Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai KEPERAWATAN ANAK
HIDROSEFALUS.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangunkami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selnjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
Pendahuluan................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.2 Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
Asuhan Keperawatan Hidrosefalus..........................................................................................................4
2.1 Definisi Penyakit...............................................................................................................................4
2.2 Etiologi Penyakit...............................................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis..............................................................................................................................5
2.5 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................................5
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................................................5
2.7 Pengkajian Teori........................................................................................................................6
2.8 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................7
2.9 Intervensi Keperawatan............................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
Web of Caution (WOC)............................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................10
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-12 TAHUN............................................................10
BAB V.......................................................................................................................................................12
Penutup......................................................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
5.2 Saran.........................................................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................13

2|Page
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan
serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang
sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Penyebab
hidrosefalus pada anak secara umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal.
Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil akhir dari proses patologis
yang luas baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi yang didapat
Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan serebrospinalis (CSS) di ruang
ventrikel dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya
produksi dan absorpsi cairan serebrospinalis. Hidrosefalus umumnya bersifat kongenital,
biasanya tampak pada masa bayi. Hidrosefalus yang muncul. setelah umur 6 bulan
biasanya tidak bersifat kongenital
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis.
Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
cerebrospinal

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Hidrosefalus
2. Untuk mengetahui patofisiologi, etiologi, penatalaksanaan penyakit hidrosefalus
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hidrosefalus

3|Page
BAB II
Asuhan Keperawatan Hidrosefalus

2.1 Definisi Penyakit


Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan cephalus
yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu gangguan
pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan
cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan sebagai gangguan
hidrodinamik cairan serebrospinal.
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular (nining,2008).

2.2 Etiologi Penyakit


Penyebab hidrosefalus nonkomunikan (obstruktif) bisa dibedakan didapat maupun
kongenital. Penyebab hidrosefalus nonkomunikan yang didapat adalah stenosis aquaductus
cerebri (adhesi setelah infeksi atau perdarahan), tumor supratentorial yang menyebabkan herniasi
tentorial, hematom intrakranial, tumor (di ventrikel, area kelenjar pineal, fossa posterior), abses
granuloma, dan kista arachnoid. Penyebab hidrosefalus nonkomunikan yang kongenital adalah
stenosis aquaductus cerebri,
Sedangkan penyebab hidrosefalus komunikan (non-obstruktif) adalah peningkatan
viskositas cairan serebrospinal (kandungan protein tinggi), produksi cairan serebrospinal
berlebihan (papiloma plexus koroideus) dan iatrogenik. Penyebab iatrogenik pada umumnya
karena hipervitaminosis A akut maupun kronis yang meningkatkan sekresi cairan serebrospinal
dan meningkatkan permeabilitas darah pada otak.

2.3 Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga
menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel
telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan
terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut
seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini

4|Page
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi Klinis pada pasien dengan diagnosa medis hidrosefalus yaitu :
1. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
2. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
3. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
4. Sklera mata tampak di atas iris
5. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. CT-Scan mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan
intra kranial)
2. USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal maupun postnatal
3. Cerebral Angiography tindakan angiography ini dilaksanakan dengan memasukkan
kateter kedalam pembuluh darah besar biasanya melalui arteri femoralis tindakan ini
berfungsi untuk mendeteksi adanya penyempitan ataupun sumbatan pada pembuluh darah
daerah cerebral

2.6 Penatalaksanaan
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal. 2. Memperbaiki hubungan antara tempat
produksi cairan
2. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang
yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
3. Terapi sementara Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan
dari pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari)
dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena
berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi pasien
hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk dilatasi ventrikular
posthemoragik pada anak

5|Page
2.7 Pengkajian Teori
Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari
kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini
merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang
dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis
akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor,
misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi
ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava
dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis
ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa sebutan
diagnosis.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan hidrosefalus
eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel
dengan rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus nonkomunikans
yaitu suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke
rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui
dimana aliran likuor mengalami obstruksi.
Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu
akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis (berbulan-bulan).
Terdapat dua pembagian hidrosefalus berdasarkan gejalanya yaitu hidrosefalus
simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik

Asuhan Keperawatan :

6|Page
A. Pengakajian
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
2. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3. Kaji Riwayat Perkembangan Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis
keras atau tidak. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit
perut.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Anak dapat melihat keatas atau tidak, Adanya Pembesaran kepala atau
tidak, dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh darah terlihat jelas.
b. Palpasi : Ukur lingkar kepala , kepala semakin membesar atau tidak
c. Pemeriksaan Mata : Akomodasi, Gerakan bola mata,(luas lapang pandang) pada
pasien hidrosefalus didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
5. Observasi Tanda –tanda vital Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Penurunan nadi / Bradicardia.
b. Peningkatan frekuensi pernapasan

2.8 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Perfusi Cerebral Tidak Efektif dibuktikan dengan adanya Hidrosefalus

2.9 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


.
1. Resiko Perfusi Cerebral Observasi : Peningkatan tekanan
Tidak Efektif dibuktikan 1. Identifikasi penyebab intracranial diakibatkan
dengan adanya peningkatan tekanan adanya volume cairan
Hidrosefalus intracranial (misalnya : lesi, cerebrospinal yang berlebih.
gangguan metabolisme, edema Peningkatan tekanan
serebral) intracranial merupakan
penanganan yang darurat dan
memerlukan pemberian terapi
oleh karena itu perlunya
mengidentifikasi penyebabnya
guna menghindari kesalahan
2. Monitor tanda/gejala dalam pemberian terapi
peningkatan Tekanan
Intrakranial Untuk mengantisipasi
terjadinya peningkatan
tekanan intracranial yang
sangat drastis yang dapat
mengakibatkan kondisi yang

7|Page
Terapeutik : lebih serius bahkan dapat
1. Berikan posisi semi fowler mengancam jiwa

Memposisikan pasien dengan


2. Pertahankan suhu tubuh posisi semi fowler yaitu
normal bertujuan untuk melancarkan
drainase vena serebral

Mempertahankan suhu tubuh


agar tetap berada pada rentang
normal hal itu apabila suhu
Kolaborasi : tubuh melebihi normal atau
1. Kolaborasi pemberian sedasi bahkan menyebabkan
dan anti konvulsan, jika perlu hiperpirexia. Hiperpirexia
akan menyebabkan terjadinya
kejang

Antikonvulsan adalah obat


yang digunakan untuk
mengembalikan kestabilan
rangsangan sel saraf sehingga
dapat mencegah atau
mengatasi kejang. Pada
kondisi kejang, jumlah
rangsangan sinyal listrik saraf
melebihi batas normal Obat
antikonvulsan dapat
menormalkan kembali
rangsangan di sepanjang sel
saraf, sehingga kejang dapat
dicegah atau diatasi.

8|Page
BAB III
Web of Caution (WOC)

Hidrosefalus

Obstruksi sistem ventrikuler


Ventrikel serebral meningkat


Cairan cerebrovascular berlebih


Peningkatan tekanan intracranial


Gangguan aliran darah menuju otak


Resiko penurunan sirkulasi darah ke otak

Kondisi klinis terkait (hidrosefalus)


Resiko Perfusi Cerebral Tidak Efektif

9|Page
BAB IV
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-12 TAHUN

Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan
adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel
organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya
fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak,
seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
Pada anak usia 6 – 12 tahun atau kelompok usia sekolah pada tahap ini anak akan belajar
kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau olah raga biasa,
membentuk sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan
berkembang, belajar bergaul dengan teman-teman seumurnya, memperkembangkan kemampuan
dasar dalam membaca, menulis dan menghitung, memperkembangkan nurani, moralitas dan
skala nilai, memperoleh kebebsan pribadi, membentuk sikap terhadap kelompok sosial dan
institusi.
Pada anak usia 6-12 tahun terjadi perkembangan Kognitif Dalam keadaan normal, pikiran
anak berkembang secara berangsur – angsur. Daya pikir anak yang masih bersifat imajinatif dan
egosentris, sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benarbenar berada pada stadium belajar. Menurut teori
Piaget dalam Santrock (2001), pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia

10 | P a g e
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya. Sedangkan pada perkembangan Memori anak usia sekolah (6-12
tahun), Santrock (2002) menyatakan bahwa memori adalah sebagai unsur pusat perkembangan
kognitif, yang memuat seluruh situasi yang di dalamnya individu menyimpan informasi yang ia
terima sepanjang waktu. Memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan
tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya
keterbatasan – keterbatasan. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi memori anak, seperti
tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang
diperoleh anak sebelumnya. Perkembangan Pemikiran Kritis, yaitu pemahaman atau refleksi
terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu
befikir secara reflektif dan evaluatif.
Pada perkembangan Kreativitas, dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
terutama lingkungan sekolah. Perkembangan Bahasa, selama masa anakanak awal terus
berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks.
Perkembangan Psikosial, pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau
perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin
kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas,
yaitu pada saat anak berada di sekolah.
Perkembangan Pemahaman Diri, pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak
mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik
internal daripada melalui karakteristik eksternal. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga,
dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka
berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak
menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan
suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan
ketrampilan sosial. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya, berinteraksi dengan teman
sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu
lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu
grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah.

11 | P a g e
BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis. Penyebab hidrosefalus nonkomunikan (obstruktif)
bisa dibedakan didapat maupun kongenital. Sedangkan penyebab hidrosefalus
komunikan (non-obstruktif) adalah peningkatan viskositas cairan serebrospinal
(kandungan protein tinggi), produksi cairan serebrospinal berlebihan

5.2 Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Apabila terdapat kesalahan
kami memohon maaf karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis

12 | P a g e
Daftar Pustaka

Apriyanto, dkk. 2013. Hidrosefalus Pada Anak Apriyanto. Sumatera Selatan.


https://media.neliti.com/media/publications/71161-ID-hidrosefalus-pada-anak.pdf. Jurnal
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 61 – 67. Diakses pada tanggal 7 Maret 2020
Dewi, dkk. 2012. FISIOLOGI CAIRAN SEREBROSPINAL DAN PATOFISIOLOGI
HIDROSEFALUS. Surabaya. https://e-journal.unair.ac.id/MBIO/article/viewFile/15908/8577.
Majalah Biomorfologi Volume 25 No. 2 Juli 2012. Diakses pada tanggal 7 Maret 2020
Fahami, Tsalits. Proses Tumbuh Kembang Siswa Usia Sekolah. Lamongan.
http://journal.unisla.ac.id/pdf/116222014/Tsalist%20Fahami.pdf diakses pada tanggal 08 Maret
2020

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai