Anda di halaman 1dari 10

HEMATOTORAK

Disusun oleh :

KELOMPOK
Nama NIM
1. Eka Permata Sari 18631707
2. Nofita Lailatul M 18631687

Dosen Pembimbing : Lina ema purwanti S.kep.,M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Pengertian
Hematotorak merupakan keadaan suatu darah terakumulasi pada rongga
pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi
predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul di kantong pleura dan tidak
bias di serap oleh pleura. (Muttaqin, 2012)

Hematotoraks adalah kondisi adanya darah di rongga pleura. Asal darah


tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung atau pembuluh darah
besar. Meskipun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit minimal
50% diperlukan untuk membedakan hematorax dari darah efusi pleura,
kebanyakan penulis tidak setuju pada setiap perbedaan spesifiknya.

Hematothoraks atau hemothoraks adalah akumulasi darah pada rongga


intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah sistemik maupun
pembuluh darah paru, dan pada trauma yang tersering perdarahan berasal dari
arteri interkostalis dan arteri mammaria interna (Sub Bagian Bedah Thoraks
Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS Pirngadi Medan, 2000).

B. Etiologi
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi
pada paru,jantung, pembuluh darah besar atau dinding dada. Trauma tumpul
pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh
darah internal. (Mancini, 2011)
Menurut Magerman (2010) penyebab hematothoraks antara lain :
1. Penetrasi pada dada
2. Trauma tumpul pada dada
3. Laserasi jaringan paru
4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal
5. Laserasi arteri mamaria interna
C. Manifestasi Klinis
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area mayor
(Mancini, 2011)
1. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang
terjadi. Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah
dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah
2. Respon respiratori
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada
kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya
jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah
yang besar dapat menimbulkan dispnea.
Gejala klinis yang pada pasien dengan penyakit hematothoraks adalah
nyeri dada, pasien menunjukkan distress pernapasan berat , nafas pendek,
takikardi, hipotensi, pucat, dingin dan takipnea. Pasien juga mengalami anemia
sampai syok. (Boston Medical Centre, 2014)

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X Dada
- Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura
- Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2. Analisis Gas Darah (AGD)
- Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan, dan kemampuan
mengkompensasi.
- PaCO2 meningkat > 45, PaO2 menurun< 80
- Saturasi oksigen biasanya menurun .
3. Hemoglobin
- Kadar Mb menurun < 10 gr %, menunjukkan kehilangan darah.
- Penurunan Hematokrit
4. Penuruna Volume Tidal < 500 ml
5. Torakosentesis dan WSD (Water Seal Drainage
E. Patofisiologi (Pathway)

TRAUMA PADA THORAX

Cerdera jaringan lunak,


Perdarahan jaringan interstitium, cedera/hilangnya hilangnya
pendarahan intra alveolar, kolaps kontinuitas struktur tulang
arteri dan arteri-arteri kecil, hingga
tahanan perifer pembuluh darah paru
menigkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura tidak Nyeri, adanya luka pascatrauma,


memadai/ tidak optimal pergerakan fragmen tulang

Akumulasi darah di kantong  Nyeri


pleura  Kerusakan integritas jaringan.
 Resiko tinggi Infeksi

Gangguan ventilasi:
Pengembangan paru tidak
optimal, gangguan difusi, Edema trakheal/faringeal,
peningkatan produksi sekret dan
distribusi, dan transportasi
oksigen. penurunan kemampuan batuk efektif

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Ketidakefektifan Terpasang bullow
pola nafas drainase/WSD

Keluhan sistemis, mual,


intake nutrisi tidak adekuat,
Resiko tinggi malaise, kelemahan dan
trauma keletihan fisik, kecemasan,
serta ketidaktahuan akan
prognosis

 Nyeri
 Perubahan pemenuhan
nutrisi kurang dari nutrisi
 Gangguan mobilitas fisik
 Kecemasan
 Ketidaktahuan/ pemenuhan
informasi
F. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemothoraks adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus
cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian
darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat
dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi. Bersamaan
dengan pemberian infus dipasang pula chest tube (WSD).
2. Pemasangan Chest Tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks dapat
cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks akut yang

cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan
chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari
rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga
pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD
sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural. Macam
WSD antara lain:
- WSD aktif, yaitu continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.
- WSD pasif, yaitu gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien.

Tujuan dari pemasangan WSD sebagai berikut :


- Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.
- Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi
sedikit cairan pleura / lubrican.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura


Tekanan Istirahat Inspiras Ekspira
i si
Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

Indikasi pemasangan WSD sebagai berikut :


- Hemotoraks, efusi pleura
- Pneumotoraks ( > 25 % )
- Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
- Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

Kontra Indikasi Pemasangan sebagai berikut:


- Infeksi pada tempat pemasangan
- Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

Cara Pemasangan WSD sebagai berikut :


1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea
aksillaris anterior dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan.
Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga
pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding
dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Ada Beberapa Macam WSD sebagai berikut :


1. WSD dengan satu botol
• Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana
• Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol
penampung.
• Drainage berdasarkan adanya grafitasi.
• Umumnya digunakan pada pneumotoraks

2. WSD dengan dua botol


• Botol pertama sebagai penampung / drainase
• Botol kedua sebagai water seal
• Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.
• Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol


• Botol pertama sebagai penampung / drainase
• Botol kedua sebagai water seal
• Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

3. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus.
c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam
waktu 2 – 4 jam.
d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka
di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan
diperlukannya torakotomi karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar,
struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung
Tranfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomi. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan
chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam
cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteri / vena) bukan
merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya
torakotomi
Torakotomi sayatan dapat dilakukan di samping, di bawah lengan
(aksilaris torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy);
miring dari belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah
payudara (anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat
membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk
meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari
hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm

Berdasarkan klasifikasi, penatalaksanaannya sebagai berikut :


1. Hemothorax kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan  tidak
memerlukan tindakan khusus.
2. Hemothorax sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat
mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir
sekat air.
3. Hemothorax besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan
transfusi. 
Daftar Pustaka

Magerman, Y. 2010. Pneumothorax/Hemothorax. Lecturer notes Cape Peninsula


University of Technology Faculty of Health & Wellness Science. Paper 25.
Sub Bagian Bedah Thoraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS Pirngadi
Medan. 2000. Pengamatan Hasil Penanganan Evakuasi Hemothoraks antara
WSD dan Continous Suction Drainage.
Lestari, S. 2010. Hematothoraks. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta.
Hudak & Gallo. 1997, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI Vol.1.
Jakarta: EGC
Mancini. . 2011. Hemothoraks.
Herdman, T. Keather. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification 2009-2011. United Kingdom: Wiley-BlackwellDoengoes,
Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing,
and Documenting Client Care 3th Edition . Philadelphia: F. A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai