1. Ketidak mampuan akses petani terhadap lembaga kredit pertanian
antaranya: a. Phsycal acces, yaitu bahwa petani tidak bisa akses terhdap kredit atau perbankan, karena secara fisik lembaga-lembaga kredit keuangan di pedesaan atau atau yang disebut Rural Financial Institution tidak tersedia atau walaupun ada jagkaunnya jauh. b. Eligibilty walaupun Rurak Financial Instition ada di pedesaan, tetapi usahatani petani, usaha non pertanian kecil dan kegiatan rumah tangga tidak memenuhi syarat secara perbankan. c. Bussiness oportunities, karena di pedesaan pada umunya infrastrukturnya sangat buruk menyebabkan kesempatan bisnis rendah dan akses terhadap perbankan menjadi rendah. d. Kurangnya Informasi dan fasilitas yang mendukung antara apa yang terjadi di pedesaan tidak dapat menyediakan barang dan jasanya di perkotaan, sehigga akse petani terhadap perbankan menjadi rendah. 2. Adanya waktu tunggu sampai saat panen, yaitu waktu yang dibutuhkan mulai saat tanam sampai dengan panen. Berbeda dengan proses produksi di sektor industri yang memebutuhkan waktu yang cepat, gestation periode ini membutuhkan waktu yang lama dan bervariasi tergantung jenis dan kualitas tanaman. 3. Keterbatasan Modal, jumlah modal untuk pembiayaan kegiatan usaha tani sangat terbatas, sehingga petani terhambat dalam memilih dan mencoba komoditas pertanian yang baru. 4. Pengetahuan mengenai perbankan pertanian yang kurang diterapkan di para petani, jadi petani kurang pengetahuan dan wawasan terhadap perbankan yang sebenarnya sangat membanu para petani pedesaan dalam mendapatkan modal pertanian. 5. Kredit bank tidak sepenuhnya digunakan oleh petani untuk investasi dan modal kerja, banyak yang menggunakannya untuk keperluan lain seperti biaya anak sekolah, hajatan, dan lain-lain, dan bank tidak bisa mendekteksi penyalahgunaan dana tersebut. 6. Penyaluran kredit yang tidak tepat sasaran maupun subsidi bunga yang pembayarannya cenderung lambat dari pemerintah, selain itu prosedur yang birokratis menyebabkan petani enggan mengajukan kredit.
5. Solusi atas Permasalahan yang Dihadapi
1. Memperbaiki proses atau prosedur perbankan yang menyulitkan para
petani, sehingga petani dengan mudah mengakses permodalan menggunakan perbankan pertanian, salah satunya dengan menggunakan pembiayaan pertanian melalui bank BRI pertanian ini, Bank BRI pertanian ini memberikan akses yang cukup mudah bagi petani dan memberikan bunga yang kecil bagi petani. 2. Agar penyaluran kredit jelas maka kriteri penerimaan kredt harus jelas, salah satunya yaitu dengan peluncuran KUR yang dilakukan ole Bank BRI Pertanian. Sejak tahun 2015-2018 jumlah KUR yang telah disalurkan sebanyak Rp 235,4 triliun. 3. SDM yang ahli untuk perbankan, sehingga nantinya mampu mencari dan menilai nasabah (petani dan penguaha kecil) yang layak memperoleh kredit. SDM ahli juga dibutuhkan untuk menjaga kesinambungannnya sebagai nasabah dengan membantu membangun sikap bisnis dan pengetahuan, serta membantu merancang dan mengurus proyek-proyek pertanian. 4. Dari sisi eksistensi Bank BRI Pertania membuka banyak cabang kantor bank yang letakya menjangkau daerah-daerah sentra produksi pertanian dan jumlahnya sangat banyak untuk melayani petani dan pengusaha kecil, terutama melalui kantor BRI unit yang ada di kecamatan. Secara operasional kantor unit ini menjangkau desa-desa dengan nasabah atau custumer base para petani dan pengusaha kecil sehingga mempunyai kelebihhan dalam pengalaman dalam melayani nasabh pedesaan dan pengetahuan terhadap potensi ekonomi di sektor riil di wilayah pedesaan. 5. Memberikan pemahaman terhadap para nasabah atau petani atau pengusaha kecil agar kredit dipakai untuk tujuan yang produktif bukan konsumtif. Program kredit untuk pertanian juga harus terintegrasi dengan program-program konsolidasi lahan dan program pemberdayaan atau kewirausahaan.