Anda di halaman 1dari 33

Tes Inteligensi Kelompok

NANDA YUNIIKA WULANDARI


Tes Inteligensi Kelompok

Raven Progresive
CFIT
Matric

Army Alpha &


Army Beta

RAVEN PROGRESIVE MATRIC


Raven Progressive Matrices

 Disusun oleh J.C. Raven 1938.


 Tes ini pertama kali dikembangkan di Inggris kemudian digunakan secara luas
dalam lingkungan angkatan bersenjata pada PD II (pada awalnya).
 Kemudian berkembang diberbagai negara untuk kalangan pendidikan
 Tes ini sebagian besar mengukur faktor umum (general factor) dan sebagian
kecil mengukur “spatial aptitude”, “inductive reasoning”, “Perceptial accuracy”.
 Merupakan tes non verbal yang dirancang untuk mengukur kemampuan untuk
mengerti dan melihat hubungan antara bagian-bagian gambar yang disajikan
serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis.
 Tes ini dibuat dari yang mudah ke yang sulit
Raven Progressive Matrices terdiri atas
3 macam:

 SPM : Umum, dapat dipergunakan untuk orang normal usia


6-65 tahun, terdiri dari 60 soal yang dikelompokan dalam 5
seri yaitu A, B, C, D dan E.

 CPM : Untuk anak 5-11 tahun, anak dengan hambatan


mental serta orang lanjut usia. Terdiri dari 36 soal yang
dikelompokan dalam 3 seri A, Ab, dan B.

 APM : Advance (dipergunakan untuk subjek usia diatas 11


tahun)
 Bentuk Buku dengan ukuran kuarto, pada masing-masing halaman ada butir
soal dan
kemungkinan jawaban.
 Penyajian : Individual dan Kelompok
 Waktu Penyajian : tidak ada batasan waktu namun rata-rata 30 Menit
 Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan atau kecerdasan umum
 Validitas & Reliabilitas
Validitas yang cukup tinggi dari korelasi tes SPM dengan Tes yg dibuat Terman
dan Merril, SPM dengan WISC, SPM dengan “Columbia Mental Maturity Scale”
Advance
Progressive
Matrices
APM

 Nama Indonesia: Tes APM set I dan set II.


 Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943, revisi
tahun 1947 dam 1962.
 Bentuk yang tersedia
Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-
verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang
berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir
soal tes.
 Dapat digunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu untukmengukur kemampuan
observasi dan clear thinking.
 Dapat juga digunakan dengan batasan waktu (selama 40 menit) ketika digunakan dengan
tujuan mengukur kecepatan dan kemampuan intelektual.
 Aspek yang diukur
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi intelektual. Tes APM ini
sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan
intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior.
 Tujuan
Untuk mengatur tingkat intelegensi disamping itu dapat juga untuk tujuan analisis klinis.
 Skoring:
Benar = 1
Salah = 0
Coloured
Progessive
Matrices (CPM)
CPM

 Nama Indonesia : Tes PM


 Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya
berbentuk papan dan gambar-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku
cetak. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut memberikan hasil yang sama ( Raven,
1974).
 Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok
atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B.
 Item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar.
 Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat
6 gambar penutup.
CPM

 Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi
kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam
pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974)
 Kedua bentuk tes CPM dicetak berwarna, dimaksudkan untuk menarik dan memikat
perhatian anak-anak kecil. (Raven, 1974)
 Dapat disajikan baik secara individual maupun berkelompok.
 Hasil CPM tidak menunjukan nilai angka kecerdasan atau IQ melainkan berupa
tingkat-tingkat atau taraf-rataf kecerdasan. Berdasar dari nilai yang diperoleh, maka
subjek dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari 5 taraf kecerdasan yang ada.
Tujuan
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia
5 sampai 1 tahun. Di samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan
bahkan utnuk anak-anak defective

Aspek yang diukur


Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek-aspek:
 berpikir logis
 kecakapan pengamatan ruang
 kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-
bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi
 kemapuan berpikir secara analogi.
Standard
Progressive
Matrices
SPM

 Nama Indonesia: Tes SPM (A2)


 The Standard Progressive Matrices (SPM) merupakan salah satu
contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara
individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C.
Raven dan terbit pada tahun 1960.
 SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi
soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun
bacaan melainkan dalam berntuk gambar-gambar. Raven
sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan
dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
 Waktu penyajian :
Tidak terbatas, hanya saja pada umumnya disediakan
sekitar 30 menit untuk mengerjakan soal ditambah
dengan waktu untuk memperikan penjelasan.
 Tujuan:
untuk mengukur dan menggolongkan tingkat
kecerdasan umum dari subjek.
Penskoran dan norma

 Nilai 1 untuk item yang dijawab benar dan 0 untuk jawaban salah
 SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level
intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I : Kapasitas intelektual Superior/ Intellectual Superior : PP lebih dari 95
Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata/ Definitelly above the average in intellectual
capacity : PP : 95 hingga lebih dari 75
Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata/ Intellectually average; PP : 75 hingga lebih dari 25.
Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata/Definitely below average in intellectual
capacity,PP : 25 hingga lebih dari 5.
Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat/Intellectually defective, PP 5 dan kebawahnya

Culture Fair Inteligence Scale


 CFIT
(Culture fair Intelligence Test)
merupakan tes Inteligensi non-
verbal yg di susun oleh Raymond
B. Cattell.
 Tujuannya untuk mengukur
inteligensi umum/ Faktor G, yaitu
kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas yg menuntut
kemampuan adaptasi/
penyesuaian diri pada situasi baru.
 Tes ini awalnya bernama Tes
Intelegensi Bebas Budaya (Culture
Free Intelligence Test).
 Diubah menjadi CFIT (Fair = Adil)
setelah diketahui tidak
sepenuhnya bebas budaya.
 Nama asli: Culture Fair Intelligence Test, scale 2 and 3 form A and form B
 Nama Indonesia:
a. Tes “G” Skala 2A (A7A)
b. Tes “G” Skala 2B (A7B)
c. Tes “G” Skala 3A
d. Tes “G” Skala 3B
 Bentuk yang tersedia: Buku soal dan lembar jawab terpisah
 Cara menyajikan:Individual maupun klasikal. Tester perlu pengawas
tambahan bagi kelompok dengan jumlah peserta 25 orang atau lebih.
Versi CFIT

 CFIT mengalamai banyak revisi, hingga mencapai bentuknya pada tahun 1961.
 CFIT terdiri dari 3 versi, yaitu:
1. Skala 1
penggunaan untuk orang dewasa yg memiliki kelemahan mental dan anak-anak
usia 4 - 8 tahun.
2. Skala 2
penggunaan untuk orang dewasa dengan inteligensi rata-rata dan anak-anak usia
8 - 13 tahun
3. Skala 3
penggunaan untuk orang dewasa dengan kemampuan tinggi dan para siswa SMU
dan Mahasiswa
Skala 1, interaksi antara penguji dan
peserta tes hubungannya sangat
erat.
Harus diberikan/ dilaksanakan
secara individual.

Skala 2 & 3, merupakan tes


Inteligensi Kelompok, yg berbeda
dalam hal tingkat kesulitannya.
Bentuk CFIT

 CFIT terdiri dari Form A dan Form B untuk setiap Skalanya.


 Direkomendasikan untuk melaksanakan kedua form/ bentuk
tersebut untuk mendapatkan tes penuh.
 Setiap bentuk/ form terdiri dari empat subtes, yaitu: Rangkaian,
Klasifikasi Matriks, dan Kondisi.
 Karakteristik ke semua soal berupa gambar dan Non-verbal.
 Setiap subtes terdapat latihan soal.
Waktu Penyajian

 CFIT merupakan tes berkecepatan tinggi/ speed test.


 Setiap bentuk dari Skala 2 & 3 membutuhkan waktu sekitar 30 menit, namun
hanya 12,5 menit waktu untuk pengerjaan.
 Perincian waktu bagi masing-masing subtes:
Validitas dan reliabilitas di Indonesia

 Skala 2 telah diselidiki validitasnya untuk anak-


anak SD kelas IV dan V di kabupaten Sleman
DIY (Sukadji, 1983; Susilowati, 1982). Menurut
manual aslinya (Cattell, 1973) reliabilitas lebih
adekuat bila digunakan kedua bentuk;
penyajian bentuk A langsung diikuti penyajian
bentuk B atau dengan istirahat di antaranya.
Validitas internal sub tes total
(Sukadji, 1983)

Bentuk A Bentuk B
Sub tes 1 0,8150 Sub tes 1 0,8230
Sub tes 2 0,6198 Sub tes 2 0,6575
Sub tes 3 0,8148 Sub tes 3 0,8639
Sub tes 4 0,5827 Sub tes 4 0,6223
Reliabilitas tes-retes(Bentuk pararel A
dan B) (Sukadji, 1983)

Total A dan total B


Sub tes 1 0,6002 0,7794
Sub tes 2 0,3298
Sub tes 3 0,7166
Sub tes 4 0,46112

Army Alpha & Army Beta


Army Alpha & Army Beta

 Perkembangan tes kelompok mulai berubah saat AS bergabung


dalam Perang Dunia I di tahun 1917.
 Robert M. Yerkes seorang professor di Harvard berhasil meyakinkan
pemerintah AS & angkatan bersenjata bahwa 1,75 juta calon
tentara harus diberi tes inteligensi dengan tujuan klasifikasi dan
penugasan.
 Terbentuk komite pengujian calon tentaradi New Jersey untuk
mengembangkan tes kelompok dengan Yerkes sebagai ketua
komite.
 Terman dan Goddard termasuk dalam anggota komite tersebut
 HASIL: Tes Army Alpha & Army Beta
Army Alpha

 Alpha didasarkan pada karta Otis yang belum dipublikasikan


(1918) yang terdiri dari 8 tes bermuatan verbal utnuk para calon
tentara.
 8 tes tersebut adalah:
1. Mengikuti perintah lisan
2. Penalaran aritmatika
3. Penilaian praktis
4. Pasangan sinonim antonim
5. Kalimat-kalimat yang tak beraturan
6. Melengkapi rangkaian angka
7. Analogi
8. informasi
Army Beta

 Merupakan tes kelompok non verbal yang


diperuntukan bagi orang buta aksara dan calon
tentara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris
 Bentuk tes berupa beragam tes visual perseptual
 Untuk mengakomodir subjek yang buta aksara dan
para imigran baru yang tidak memahami bahas
Inggris, Yerkes menginstruksikan kepada tester untuk
menggunakan metode gambar dan gerak tangan
ketika menjelaskan tes tersebut kepada calon tentara.
 Tujuan tes adalah untuk membantu memisahkan
orang-orang yang mental tidak berkompeten,
mengelompokan orang-orang berdasarkan
kemampuan mental mereka, dan membantu
penempatan orang-orang yang berkompeten pada
posisi-posisi yang menuntut tanggungjawab (Yerkes,
1921).
 setelah PD usai, Army Alpha dan Beta dirilis untuk
penggunaan umum.
KUIS

1. Deskripsikan sejarah perkembangan tes psikologi dari awal hingga


saat ini!
2. Pilihlah 3 Tes yang termasuk dengan Tes Inteligensi Individual.
Sebutkan kelebihan dan kelemahan masing-masing tes tersebut!
3. Pilihlah 3 Tes yang termasuk dengan Tes Inteligensi Kelompok.
Sebutkan kelebihan dan kelemahan masing-masing tes tersebut!

Anda mungkin juga menyukai