Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni bakteri aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Proses penularan Mycobacterium tuberculosis adalah
melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang
didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak yang mengandung basil
1
tahan asam (BTA).
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai “Global Emergency”.2 Laporan WHO
tahun 2014 (WHO Global Tuberculosis Report 2014) menyatakan bahwa
terdapat 9 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2013.3 Pada tahun 2018
diperkirakan 10 juta orang mengidap TB dan 1 dari 10 pengidap TB meninggal
tiap tahunnya.4
Di Indonesia sendiri berdasarkan survei WHO pada tahun 2018, terdapat
845.000 orang penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif), dengan
insidens rate 316 / 100.000 penduduk. Meskipun telah mengalami penurunan
isidens rate dari tahun 2000, Indonesia masih menduduki urutan ke-3 di dunia
untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina.4
Manifestasi Klinis dari infeksi TB dapat berupa gejala lokal maupun
sistemik. Gejala lokal pada orang yang terinfeksi tuberkulosis paru dapat
memberikan gejala respiratorik berupa batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak
napas dan nyeri dada. Sedangkan gejala sistemik dapat berupa demam, malaise,
(2)
keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan bakteriologik dapat berupa
pemeriksaan dahak/sputum BTA 3 kali, sedangkan pemeriksaan standar untuk
(2)
radiologi ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.

1
Sampai saat ini tuberkulosis masih menjadi perhatian dunia. WHO
bersama negara-negara dunia terus melakukan upaya untuk memberantas
tuberkulosis melalui program Internasional yang diadaptasikan ke program
nasional di tiap negara. Saat ini telah ditemukan metode diagnostik molekuler
cepat untuk tuberkulosis yaitu Xpert® MTB/RIF. Metode ini telah diadaptasi
(3)
beberapa negara untuk mendeteksi TB dan TB resisten rifampisin.
Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, tuberkulosis
paru boleh dikatakan relatif mulai langka. Dalam urutan penyakit-penyakit
yang disusun menurut frekuensi, baik morbiditas maupun mortalitas,
tuberkulosis paru menduduki tempat yang jauh lebih rendah dibanding
penyakit-penyakit seperti kanker dan kelainan-kelainan kardiovaskuler. Hal ini
adalah berkat tingginya standar hidup (kondisi perumahan, gizi dan
sebagainya) dan kemajuan-kemajuan dalam cara pengobatan. Di Indonesia
faktor-faktor tersebut di atas masih banyak memerlukan perbaikan dan
(3)
frekuensi penyakit tuberkulosis paru masih cukup tinggi.

Gambar 1. Penyebaran penyakit tuberkulosis di seluruh dunia tahun

2018 (7)

2
Gambar 3 Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post

Primer dan Perjalanan Penyembuhannya(2)

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn.MTL
2. Tempat/Tanggal lahir : Aemdua, 4 April 1984
3. Umur : 36 tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Nelayan
7. Alamat : Aemdua
8. Status Pernikahan : Menikah
9. Tanggal Pemeriksaan : 16 April 2020

B. DATA SUBJEKTIF (ANAMNESIS)

Keluhan Utama : Demam tinggi


Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnesis Terpimpin:
Demam tinggi dialami sejak ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit
dan memberat 1 minggu terakhir. Demam dirasakan terutama menjelang
malam hari, Penderita mengatakan sampai menggigil dan sulit tidur.
Pasien mengeluh adanya penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan dalam 3 bulan sebelum masuk RS sekitar 10 kg.
Keluhan batuk lama disangkal.

Anamnesi Sistematis :
Demam ada, menggigil ada, nyeri kepala ada. Nyeri dada tidak ada,
jantung berdebar-debar tidak ada. Mual dan muntah tidak ada, nyeri ulu
hati tidak ada. Buang air besar (BAB) biasa, warna kuning. Riwayat BAB
hitam, berdarah, seperti dempul, atau encer tidak ada. Buang air kecil
(BAK) lancar, warna kuning muda. Riwayat BAK seperti teh, nyeri,

4
berpasir dan kencing batu tidak ada. Saat ini penderita tidak ada keluhan dan
sudah mengalami perbaikan. Berat badan meningkat dari sebelum memulai OAT
36 kg menjadi 48 kg. Demam dan keringat malam sudah tidak dirasakan lagi.
Penderita sudah memasuki pengobatan OAT bulan kelima
Riwayat Penyakit Dahulu
 Penderita beberapa kali memeriksakan diri ke praktek dokter.
Awalnya didiagnosis sebagai demam tifoid. Tetapi penderita
mengatakan tidak ada perubahan. Penderita kemudian datang ke IGD
RSUD Masohi. Penderita memeriksa lender tapi tidak ditemukan apa-
apa. Dari hasil Foto Rongent ditemukan adanya Efusi Pleura sebelah
kiri dan penderita diminta untuk memulai pengobatan OAT di
Puskesmas Amahai. Penderita tidak pernah mengkonsumsi OAT.
 Riwayat asma tidak ada
 Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi
disangkal
 Riwayat malaria tidak ada.

Riwayat Keluarga
 Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada.
 Riwayat keluarga menderita asma, diabetes mellitus, hipertensi atau
penyakit jantung koroner tidak ada.
 Riwayat keluarga serumah menderita malaria tidak ada.

Riwayat Sosial
 Riwayat merokok ada (+), sampai sekarang penderita masih merokok
 Riwayat minum alkohol tidak ada.
 Pasien sudah tidak bekerja.

Riwayat Alergi
 Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada.

5
C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : tampak sehat
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.4°C
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pembesaran
kelenjar getah bening regional (-)
Thoraks : pulmo: simetris, stem fremitus kanan=kiri, sonor
kanan=kiri, ronki (-), wheezing (-),
cor: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak teraba,
timpani, bising usus (+) normal
Punggung
o Palpasi : gibbus (-), massa tumor (-),
fremitus raba kanan menurun
o Nyeri ketok : (-)
o Auskultasi : suara napas (+), Rh -/-, Wh -/-
o Gerakan : dalam batas normal
o Lain – lain : (-)
Ekstremitas : tidak ada deformitas, akral hangat, edema (-).
BB : 48 kg
TB : 168 cm

Hasil rontgen

6
Kesan: efusi pleura sinistra

D. ASSESSMENT
1. TB Paru BTA Negatif Foto Toraks Positif Ringan Kasus Baru
2. Suspek Efusi Pleura Dextra (swartze)

E. PLANNING
1. Penatalakanaan Awal Farmakologi:
- OAT Kategori I
Non- Farmakologi:
 Diet biasa
 Edukasi diagnosis penyakit dan pentingnya minum obat
teratur
 Edukasi etika batuk

7
 emakai masker jika berinteraksi dengan orang sekitar
 emeriksa seluruh keluarga yang tinggal bersama pasien
untuk screening awal.

2. Rencana Pemeriksaan
 Foto Thorax PA pada bulan ke-5 pengobatan OAT

G. PROGNOSIS
o Ad Functionam : Dubia ad bonam
o Ad Sanationam : Dubia ad bonam
o Ad Vitam : Dubia ad bonam

C. PENETAPAN MASALAH PASIEN


1. Keluhan Utama
Penderita mengeluh demam tinggi sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit,
semakin meningkat terutama menjelang malam hari.
2. Riwayat medis
Penderita mengeluh kadang batuk sejak 10 tahun yang lalu.
3. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat alergi pada orang tua.
4. Riwayat kebiasaan
Penderita mengerjakan aktifitas ringan sehari-hari dll.
5. Riwayat sosial ekonomi
Hubungan penderita dengan keluarga baik, hubungan penderita dengan
tetangga, dan kumpulan gereja baik. Pendidikan tertinggi penderita dan
keluarga yaitu sarjana. Kawasan tempat tinggal penderita padat dan bersih.
Kebutuhan keluarga cukup terpenuhi dari sumber penghasilan keluarga.
6. Riwayat gizi
Penderita memiliki berat badan 48 kg, tinggi badan 168 cm dengan IMT =
17,0 termasuk dalam kategori normal
7. Diagnosis holistik (biopsikososial)

8
Personal : Penderita dapat terhambat aktivitasnya jika mengalami demam
tinggi
Klinis : Hiperpireksia
Faktor : penderita seorang nelayan yang memiliki riwayat merokok sejak
SMP dan bertugas di wilayah tropis yaitu di Maluku Tengah.
Psikososial : penderita adalah seorang bapak yang tinggal bersama istri dan
seorang anaknya.

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis
Keluarga tersebut terdiri dari penderita, istri dan seorang anak. anak pertama
(laki-laki) masih hidup.
2. Fungsi sosial
Keluarga tersebut sering mengikuti kegiatan masyarakat dan kegiatan rohani,
komunikasi antar tetangga cukup baik. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita tidak menyalahkan
lingkungan sebagai penyebab sakit yang diderita.
3. Fungsi psikologis
Penderita tinggal dengan istri dan anak anak. Hubungan keluarga terjalin
akrab dan harmonis dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara
musyawarah.
4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Penghasilan keluarga sekitar Rp.3.000.000/bulan. Penderita mendapat
penghasilan dari pekerjaannya sebagai nelayan tetapi sejak 8 bulan yang lalu
penderita sudah tidak bekerja karena sakit. Istri penderita membantu mencari
nafkah saat penderita sakit. Penderita sehari-harinya makan sebanyak tiga kali,
dengan nasi, sayur, dan lauk pauk.
5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Penderita termasuk orang yang terbuka dan menerima pendapat orang lain.
Penderita sering menanyakan apa hal-hal yang baik dan buruk bagi
kesehatannya kepada orang lain, petugas kesehatan, dan keluarganya

9
E. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DI RUMAH
No. Nama anggota Umur / jenis Hubungan Keadaan fisik
kelamin keluarga
1. MTL 36 tahun Suami Sakit
2. M 35 tahun Istri Sehat
3. AL 5 tahun Anak Sehat

F. STRUKTUR KELUARGA

Keterangan :
= laki laki (penderita)
= perempuan

G. INTERAKSI KELUARGA
Hubungan penderita dengan keluarga baik. Penderita bersikap terbuka dan
saling menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan. Masalah dan perbedaan
pendapat diselesaikan dengan kekeluargaan dan mencari jalan tengah yang
terbaik. Komunikasi keluarga baik, saling memberi semangat, saling mengisi tiap
anggota keluarga.

H. KEADAAN RUMAH DAN LINGKUNGAN


1. Kepemilikan rumah : milik sendiri
2. Ukuran rumah : luas ± 144 m2
3. Daerah rumah : padat, teratur, bersih
4. Bertingkat/tidak : Tidak bertingkat

10
5. Ruang tamu : 1 ruang
6. Ruang makan : 1 ruang
7. Kamar tidur : 3 ruang
8. Kamar mandi/WC : 1 ruang (darurat)/-
9. Dapur : 1 ruang
10. Dinding rumah : tembok
11. Ventilasi rumah : ada di tiap ruangan
12. Lantai rumah : tegel dan semen
13. Atap rumah : seng
14. Sumur/sumber air : Air Sumur
15. Sumber/listrik : Perusahaan Listrik Negara (PLN)
16. Tempat Pembuangan sampah : tempat pembuangan sampah sementara
kemudian di bakar
17. Jumlah penghuni rumah : 3 orang

Denah Rumah

11
I. DAFTAR MASALAH
1. Masalah medis
b. penderita merupakan kepala rumah tangga dengan aktifitas pekerjaan
ringan
2. Masalah nonmedis
a. Ventilasi di kamar tidur tertutup sehingga sirkulasi udara tidak kondusif.
b. Jamban tidak ada
c. Pengolahan limbah rumah tangga tidak ada.

12

Anda mungkin juga menyukai