Makalah Penanganan Pola Rumah Kumuh
Makalah Penanganan Pola Rumah Kumuh
Oleh :
MAGISTER KENOTARIATAN
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penanganan Pola Rumah
Kumuh ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Dr. H.Moh. Muhibbin, S.H., M.Hum selaku Dosen Mata kuliah Hukum Perumahan
Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Islam Malang yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hukum Perumahan pada umumnya dan Penanganan Perumahan
Kumuh khususnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung dan dapat
merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan masyarakat. Sedangkan kata
“kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar.
Menurut Johan Silas Pemukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama
ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung
perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan.
Sedangkan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh.
Pengertian pemukiman kumuh yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara
geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh yang
disebabkan oleh adanya mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu
dibenahi.
2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,
namun masih dapat ditingkatkan.
3. Para penghuni lingkungan pemukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian
tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah
4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling
bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali
dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program
pembangunan kota pada umumnya.
6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu,
tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Penduduk di pemukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama dari segi latar
belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan kemampuan adaptasi
lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi kualitas kehidupan ini yang mengakibatkan
semakin banyaknya penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Terjadinya perilaku
menyimpang ini karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian
dan kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa impian
yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dengan yang diharapkan dan
tidak dapat memperbaiki kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh pada umumnya terdiri dari golongan-
golongan yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, sehingga tidak sedikit
masyarakat yang menjadi pengangguran, gelandangan dan pengemis yang sangat rentan
terhadap terjadinya perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan. Kondisi kehidupan
yang sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan
potensi sumber daya yang tersedia juga turut membuka celah timbulnya perilaku
menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh tersebut.
Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang (deviant behaviour) ini juga diperkuat oleh
pola kehidupan kota yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang sering
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang yang sering dijumpai pada pemukiman kumuh adalah perilaku
yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan kelaziman yang berlaku
sebagaimana kehendak sebagian besar anggota masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di
pemukiman kumuh ini berupa perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah
dan kotoran di sembarang tempat, menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan menghindar
dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya.
Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa
mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, memutar blue film, begadang
dan berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret
tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang
tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan,
penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan
pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya.
a) masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah pemukiman untuk
golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan lapangan pekerjaan di daerah
perkotaan.
b) masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan
norma pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya
pertumbuhan penduduk kota dan lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan
mengakibatkan semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh
yang menyertainya dan menghiasi areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah pemukiman kumuh adalah:
1. ukuran bangunan yang sangat sempit dan tidak memenuhi standard untuk bangunan
layak huni
2. rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah pemukiman rawan akan
bahaya kebakaran
3. sarana jalan yang sempit dan tidak memadai
4. tidak tersedianya jaringan drainase
5. kurangnya suplai air bersih
6. jaringan listrik yang semrawut
7. fasilitas MCK yang tidak memadai
1.1 Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan
lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2.1 Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh yang dilakukan dengan membongkar
lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah
susun yang memenuhi syarat.
Selain usaha dari pemerintah diharapkan masyarakat juga ikut terlibat dalam
mengatasi pemukiman kumuh di perkotaan. Sehingga diperlukan kerjasama antara
pemerintah, pihak swasta dan masyarakat untuk mengatasi adanya pemukiman kumuh.
Namun, pemukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-mata tetapi
yang lebih penting yaitu mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh.
Jadi, masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah.
Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertib dan asri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daerah kumuh yang terbentuk ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak
masalah perkotaan karena dapat menjadi sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,
seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.Cara mengatasi pemukiman kumuh ini
dapat dilakukan oleh pemerintah dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan
masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh tersebut. Sehingga permasalahan pemukiman
kumuh ini dapat diatasi dengan tuntas.
3.2 Saran