Pragmatik Kelompok 1
Pragmatik Kelompok 1
Oleh: Kelompok I
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
DAFTAR PUSTAKA 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Tanpa
bahasa, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Menurut hasil
pengamatan, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindakan atau tingkah tutur
individual. Karena itu tiap telaah struktur bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak
tutur. Tindak tutur merupakan perwujudan konkret fungsi-fungsi bahasa, yang
merupakan pijakan analisis pragmatik (Rahardi, 2005).
Pemakaian bahasa pada dasarnya memperlihatkan bahwa seorang penutur
menghasilkan tuturan dalam konteks tertentu dan sesaat kemudian ditafsirkan oleh
mitra tutur. Berdasarkan hal tersebut penulis bertujuan menjelaskan definisi tindak
tutur, tindakan berkaitan dengan ujaran, dan tindak tutur ilokusi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tindak Tutur
Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan
sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori
tindak tutur. Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan
melalui ujaran. Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang
mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan fungsional dalam komunikasi yang
mempertimbangkan aspek situasi tutur.
Menurut Austin ada dua jenis tuturan, yaitu tuturan konstatif dan performatif.
a. Tuturan konstantif
Tuturan konstatif merupakan jenis tuturan yang melukiskan suatu keadaan faktual,
yang isinya boleh jadi merujuk ke suatu fakta atau kejadian historis yang benar-benar terjadi
pada masa lalu. Tuturan konstantif memiliki konsekuensi untuk ditentukan benar atau salah
berdasarkan hubungan faktual antara penutur dan fakta sesungguhnya. Jadi, dimensi pada
tuturan konstatif adalah benar-salah. Misalnya, “Soekarno merupakan presiden pertama di
Indonesia”
b. Tuturan performatif
3
2. Tindakan Berkaitan dengan Ujaran
Austin (1962) dalam How to do Things with Words membedakan tiga jenis tindakan
yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
a. Lokusi
Austin (1962:108) menyatakan bahwa dalam mengatakan sesuatu atau melakukan
suatu tindakan setara dengan makna dalam pengertian tradisional. Tuturan lokusi patuh pada
kondisi kebenaran dan membutuhkan akal atau rasa dan referensi agar dapat dimengerti.
Referensi tergantung pada pengetahuan pembicara pada saat penuturan (Austin, 1962, p.
143). Pada intinya dapat dikatakan bahwa 'mengatakan sesuatu' adalah melakukan tindak
lokusi.
Misalnya, seseorang mengatakan, “Hari ini udara panas ya”. Tuturan tersebut merujuk
pada makna yang sebenarnya yaitu udara atau hawa yang panas, tanpa dimaksudkan untuk
meminta kipas angin dinyalakan atau membuka jendela.
b. Ilokusi
4
c. Perlukosi
Austin (1962) menyatakan bahwa tindak perlukosi menghasilkan efek atau hasil yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada mitra tutur, apabila penutur memiliki tujuan
menimbulkan respon atau efek terhadap mitra tutur.. Tanggapan tersebut tidak hanya
berbentuk kata-kata tetapi juga tindakan. Contoh: “saya haus” yang dituturkan oleh penutur
menimbulkan efek terhadap mitra tutur dengan reaksi mitra tutur akan mengambilkan air
minum atau menawarkan air minum.
Teori tindak tutur Austin lebih berfokus pada penutur, yaitu bagaimana penutur
mewujudkan intensi dalam berbicara. Lain halnya dengan Searle, beliau melihat tindak tutur
berdasarkan pendengar merespon ujaran yang akan disampaikan oleh penutur. Maka dari itu,
pada bagian ini dijelaskan secara rinci tindak tutur ilokusi menurut Searle.
Tindak tutur asertif merujuk pada komitmen penutur terhadap kebenaran yang
diungkapkan seperti menginformasikan, mengklaim sesuatu, menyimpulkan, melaporkan,
sebagainya. Dengan kata lain, assertif merupakan tindakan yang diyakini oleh penutur.
b. Direktif
Tindak tutur direktif merujuk kepada keinginan penutur. Dengan kata lain, penutur
membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan. Menurut Searle (1969), yang
5
termasuk ke dalam direktif ini antara lain, memerintah, menasihati, memesan, memohon dan
menyetujui. Misalnya seorang dosen mengatakan, “Tolong ambilkan Ibu segelas air” kepada
salah satu mahasiswa. Dengan kata lain, tuturan itu mengisyaratkan agar mahasiswa
melakukan tindakan yaitu mengambilkan segelas air untuk dosen.
c. Komisif
Tindak tutur komisif merupakan sebuah tindakan bahwa penutur berkomitmen atas
tindakannya di masa depan. Tindak tutur komisif meliputi perjanjian, ancaman, penolakan.
Misalnya seorang penutur mengatakan “Saya berjanji akan kembali lagi besok”.
Dapat diartikan bahwa penutur membuat janji kepada mitra tutur bahwa ia akan kembali lagi
besok.
d. Ekspresif
e. Deklaratif
Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dilakukan dan digunakan untuk
memberikan situasi eksternal baru terhadap sesuatu. Tindak tutur ini dapat dilihat pada acara
penamaan, pembaptisan, ijab kabul dalam perkawinan, dan pengunduran diri (Revita. 2013:
24). Misalnya dalam perkawinan seorang wali mengatakan “Saya nikahkan engkau dengan
lelaki pilihanmu dengan seperangkat alat shalat dibayar tunai.”
6
BAB III
KESIMPULAN
Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan
sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori
tindak tutur. Terdapat dua jenis tuturan yaitu tuturan konstantif dan tuturan performatif.
Tuturan konstantif memiliki konsekuensi untuk ditentukan benar atau salah. Sedangkan
tuturan performatif tidak dapat dikatakan sebuah tuturan itu benar atau salah. Dalam bukunya
How to do Things with Words, Austin membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan
ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ditinjau dari tindak ilokusi, Austin membagi
tindak ilokusi menjadi lima yaitu: Verdiktif, Eksersitif, Komisif, Behavitif, dan Ekspositif.
Tindak ilokusi versi Searle yaitu: Asertif, Direktif, Komisif, Ekspresif dan Deklaratif.
7
DAFTAR PUSTAKA
Austin J.L. (1969). How to Things with Words. Oxford: Oxford University Press.
Brown, George and Yule. 1996. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University
Press.
Revita, Ike. 2013. Pragmatik: Kajian Tindak Tutur Permintaan Lintas Bahasa. Padang:
Fakultas Ilmu Budaya
Searle J.R. (1969). Speech Act, an Essay in the Philosophy of Language. Cambridge:
Cambridge University Press.