Makalah Hak-Hak Yang Dimiliki Seorang Warga Negara Asing Terhadap Rumah Susun Yang Ada Di Indonesia Menurut Pasal 42 Uupa
Makalah Hak-Hak Yang Dimiliki Seorang Warga Negara Asing Terhadap Rumah Susun Yang Ada Di Indonesia Menurut Pasal 42 Uupa
Oleh :
MAGISTER KENOTARIATAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hak-hak yang dimiliki seorang
warga negara asing terhadap rumah susun yang ada di Indonesia menurut Pasal 42 ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Moh.
Muhibbin, S.H., M.Hum. selaku Dosen Mata kuliah Hukum Pemukiman Magister Kenotariatan
Pascasarjana Universitas Islam Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hukum Pemukiman pada umumnya dan Hak-hak yang dimiliki seorang
warga negara asing terhadap rumah susun yang ada di Indonesia khususnya. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ada batasan-batasan bagi orang asing untuk dapat memiliki hunian tempat tinggal
terutama hunian rumah susun. Rumah susun dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna
bangunan atau hak pakai atas tanah Negara dan hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak
pengelolaan seperti yang diatur dalam pasal 17 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun (UURS). Hal kepemilikan satuan rumah susun yang diatur dalam pasal 46
UURS, menyebutkan bahwa Hak kepemilikan atas sarusun merupakan hak milik atas sarusun
yang bersifat perseorangan yang terpisah dengan hak bersama atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama.
Hal ini menyebutkan bahwa satuan rumah susun dapat dimiliki oleh perseorangan
atau badan hukum yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah. Maksud dari hak
atas tanah adalah hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), seperti hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, dan sebagainya. Hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh
orang asing dan/atau badan hukum asing adalah hak pakai.
Menurut Pasal 41 ayat (1) UUPA, hak pakai adalah: Hak untuk menggunakan
dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik
orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanah, yang bukan
perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini (UUPA). Jangka
waktu Hak Pakai atas tanah negara adalah dua puluh lima (25) tahun, dan dapat diperpanjang
lagi dua puluh lima (25) tahun atau diberikan jangka waktu yang tidak ditentukan selama
tanahnya dipergunakan untuk keperluan yang ditentukan dalam pasal tersebut di atas. Jangka
waktu Hak Pakai diatur dalam Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996
Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. Dasar hukum
pengaturan kepemilikan satuan rumah susun oleh orang asing yang berkedudukan di
Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Atau
Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia.
Dalam Pasal 1 PP No. 41 Tahun 1996 diatur bahwa orang asing yang berkedudukan di
Indonesia yang dapat memiliki sebuah hunian adalah orang asing yang kehadirannya di
Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional. Orang asing dan/atau badan
hukum asing yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia hanya dapat memiliki satuan
rumah susun di Indonesia yang dibangun di atas hak pakai atas tanah negara, seperti yang
diatur dalam Pasal 2 butir (2) PP No. 41 Tahun 1996. Orang asing dan/atau badan hukum
asing yang berkedudukan di Indonesia dapat memiliki satuan rumah susun yang dibangun di
atas tanah dengan status hak pakai atas tanah Negara dengan syarat dan jangka waktu tertentu
sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas. Selain persyaratan tersebut, terdapat satu
persyaratan lagi yang diatur oleh peraturan turunan PP No. 41/1996, yaitu Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 7 Tahun 1996 tentang Persyaratan
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing (“Peraturan MNA/BPN
7/1996”). Pasal 2 ayat (2) Peraturan MNA/BPN 7/1996 berbunyi: “Rumah yang dapat
dibangun atau dibeli dan satuan rumah susun yang dapat dibeli oleh orang asing dengan
hak atas tanah adalah rumah atau satuan rumah susun yang tidak termasuk klasifikasi
rumah sederhana atau rumah sangat sederhana.”
Kriteria rumah sederhana (RS) atau rumah sangat sederhana (RSS) menurut Pasal 1
huruf d Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 15 Tahun
1997 antara lain:
a) harga perolehan tanah dan rumah tidak lebih dari pada Rp 30.000.000,00 (tiga puluh
juta rupiah),
b) luas tanah tidak lebih dari pada 200 M2, di daerah perkotaan dan tidak lebih dari pada
400 M2, untuk di luar daerah perkotaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa WNA dapat memiliki hak atas
satuan rumah susun (HMSRS) hanya apabila tanah tempat bangunan rumah susun itu berdiri
berstatus sebagai hak pakai atas tanah negara sebagaimana yang diatur dalam PP 41/1996.
Syarat lain yang juga perlu diperhatikan oleh WNA sebelum memiliki HMSRS adalah bahwa
kriteria satuan rumah susun yang dapat dibeli WNA adalah tidak termasuk klasifikasi yang
terdapat dalam Peraturan MNA/BPN 7/1996 seperti yang telah duraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang
- Undang-undang No. 5 Tahun 1960 (UUPA).
- Undang-undang No 1 Tahun 2011 (UU Perumahan dan Kawasan Permukiman).
- Undang-undang No. 20 Tahun 2011 (UU Rumah Susun).
- Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 7 Tahun 1999.
- Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, Hak Guna -
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tampat Tinggal
atau Tempat Hunian Bagi Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia.
Buku
- Kallo, Erwin, Panduan Hukum untuk pemilik / Penghuni Rumah Susun
(Kondominium, Apartemen dan Rusunami), Minerva Athena Pressindo, Jakarta,
Tahun 2009.
- Sumardjono, Maria S.W, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah beserta
Bangunan Bagi WNA dan Badan Hukum Asing, Kompas Media Nusantara, Jakarta,
Tahun 2007.