Anda di halaman 1dari 7

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013

40

UJI METODE INOKULASI DAN PATOGENISITAS BLOOD DISEASE


BACTERIUM (BDB) PADA BUAH PISANG (Musa Sp.)

Ratri Kusuma Devi, Luqman Qurata Aini, Abdul Latief Abadi

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jln. Veteran, Malang 65145

ABSTRACT

This study aims to examine several inoculation methods for pathogenisity test of
BDB on banana fruit. The Results showed that injection method and smearing
suspension bacteria using cotton bud on the base of fruit was capable in producing
symptoms of blood disease on banana fruit. The injection method is shown to be
the most effective method because it caused blood disease symptoms in the
banana fruit at the first day after inoculation. Inoculums densities of 108 and 109
CFU/ml of BDB could develop disease on third and sixth day after inoculation.
BDB produced unique symptoms by causing yellowing and browning on the flesh
of a banana fruit as well as browning at the fruit placenta in 7 days after
inoculation, the symptom is different with caused by other pathogen like as
Xanthomonas oryzae, Pantoea sp dan Erwinia carotovora, dan Ralstonia
solanacearum.

Keywords: banana, Blood Disease Bacterium (BDB), inoculation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa metode inokulasi dalam rangka
uji patogenisitas Blood Disease Bacterium (BDB ) pada buah pisang. Metode
inokulasi injeksi dan pengolesan suspensi bakteri menggunakan cotton bud pada
buah pisang mampu menimbulkan gejala penyakit darah pada buah pisang.
Metode injeksi pada buah pisang merupakan metode inokulasi yang lebih efektif
karena dapat menimbulkan gejala penyakit darah pada hari pertama setelah
inokulasi. Kerapatan populasi BDB 108 dan 109 cfu/ml mampu menimbulkan
gejala penyakit darah pada hari ketiga dan keenam setelah inokulasi. Ciri khas
gejala serangan BDB pada buah pisang adalah munculnya bercak kemerahan pada
daging buah pisang dan perubahan warna pada plasenta buah pisang menjadi
kecoklatan pada 7 hari setelah inokulasi, ciri tersebut berbeda dengan gejala yang
ditimbulkan oleh patogen lain yaitu: Xanthomonas oryzae, Pantoea sp dan
Erwinia carotovora, dan Ralstonia solanacearum.

Kata kunci: Blood Disease Bacterium (BDB), inokulasi, pisang

PENDAHULUAN adanya oose bakteri berwarna merah


kecoklatan dari potongan bonggol
Penyakit darah pada pisang pisang dan buah (Baharuddin, 1994).
pertama kali dilaporkan terjadi pada Menurut Sequira (1988), Blood
Pulau Selayar, Sulawesi pada tahun Disease Bacterium (BDB) diketahui
1920an. Disebut penyakit darah karena sebagai penyebab kerusakan utama
Devi et al, Uji Metode Inokulasi
41

pada pertanaman pisang dibandingkan pemulia tanaman, pengetahuan tersebut


dengan penyakit pisang lainnya, seperti berguna dalam menyeleksi ketahanan
penyakit layu fusarium yang tanaman pisang terhadap BDB,
disebabkan cendawan Fusarium sedangkan bagi peneliti penyakit
oxysporum. Hal ini disebabkan (i) tanaman bermanfaat untuk mengetahui
semua jenis tanaman pisang yang karakteristik patogenisitasnya (Rustam,
dibudidayakan saat ini rentan terhadap 2007).
patogen tersebut dan sumber-sumber Penelitan tentang metode
ketahanan yang ada pada tanaman inokulasi BDB pada tanaman pisang
pisang tipe liar sangat terbatas, (ii) telah dilakukan oleh Rustam (2007)
potensi penularan oleh serangga menggunakan metode injeksi ke
vektor yang cukup besar, dan (iii) bonggol tanaman pisang. Waktu
biaya pengendalian relatif mahal serta inkubasi yang dibutuhkan untuk
hanya dapat diimplementasikan dalam menimbulkan gejala BDB relatif lama
areal kerja yang luas. yaitu sekitar 18 hari setelah inokulasi.
Mekanisme penularan BDB Penelitian Hadiwiyono (2010)
umumnya melalui serangga polinator menunjukkan bahwa inokulasi suspensi
pada bunga pisang. Bakteri yang BDB pada bunga pisang juga dapat
terbawa serangga kemudian melakukan menyebabkan gejala penyakit, tetapi
penetrasi pada nektartoda atau luka metode tersebut cukup sulit dilakukan
pada bunga pisang yang tidak menjadi karena membutuhkan tanaman pisang
buah, BDB dapat pula menginfeksi yang sudah berbunga.
melalui perakaran (Rustam, 2007). Pengujian metode inokulasi BDB
Bakteri masuk kedalam jaringan akar secara langsung pada buah pisang
tanaman melalui lubang alami, luka belum pernah dilakukan. Seperti
buatan akibat alat pertanian, maupun diketahui bahwa BDB bisa
luka akibat tusukan stilet nematoda. menginfeksi pada buah pisang, karena
Gejala penyakit darah pada terbawa oleh serangga vektor
tanaman pisang ditunjukkan oleh (Leiwakabessy, 1999), sehingga ada
pelepah daun melemah kemudian patah potensi buah pisang dapat digunakan
pada bagian pangkalnya sehingga daun sebagai bahan untuk uji patogenisitas
terlihat patah menggantung. Warna BDB. Selain itu diharapkan dengan
daun menjadi kuning kemudian menggunakan buah, waktu yang
nekrosis dan kering. Kulit buah sering dibutuhkan untuk menunjukkan gejala
tampak normal. Kadang-kadang ada penyakit darah bisa lebih singkat.
yang tampak kuning terlalu awal dan
menghitam. Kalau buah dipotong, BAHAN DAN METODE
bagian dalam buah akan berwarna
merah kecoklatan atau menjadi busuk Tempat dan Waktu
berlendir. Kelayuan pada daun diawali Penelitian ini dilaksanakan di
dengan daun menguning dan mati, Laboratorium Bakteriologi Jurusan
pada tanaman muda terjadi kelayuan Hama dan Penyakit Tumbuhan
menyeluruh (Edy, 2008) Fakultas Pertanian Universitas
Pengetahuan metode inokulasi Brawijaya. Penelitian dilaksanakan
dan patogenisitas BDB dalam pada bulan Mei sampai Desember
menimbulkan penyakit pada tanaman 2012.
pisang sangat penting bagi pemulia dan
peneliti penyakit tanaman pisang. Bagi
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
42

Metode dengan suspensi bakteri


Sumber inokulum BDB pada menggunakan cotton bud.
tanaman pisang diisolasi dari buah P4: Penyemprotan suspensi bakteri
pisang kepok yang menunjukkan gejala pada permukaan buah pisang.
penyakit darah di daerah Probolinggo.
Isolasi BDB dari contoh buah pisang Analisis Data
dilakukan dengan metode gores pada Pada percobaan ketiga, untuk
media TZC. mengetahui perbedaan pengaruh
Isolat BDB yang diperoleh perlakuan, data yang diperoleh
dimurnikan,diperbanyak dan disimpan dianalisis dengan menggunakan uji F
dalam akuades steril untuk digunakan pada taraf kesalahan 5%. Bila F hitung
dalam pengujian-pengujian berikutnya. lebih besar dari F tabel, dilanjutkan
Untuk memastikan isolat tersebut menggunakan uji Duncan pada taraf
adalah penyakit darah dilakukan uji 5%.
karakter kultur pada media TZC
(Baharuddin, 1994), uji hipersensitif HASIL DAN PEMBAHASAN
pada daun tembakau dan uji
patogenisitas pada tanaman pisang dan Pada media TZC, koloni BDB
jahe. mempunyai ukuran 1- 4 mm, bentuk
bulat, permukaan cembung, bagian
Pengujian Metode Inokulasi pada tengah koloni berwarna merah dengan
Buah Pisang pinggiran koloni jelas dan bening
Percobaan ini bertujuan untuk (Gambar 1). Ciri lain adalah koloni
mengetahui metode inokulasi BDB cenderung lengket pada permukaan
yang dapat menyebabkan gejala medium sehingga agak sulit jika
penyakit darah pada buah pisang. diambil menggunakan jarum ose.
Percobaan terdiri dari 4 perlakuan dan Selain itu koloni baru terbentuk pada
3 ulangan, masing – masing perlakuan hari ketiga setelah ditumbuhkan pada
menggunakan kontrol aquades steril suhu ruangan. Hal ini sesuai dengan
dan diamati setiap hari selama 7 hari karakter BDB yang dilaporkan peneliti
Bakteri BDB yang telah sebelumnya (Asrul, 2008).
diinkubasikan selama 48 - 72 jam
dipanen menggunakan stik gelas L dan
dibuat suspensi dalam aquades steril.
Suspensi bakteri kemudian disesuaikan
hingga konsentrasi 109 CFU/ml.
Jenis perlakuan inokulasi adalah A B
sebagai berikut :
Gambar 1. (A). Koloni BDB pada
P1: Injeksi satu ml suspense bakteri media TZC.;(B)
menggunakan syringe dibagian Morfologi koloni tunggal
tengah buah pisang. BDB.
P2: Menusuk di bagian tengah buah
pisang menggunakan jarum yang Isolat BDB mampu menimbulkan
telah dilumuri suspensi bakteri. gejala layu 18 hari setelah inokulasi
P3: Mengolesi pangkal buah yang (hsi) pada tanaman pisang varietas
telah dipotong dengan pisau steril Kepok dan tidak mampu menimbulkan
gejala pada tanaman jahe setelah
Devi et al, Uji Metode Inokulasi
43

diamati selama 20 hsi. Uji hipersensitif menggunakan metode injeksi. Pada


pada daun tanaman tembakau percobaan kedua, metode injeksi
menunjukkan gejala nekrosis pada digunakan untuk inokulasi BDB,
daun setelah 4 hsi. Xanthomonas oryzae, Erwinia
carotovora, Pantoea sp., dan Ralstonia
Pengujian Metode Inokulasi pada solanacearum pada buah pisang.
Buah Pisang
Metode inokulasi dengan injeksi
suspensi bakteri pada konsentrasi
1x109 CFU/ml ke dalam buah pisang
(perlakuan P1) mampu menimbulkan
gejala penyakit darah pada satu hari
setelah inokulasi (hsi).
Gejala diawali dengan perubahan
warna pada daging buah menjadi Gambar 2. Perbandingan gejala pada
kuning kecoklatan dan pada 5 hsi buah pisang yang
menjadi coklat gelap. Pada 6 hsi mulai disebabkan oleh BDB dan
muncul bercak berwarna kemerahan patogen lain. Tanda panah
pada daging buah pisang. menunjukkan gejala
Metode inokulasi dengan jarum kerusakan. a. (BDB), b. (R.
yang telah dilumuri suspensi bakteri solanacearum), c. (X.
(perlakuan P2), tidak menimbulkan oryzae), d. (E. carotovora),
gejala kerusakan sampai pada e. (Pantoea sp.), f.
pengamatan 7 hsi. Metode inokulasi (Aquades).
dengan pengolesan suspensi bakteri
menggunakan cotton bud (perlakuan Seluruh strain bakteri yang
P3) tidak menimbulkan gejala serangan diinokulasikan dapat menyebabkan
BDB hingga 6 hsi. Pada 7 hsi gejala gejala pada buah pisang. Xanthomonas
mulai muncul pada buah pisang berupa oryzae, Pantoea sp, Erwinia
perubahan warna menjadi kecoklatan. carotovora dan Ralstonia
Pada metode inokulasi penyemprotan solanacearum dapat menimbulkan
suspensi bakteri pada buah pisang gejala nekrotik dan perubahan warna
(perlakuan P4), hingga 7 hsi tidak pada daging buah. tetapi tidak mampu
menunjukkan gejala serangan BDB menimbulkan gejala pada plasenta
pada buah pisang. Hasil tersebut buah. Sedangkan BDB, selain
menunjukkan bahwa metode inokulasi menimbulkan gejala nekrotik dan
dengan injeksi merupakan metode yang perubahan warna menjadi merah pada
lebih efektif dibanding metode yang daging buah juga dapat menimbulkan
lain. Selain dapat menyerang pada kerusakan pada bagian plasenta buah.
daging buah, BDB juga mampu Hasil ini menunjukkan bahwa hanya
menyerang bagian plasenta buah BDB yang mampu melakukan infeksi
pisang. dan menyebar pada bagian plasenta
buah. Hal tersebut membedakan gejala
Pengujian Beberapa Bakteri Patogen yang ditimbulkan oleh BDB dengan
Lain dan BDB pada Buah Pisang gejala yang ditimbulkan patogen lain.
Berdasarkan hasil percobaan Menurut Wardiyati (2012, komunikasi
pertama, diketahui metode inokulasi pribadi) bagian plasenta merupakan
yang paling efektif adalah bagian buah pisang yang mempunyai
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
44

cadangan makanan paling banyak. mampu menimbulkan gejala penyakit


BDB dapat menginfeksi dan darah pada plasenta buah pisang. Pada
berkembang pada plasenta buah diduga hari keenam setelah inokulasi,
karena kandungan nutrisi pada plasenta inokulum BDB dengan kerapatan 108
buah pisang sesuai dengan yang CFU/ml menyebabkan kerusakan
dibutuhkan BDB. sebesar 47,13% sedangkan inokulum
BDB dengan kerapatan 109 CFU/ml
Pengaruh Kerapatan Inokulum BDB menyebabkan kerusakan sebesar 50%.
pada Perkembangan Gejala Inokulum BDB dengan kerapatan
PEnyakit Darah pada Buah Pisang 107 CFU/ml tidak mampu
Hasil analisis ragam menimbulkan gejala penyakit darah
menunjukkan bahwa inokulasi dengan pada buah pisang diduga karena
kerapatan inokulum BDB yang berbeda kerapatan inokulum tersebut dibawah
berpengaruh nyata terhadap gejala ambang minimal untuk menyebabkan
serangan BDB pada plasenta buah gejala penyakit darah pada buah
pisang (Tabel 2 dan 3). Inokulum pisang. Selain itu buah pisang yang
BDB dengan kerapatan 108 CFU/ml telah dipotong dari batang utama
(perlakuan R2) dan 109 CFU/ml menyebabkan metabolisme pada
(perlakuan R1) mampu menimbulkan jaringan pembuluh xylem dan floem
gejala penyakit darah pada buah menurun. Hal tersebut menyebabkan
pisang pada hari ketiga dan keenam inokulum tersebut tidak dapat
setelah inokulasi. Sedangkan inokulum memperbanyak diri dan menghambat
BDB dengan kerapatan 107 CFU/ml kemampuan inokulum dalam
(perlakuan R3) dan kontrol tidak menimbulkan gejala.

Tabel 1. Pengaruh Kerapatan Inokulum BDB Terhadap Perkembangan Gejala Penyakit


Darah pada Buah Pisang pada Hari Ketiga Setelah Inokulasi
Kerusakan plasenta buah Proporsi kerusakan
Perlakuan
pisang (cm) plasenta buah pisang (%)
R1 1.07b 12.34b
R2 0.33ab 3.70ab
R3 0.00a 0.00a
R4 0.00a 0.00a

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
bahwa perlakuan yang diberikan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Menurut Baharuddin (1994), gejala kerusakan yang ditimbulkan


inokulasi BDB pada kerapatan 104-108 oleh BDB tanaman.
CFU/ml dengan metode injeksi pada Secara umum hasil penelitian ini
batang tanaman pisang, dapat menunjukkan bahwa buah pisang dapat
menimbulkan gejala penyakit darah, digunakan sebagai bahan uji
sedangkan pada kerapatan populasi 100 patogenisitas BDB. Gejala yang
– 103 CFU/ml tidak mampu ditimbulkan oleh BDB pada buah
menimbulkan gejala penyakit darah
pada tanaman pisang. Dengan
demikian kerapatan populasi BDB
berpengaruh terhadap perkembangan
Devi et al, Uji Metode Inokulasi
45

pisang sangat khas yaitu mampu perkembangan gejala penyakit darah


menimbulkan bercak nekrotik pada daging dan plasenta buah pisang.
berwarna kemerahan baik pada daging Kerapatan inokulum minimum untuk
buah dan plasenta buah pisang pada dapat menimbulkan gejala pada buah
hari ketiga sampai hari ketujuh setelah pisang adalah 108 CFU/ml. Hal ini jauh
inokulasi. Selain itu hanya BDB yang lebih tinggi dibanding kerapatan
mampu menginfeksi dan menyebar minimal yang dibutuhkan untuk
pada bagian plasenta buah. Hal ini menimbulkan gejala penyakit darah
tidak ditemukan pada gejala yang pada tanaman
ditimbulkan oleh bakteri patogen lain. pisang dengan metode injeksi pada
Perbedaan kerapatan inokulum batang yaitu 104 CFU/ml Baharuddin,
BDB berpengaruh terhadap 1994).

Tabel 2. Pengaruh Kerapatan Inokulum BDB Terhadap Perkembangan Gejala


Penyakit Darah pada Buah Pisang pada Hari Keenam Setelah Inokulasi
Proporsi kerusakan
Kerusakan plasenta buah
Perlakuan plasenta buah pisang
pisang (cm)
(%)
R1 4.50b 50.00b
R2 4.40b 47.13b
R3 0.00a 0.00a
R4 0.00a 0.00a
Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
bahwa perlakuan yang diberikan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Kelebihan dari metode inokulasi menggunakan cotton bud pada buah


pada buah pisang adalah waktu yang pisang mampu menimbulkan gejala
dibutuhkan cukup singkat yaitu tiga penyakit darah pada buah pisang.
sampai tujuh hari setelah inokulasi 2. Metode injeksi pada buah pisang
untuk menimbulkan gejala, sedangkan merupakan metode inokulasi yang
pada metode injeksi pada batang lebih efektif karena dapat
tanaman pisang dibutuhkan waktu menimbulkan gejala penyakit darah
minimal 18 hari. Bahkan kerapatan pada hari pertama setelah inokulasi.
inokulum BDB 109 CFU/ml mampu 3. Kerapatan minimum populasi BDB
menyebabkan gejala pada buah pisang untuk mampu menimbulkan gejala
hanya satu hari setelah inokulasi. Hal penyakit darah pada buah pisang
ini menjadi keuntungan tersendiri dari adalah 108 cfu/ml.
segi waktu yang dibutuhkan bagi 4. Ciri khas gejala serangan BDB
pemulia atau peneliti yang berkaitan pada buah pisang adalah
dengan penyakit BDB pada tanaman munculnya bercak kemerahan pada
pisang. daging buah pisang dan perubahan
warna pada plasenta buah pisang
KESIMPULAN menjadi kecoklatan pada 7 hari
setelah inokulasi, ciri tersebut
Berdasarkan hasil penelitian berbeda dengan gejala yang
dapat disimpulkan bahwa: ditimbulkan oleh patogen lain
1. Metode inokulasi injeksi dan yaitu: Xanthomonas oryzae,
pengolesan suspensi bakteri Pantoea sp dan Erwinia
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
46

carotovora, dan Ralstonia Darah pada Pisang di Lembah


solanacearum . Palu. J. Agrisains 9(2):65-72.
Goodman, R.N., Z. Kiraly dan K.R.
DAFTAR PUSTAKA Wood. 1986. The Biochemistry
and Physiology of Plant
Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Disease. p 28-29
Tumbuhan 3. Bayumedia. Hadiwiyono. 2010. Penyakit Darah
Malang. p 145 Pada Tanaman Pisang : Infeksi
dan Keanekaragaman Genetika
Asrul, 2008. Uji Sensivitas Koloni Patogen. Disertasi. Jogjakarta .
BDB Terhadap Pemberian Universitas Gadjah Mada.
Bahan Kimia Secara In Vitro. J. Leiwakabessy, C. 1999. Potensi
Agroland 15 (3) : 198-203. Beberapa Jenis Serangga dalam
Baharuddin, B. 1994. Pathological, Penyebaran Layu Bakteri
Biochemical, and Serelogical Ralstonia (Pseudomonas)
Characterization of the Blood solanacearum Yabuuchi et al.
Disease Bacterium Affecting Pada Pisang Lampung. Thesis.
Banana and Plantain (Musa Program Pascasarjana. Institut
sp.). Molecular Plant Pathology. Pertanian Bogor.
84 (6) : 570-575 Limbongan, J. 2011. Karakteristik
Deptan.2012.http://www.deptan.go.id/d Morfologis dan Anatomis Klon
itlinhorti/index.php?option=co Harapan Tahan Penggerek
m_content&view=article&id=7 Buah Kakao sebagia Sumber
38%3Aperbanyakan-benih- Bahan Tanam. Balai Pengkajian
pisangsehat&catid=1%3Aberita Teknologi Pertanian Sulawesi
&Itemid=161. Diunduh tgl 22 Selatan. 31 (1).
juni 2012 Rustam. 2007. Uji Metode Inokulasi
dan Kerapatan Populasi Blood
Eden-Green, S. J 1994. Banana Blood Dosease Bacterium pada
Disease. Musa Disease Fact Tanaman Pisang. J. Hort. 17
Sheet No 3. dalam J.H. Daeli, (4):387-392,2007.
2009. Induksi Enzim Polifenol Sequira,L. 1988. Bacterial Wilt : The
Oksidase Tanaman Pisang Missing Element in
Kultivar Kepok Sebagai Respon International Banana
Fisiologis Terhadap Bakteri Improvement Programs. In P.H.
Penyakit Darah. Skripsi. Prior, C. Allen and J.E
Universitas Andalas. Elphinstone, (Eds). Bacterial
Edy, N.P., Johanis dan Baharuddin. Wilt Disease,Molecular and
2008. Karakterisasi Morfologi Ecological Aspects. Gosier 22-
Patogenisistas dan Biokimia 27 Jun. Berlin : INRA. P. 6-14
Bakteri Penyebab Penyakit

Anda mungkin juga menyukai