KMB Fraktur Pada Anak
KMB Fraktur Pada Anak
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya
lapang pandang. (Sidharta Ilyas, 2004).
BAB II
TINJAUAN TEORI
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya
lapang pandang. Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini,
disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma hambatan
pupil).
Glaukoma dapat bersifat primer atau sekunder, bergantung pada apakah faktor terkait
berperan meningkatkan IOP. Dua bentuk glaukoma klinis yang umum ditemui pada orang
dewasa adalah glaukoma sudut terbuka primer (POAG) dan glaukoma sudut tertutup, yang
dibedakan oleh mekanisme yang menyebabkan cairan. gangguan aliran keluar cairan.
Glaukoma kongenital
Glaukoma sekunder.
c. Glaukoma kongenital
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma Primer
Trabekulodisgenesis adalah:
- Iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat pada skleral spur
atau agak lebih ke depan
- Goniodisgenesis
Bila pengaliran cairan mata (akous humor) keluar di sudut billk mata
normal maka disebut glaukoma hipersekresi. Ekskavasi papil, degenerasi
papil dan gangguan lapang pandang dapat disebabkan langsung atau
tidak langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf optik dan retina
atau pembuluh darah yang memperdarahinya. Mulai timbulnya gejala
glaukoma simpleks ini agak lambat yang kadang-kadang tidak disadari
oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Pada keadaan
ini glaukoma simpleks tersebut berakhir dengan glaukoma absolut.
Diberikan pilokarpin tetes mata 1-4% dan bila perlu dapat ditambah
dengan asetazolamid 3 kali satu hari. Bila dengan pengobatan tekanan
bola mata masih belum terkontrol atau kerusakan papil saraf optik
berjalan terus disertai dengan penciutan kampus progresif maka
dilakukan pembedahan.
- Bila tensi 24-30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di
atas bila masih dalam batas-batas normal mungkin hipertensi okuli.
Glaukoma absolut
2.1.3 Etiologi
Penglihatan kabur
Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
2. Tekanan intraokular yg tinggi secara mekanik menekan papil saraf otak yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada otot bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil
saraf optik
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas
4. Kelainan lapang pandang pada galukoma disebabkan oleh kerusakan serabut sarag
optik
a. Patologis
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Nyeri
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
Kebutaan
Sumber : Bangsalsehat.com
2.1.6 MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga),
b. Pandangan kabut, melihat halo disekitar lampu,
e. Visus menurun,
f. Edema kornea,
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak pada glaukoma sudut terbuka),
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya, dan tio meningkat
(Sumber : Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 12 tahun 2011)
(Sumber : Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 12 tahun 2011)
a. Tujuan dari semua terapi glaukoma adalah pencegahan kerusakan saraf optik.
Terapi seumur hiduphampir selalu diperlukan karena glaukoma tidak dapat disembuhkan.
Terapi berfokus pada terapi farmakologis, prosedur laser, pembedahan, atau kombinasi dari
pendekatan-pendekatan ini, semuanya berpotensi menyebabkan komplikasi dan efek
samping. Sasarannya adalah untuk mencapai manfaat terbesar dengan risiko terkecil, biaya,
dan ketidak nyamanan terkecil bagi pasien. Meskipun terapi tidak dapat mengembalikan
fungsi saraf optik yang telah rusak, kerusakan lebih lanjut dapat dikontrol. Tujuannya adalah
mempertahankan IOP tetap berada di dalam kisaran yang tidak mungkin menyebabkan
kerusakan lebih lanjut.
(Sumber : Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 12 tahun 2011)
b. Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut
yang tertutup (pada glaukoma tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Jika tindakan di atas tidak berhasil, dilakukan operasi untuk membuka saluran
Schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan
ini gagal, dapat dilakukan sikookrioterapi (pemasangan selaput beku).
(Sumber : buku klien gangguan mata dan penglihatan, Ns Anas Tamsuri, S.Kep tahun 2010)
Semakin berat penyakit yang terjadi pada awalnya, semakin rendah target tekanan
intraokular yang dibutuhkan untuk mencegah progresi penyakit. Penurunan tekanan
intraokular paling tidak 25% dibawah baseline merupakan target inisial pada sebagian besar
pasien dengan kerusakan ringan hingga sedang. Target tekanan intraokular yang ditetapkan
merupakan sebuat konsep dinamik yang perlu dievaluasi pada setiap kunjungan pasien.
Penurunan tekanan intraokular sesuai dengan target tidak menjamin dapat mencegah
progresifitas penyakit. Bila progresifitas penyakit tetap terjadi, target tekanan intraokular
mungkin harus diturunkan.
Tekanan intraokular dijaga agar sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan dengan
obat-obatan topikal. Apabila target tekanan intraokular tidak dapat dicapai dengan terapi
medis maksimum yang masih dapat ditoleransi oleh pasien, maka trabekuloplasti selektif atau
trabekuloplasti argon diindikasikan diikuti oleh glaucoma filtering surgery atau terapi lain
yang dianggap perlu. Bila progresifitas kerusakan saraf optik dan lapang pandang tetap
terjadi meskipun tekanan intraokular sudah sesuai dengan target maka perlu dilakukan
penurunkan target tekanan intraokular dan dipertimbangkan bahwa mekanisme neuropati
optik yang terjadi tidak bergantung pada tekanan intraokular. Regimen terapi yang dipilih
adalah terapi minimal yang dapat memberikan respon terapi yang diinginkan. Evaluasi dan
follow-up dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
Meskipun kerusakan saraf optik dan lapang pandang dapat terjadi pada tekanan
intraokular rendah pada Normotension Glaucoma (NTG), namun penurunan tekanan
intraokular dikatakan tetap efektif untuk mencegah progresifitas glaukoma. Pada sebagian
pasien dengan NTG terjadi mekanisme glaucomatous optic neuropathy yang tidak
tergantung tekanan intraokular sehingga kelainan kardiovaskular seperti anemia, hipotensi,
gagal jantung kongestif, aritmia jantung dan serangan iskemik harus diterapi untuk
menyediakan perfusi maksimal saraf optikus.
(Sumber : Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Primary Open Angle Glaucoma. Dalam:
Becker-Shaffer’s Diagnosis and Therapy of the Glaucomas. Edisi ke-7 tahun 2009)
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini
serta penatalaksanannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan
kesehatan yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi penglihatan, tapi hanya mempertahankan fungsi pernglihatan yang masih ada.
(Sumber : buku klien gangguan mata dan penglihatan, Ns Anas Tamsuri, S.Kep tahun 2010)
I. Pengkajian
A.pengumpulan data
1.identitas pasien
Nama.
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Diagnosa medis
Tanggal masuk Rs
Tanggal pengkajian
2.Riwayat
a. Riwayat okular
Tanda peningkatan TIO : nyeri tumbul,mual muntah pandangan kabur.
Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan tentang keluhan utama seperti yang di rasakan misal
orang pasien katarak seperti penglihatan mulai menurun
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di alami pasien misalnyaMenderita
diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, serebrovaskular,
gangguan tiroid.
d.Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga apakah menderita glaukoma , menderita diabetes atau vaskuler.
3.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi distus oktikus, situs oktikus akan menjadi lebih luas dan
lebih dalam pada glaukoma akut primer karena anterior dangkal akueus humor keruh
Dan pembuluh darah menjalar keluar dan iris.
Pemeriksaan lapang pandang Perifer, pada lapang pandang cepat menurun signifikan
dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya imflamasi mata,sklera
kemerahan, kornea keruh dilatasi pupil yang sedang gagal bereaksi terhadap cahaya ,
sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO
Terasa lebih kelas di banding kan yang lain
Uji diagnostik menggunakan tonometri pada keadaan kronik atau open angle di dapat
22-32mmhg sedang kan keadaan akut atau angle closure kurang lebih 30mmhg, uji
dengan menggunakan gonioskopi akan di dapat sudut normal pada glaukoma kronik
pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosikenia (perlengkepan pinggir iris pada
kornea / trabekula ). Maka sudut dapat tertutup, pada glaukoma akut ketika TIO
meninggat, sudut COA akan tertutup sedangkan pada TIO normal sudut akan
menyempit.
IV. Implementasi
No Diagnosa keperawatan V. Implementasi VI. Ttd
VII. Penurunan persepsi 1.Kaji ketajaman penglihatan pasien VIII.
sensori penglihatan yang
berhubungan dengan 2.Dekati pasien dari sisi sehat
penurunan tajam
penglihatan dan 3.Identifikasi alternatif untuk optimalisasi
kejelasan penglihatan sumber rangsangan
XI. Nyeri yang berhubungan 1.Kaji derajat nyeri setiap hari atau XII.
dengan peningkatan sesering mungkin.
tekanan intra okular
2.terangkan penyebab nyeri
XV. Evaluasi.
1.pasien dapat mempertahankan visus optimal
2.pasien mempunyai pengetahuan yang Ade kuat tentang penyakit nya dan
penatalaksanaannya
3.pasien dapat melakukan relaksasi untuk mengurangi nyeri yang di rasakan
4. Pasien memahami tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas
Meningkatkan
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Gloukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra
okuler yang bisa rusak saraf mata jadi mengakibatkan kebutaan. Gloukoma dapat timbul
secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala
lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa
jam. Gloukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer terbagi
lagi menjadi glaoukoma sudut terbuka dan gloukoma sudut tertutup.
3.2 Rekomendasi
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam
pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan rekomendasi yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Daftar Pustaka :
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2019. Situasi gloukoma di indonesia di
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19080500002/situasi-glaukoma-di-
indonesia.html
https://www.academia.edu/30744242/LP_Askep_Glaukoma
Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Primary Open Angle Glaucoma. Dalam: Becker-
Shaffer’s Diagnosis and Therapy of the Glaucomas. Edisi ke-7. Elsevier Inc.; 2009.