itu hambatan terhadap aktivitas COX akan
menurunkan produksi vasodilator prostaglandin sehingga tidak ada mediator yang mampu
mengatasi efek vasokonstriktor katekolamin, dimana akibatnya akan meningkatkan tekanan darah
penderita.
file:///C:/Users/Big%20Boss/Downloads/4947-1-7740-1-10-20130307.pdf
7. Parasetamol memiliki efek analgesik yang bersifat sentral dan aktivitas penghambatan produksi
prostaglandin melalui penghambatan aktivitas COX-2 yang setara dengan NSAID. Kemampuan
parasetamol dalam menghambat enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) lebih rendah dibanding dengan
NSAID. Cyclooxygenase-1 berfungsi dalam regulasi fisiologis normal untuk proteksi gastrointestinal,
ginjal, serta fungsi trombosit. Penghambatan enzim COX1 yang lebih rendah dibanding dengan
NSAID menjadikan parasetamol lebih aman.
Parasetamol merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai obat analgesik-antipiretik.
obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Karena hampir tidak
mengiritasi lambung, parasetamol sering dikombinasikan dengan AINS untuk efek analgesik
Efek antiinflamasinya yang sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang itu sendiri mungkin
berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan inhibitor siklooksigenase yang lemah
Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam basa
8. plasebo adalah obat yang tidak memiliki zat aktif. plasebo juga sering disebut sebagai obat
kosong karena “obat-obatan” plasebo tidak mengandung bahan aktif yang dimaksudkan
untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan. Orang yang menerima plasebo tidak
mengetahui dirinya menggunakan obat kosong, sehingga percaya bahwa mereka minum
obat asli dan mengalami kemajuan dari konsumsi obat atau penanganan medis yang
mereka lakukan. Padahal, sebenarnya tidak ada efeknya sama sekali. Plasebo akan
membantu peneliti mengetahui apakah obat tersebut benar-benar efektif atau hanya sugesti
pasien yang merasa lebih baik karena tahu mereka telah mengonsumsi obat penghilang
sakit. Pada percobaan ini digunakan plasebo karena
11. pain latency adalah saat mulai memegang es sampai timbul rasa sakit yang konstan.
dalam pengukuran pain latency yang kedua, probandus meminum obat yaitu ibuprofen,
parasetamol dan plasebo. Harus menunggu 30 menit setelah meminum obat karena, Obat
tersebut memiliki efek kira-kira 30-60 menit setelah dikonsumsi. sehingga setelah
dikonsumsi dapat dibedakan efeknya antara sebelum meminum obat dan setelah meminum
obat yaitu untuk melihat efek analgetik obat.
12. hasil pengukuran pain latency pada percobaan seharusnya yang paling tertinggi adalah
probandus yang mengkonsumsi ibuprofen, bila dibandingkan dengan probandus yang lain. Lalu
selanjutnya adalah probandus yang mengkonsumsi parasetamol dan yang terakhir adalah probandus
yang mengkonsumsi plasebo yaitu tidak mengalami peningkatan pain latency atau pain latencynya
paling rendah. Ibuprofen mempunyai pain latency paling tinggi karena ibuprofen sebagai obat yang
mampu mengobati nyeri dengan baik. Ibuprofen diketahui merupakan obat yang memiliki
kemampuan analgetik. Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga
pembentukan asam arakidonat menjadi terganggu. Ibuprofen menghambat enzim COX-1 dan COX-2
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. COX-1 berfungsi menghasilkan
prostaglandin yang esensial bagi tubuh, misal di lambung dan ginjal. Sedangkan COX-2 baru terdapat
ketika ada reaksi inflamasi (Widodo, , et al.., 2001). Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan
menghambat secara 43 langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis
biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit
oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin,
ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi. Serta Dari
segi farmakokinetik ibuprofen memiliki konsentrasi maksimal pada serum yang lebih tinggi
dibandingkan dengan parasetamol
Parasetamol Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan
sebagai antireumatik. Ketidakmampuan parasetamol memberikan efek antiinflamasi itu sendiri
mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan inhibitor siklooksigenase
yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang ditemukan pada lesi radang. 4,7,19
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah dengan cara menghambat COX-1
dan COX-2 di jaringan perifer. Penelitian terbaru menyatakan bahwa parasetamol menghambat
secara selektif jenis lain dari enzim COX yang berbeda dari COX-1 dan COX-2 yaitu enzim COX-3. Sifat
antipiretik dari parasetamol dikarenakan efek langsung ke pusat pengaturan panas di hipotalamus
yang mengakibatkan vasodilatasi perifer, berkeringat, dan pembuangan panas.4,7 Semua obat
analgesik non opioid bekerja melalui siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi
nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol
menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.