Anda di halaman 1dari 14

PERAN AZITHROMYCIN PADA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH

Barmawi Hisyam

SMF Pam/Sub-Bagian Paru Penyakit Dalam' RS Dr' Sardjjto,


FK-UGM, Yogyakafia .*---*-_--
r'1 i"i( I 'r'J:i-i.i1l.Ji llrli ir
F.:.ii.- I_-r,rJi?t
PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah sering dijumpai dan meliputi comnunit!
acquircd pnetntonia, acute exacerbation of chtonic bronchitis dan acute brcn'hitis
dan
Inleksi saluran nafas bawah merupakan problem utama pelayanan kesehatan
problern ekonomi akibat tingginya angka morbiditas dan moflalitas yang diakihatkan
6
c ommlnity ac q uired P ne umo nia
Di Indonesia, SuNey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) oleh Departemen
Kesehatan pada tahun 1980 mendapatkan angka morbiditas infeksi saluran nafas
bawah sebesar 26Jqa. d^n motaliras 17,87o. Pada SKRT tahun 1986 angka
morbiditas menjadi 25,67o dan mortalitas 16,84/4. Pada SKRT 1992 menduduki
peringkat ke 4 dengan mofialitas 9,5% dan pada SKRT tahun 1995 infeksi saluran
r
nafas bawah menduduki urutan ke 3 sebagai pcnyebab kematian

Community Acquirctl Pneunonio (CAP) sebagian besar disebabkan oleh


Streplococcus pneumoniL, M))coplasfia pneumonia, Lel4ionelh pneumophila ata:t
Chlamydia pneutnonia. Selain itu bisa disebabkan oleh Haenophiltts inlTuenza atau
Mororclla catarltalis.? Patogen yang dihubungkan dengan acute exacerbation of
chronic broncllitis (AECB) adalah Haemophilus inJhrenza, S pneumonid dan M'
cdtarhLrlis dinn na bertanggung jawab 85 957o pada bacteridl exacerbation'
gram
sedangkan Slaplryloc occus aureus dan Pseudomo as aerugitlos'i bersama-sama
T
negatif jarang dihubungkan dengan AECB Botdetella pertussis, Mycoplasma
pneumonia dan Chlamydia pttewnonitt telah ditctapkan sebagai sebab non-viral dari
5-107o
uncomplicate(l acute bronchitis pada dewasa, dimana dihubungkan dengan
dari total kasus.3
Idealnya diperlukan tes diagnostik tunggal yang cepat dapat

mengidentilikasi patogen penyebab sehingga pasien mendaPatkan terapi antibiotik


yang sesuai dengan patogennya. Namun demikian walaupun dengan tes diagnostik

3l
yang c&rle}llir?, pabgen Penyebab tidak dapat diidentilikasi sampai 5070 kasus
Akibatnya klirjsi harus rnengandalkan terapi {nlibiotik enlpirik. Selama bcberxpa
dekade bclakangan ini, terapi dcngan makrolida atau bcta laktxm dan ftuoroquinolon
sering digunakan sebagai telapi empirik inleksi saluran nafas bawah.r0

PEMBAHASAN
Etiologi lnfcksi Saluran Nafas Bawah
Strept()co(:cLts Pneu tot?id? lelap merupakan d.g?/ll Penyebab CAP yang paling

sering, selain fldenophilus ittlTttenzo, Morasella cdtharralis. Seliin itu tcrdapill jugl
patogen atifik diantaranya Chlanryditt pneumonia, IcgioncLkt pneunnphild, dan
My'coplasna pneut nioe. Patogen atipik urnurnnya merupakan patogen intraselulcr
yang srlit diiclentilikasi dan scring sulit djklltur da|i spesirnen. Patogcn atipik

umunrnya dihubungkan clcngan ,n Mn.o@mpromisei ,rrllr. Berclasarkan studi

prospektiI mLlitisentcl pasien deigan CAP pcnyebrb yang diicnnrkan paling banyak
aLlalah S pneunoniae (15.3olr,) dan H itl'luenzae (l1,gqc). Scdang L?8iot?ell.r tp dan C
pneumoniut: mcrupakan patogen terbanyak ke_3 dan ke-'l dcngan f|ekuensi 6,77o dan

6,lo/,.1
Patogen yang banyak dihllbungken dengan AECB ad^l|\h H ittluen.ae, S

jawab 85 957o
lrnelononioe dlt-t M t:dlrdrdlis, dimana sec^ra keseluruhan bertanggu ng
hacterial exaccrbtuior. Patogen lain y ng jarang dihubungkai dengan AECB
dian{aranya Sldpr}lococcus aureus dan Pscutlononas aeruginoso, sepanjang dengan
opportunitlk: pat()gcn gram iegatif'. Sccara keseluruhan paiogei di atas bcrtanggung
jawab sebeser 70'l. lerhadap infbksi akut AllCB, dcngan sisanya sebcsar 307.
disebabkan oleh virus./
BerLlasarkan studi cpideniologi. \'irus salLrLan nilt'as khususiya influcnza

tampak menyebabkan sebaSi^n besar kasus uncomplicaled a&te bronchilis A.khi'


akhir ini lranya IJotd(nella usis. My:oplasma Pneunturide clan Chlanrytlia
ic
pneuuloniae ditetapkan scbagai penyebab nol1vilus unaon?licQf(d acule brot(hitit
Tidak ada bukti yang menuniukkan btl\wa Strcpl :oc(1ls ptrcunlonioa, HaentophiLtts
influexz.tLe alau Munpeel.ll t:atharalis mcnycbabkan daute htonchilit pacla dewasa

ranpa arlerllirg penyakit paru.3

I 32

i.
I.,lrl" t-l'rrtrLrr, c ,'I tI,tjot RL*yit,tr',tt1 l\tltt';tt"
h Irtt lh'*ltirtnt1 T tn, t lrt;,ti,'rr "
Irl.1 ll,rr1

\ .lrl

l. ltr
j
\1.:ll

(Dilutip drri kcpuslrkrun 7)

Anrcrican Thoraci srri|lv (ATS) mcmilah patogen yang paling mungkin

menyebabkan CAP tnenjadi ,1 kelompok katcllori pasicn yaitll grup l: pasien rawat
jalan tanpa pcnyakit kardiopLtlnloner-. tanpa modi,-ing fo(tott. gnlp III pasien rawat
jalan deng^n penyakit kaldiopulmoner dar atau nodifiittg ftt(tors lain' glup Ilt:
pasien lawal iiap , tidak di lcudan grup IV: pasicn yang dirarvat cii ICU.tr

Di RS Sardiilo Yogyakarta pada tahun 1995-1998 pola kuman dari 67


pendedta CAP yarg dirawat l4 omng diisolasi kuman tiplkl1. K ptkutttottia
^dal.rh
(35.7'la), Pseutlomones (lan S. aLPh.t masi:rg-nrasing sebcsar 2E,57' ddn Ba\illus sp
(7,147o), seclangkan 53 or^ng diisolasi klrman cartpuran S. alpha (28'31o). K'
pn eumoniae (26,40/o 1, S. durcus 120,7 5'%), P tt utlot t t on us ( l I
'32'/o 1,
E coli (16'6o/a)' E
2
aetugens (3,'7'7Ec) dan S. epidermitlis (1,8E%) Sedangkitn poia patogel pada infeksi

paru di RSUD Dr Soetomo Surabaya tahun 1998 M ctttarhalis )71o, S pnettnrnia


\i
20o/o, H . inltuenza 207o, K. peunonio 20lc ' M prtitnonia 13'/o

Pada tahun 2001 laboratorium Mikrobjologi klilrik F'KUI menerina 1062

spesimen sputllm, 2l spcsimen dari bronkus. I spcsinlen dx'i cairan pleura dan '1

spesimen dari isolat paru paru. Mikroorg^nisme yang berh$il diisolasi diantaranya
Adalah K. p e loniae, S. p euitonioe (45-l isola!), stopltyltttttt:t:trs aureut (257)'
Haenophllttt sp (3)
1

Mordxella sp ( 102). S. prrcurnoniae (24) tlan

Pendckatan Terapi Empiris Inteksi Saluran Nalas Il.lwah


Ideahya tcst diagrostik tunggal dan ccpat dapal mengidentitikasi patogen
penyebab, schingga pasien mcndapatkan terapi arltibiotik yang sesuai dengan
patogennya. namun walaupun dengan tcs diagnoslik yang elrt"t?rirc ' patoSen

33
penyebab tidak dapat diidentifikasi sampai 50olo kasus Akibatnya klinisi harus
r0
mengandalkan terapi anribiotik empirik.
Pendekatan terapi empirik didasarkan pada assessment bahwa satu dari
patogen utama kemungkinan menyebabkan sakit pada pasien tertentu, dan tergantung
pada variabel-variabel djantaranya umur, derajat sakit, komorbiditas, tempat
perawatan, lokasi gcografi, iwayat trutelin], gambaran rrj.lprirility lo.al dan
(DRSP)
Jaclor nodiJikasi e,pidemik lokal untuk drug resisten S Pneumonia
^d.anya rr)
atau patogen-patogen yang tidak lazim.

Beberapa organisasi dan perkumpulan profesi mengembangkan guideline


untuk terapi empidk CAP dewasa, diantaranya American Thoracic Society (ATS) dan
Infectious Diseases Society of Americ.t (IDSA).

Guideline Terapi Empirik CAP menurut ATS


ATS memberikan prinsip terapi dan rekomendasi terhadap pengelolaan CAP'
Pasien awalnya harus diterapi secara empirik berdasarkan kemungkinan untuk masing
masing dari 4 kelompok pasien. Bila hasil kultur sudah didapatkan baru diberikan
terapi spesifik terhadap organisme bersangkutan.rr
Semua populasi harus diterapi untuk kemungkinan infeksi atipikal dengan

makrolide (atau tetrasiklin) pada pasien rawatjalan atau makrolida iv saja pada pasien
rawat inap yang tidak memiliki faktor risiko terhadap resistensi kuman gram negatil
maupun akibat aspirasi.rr

34

I
T.itlLE : {,tirLrt t r:1r rTtrlTtE HT:i. tl,-r r..1Etrt,:,ti.tLilnt!_1Fl
nli E..r !F. ti,: nt,)t,tFlll,la F.r,i-T,lpi.r

lIi{'lJn ,n \ r1 rtra1 rn
L \r41rt' r\LLnrrrd, r,rirtnrJ n}r'f,itr4r:
'!,tr.!t
r.! ff,n r r: rro. n/lrllf!nlrt| !r il IhrnnrJ(tur
Innxr ldr{!lFrrriru iil ni ir

Ir,i.r;r r:].ii lirtu\.,Iii !

(Dikurip dari kefusrrkaaD 1l)

Unluk pasien rawat.ialan atau rawal inap non ICU clengan taklor dsiko organisme
lain, terapi lrar-us dengan B laklam/makrolida kombinasi atau tln.tipneumocoacal
tlur-oquinolon saja.i r

TlDLE I ilfi nLrt ,_,t_rTf',rTtEHT,, r tTH Lt.,LRti,,,tl.rt []atlt.iFiy


Dl!E!.tE. rlNt' ,:,R nTHt R lvt,ttrtFl[,]., t.,!.:T,:,Rr'.r

irr.r{Drirlrrl r.rt1rrLrr,i! (h, tlitn,n I rt.:!t1 trl r' l..rnr {rrr.rl r,rlFnd.'rrrn,r.
,t.Jrt,.Firrau rtr.-rnrrrr.-
Lh',rnr..!l,lr lyrr.r{Jrlr:rhlr hl'tll{1,:,'.,r r{';t.rlttn.
HrrFl tllI(,: u.n itIl.lirt.r plu! nrrrn':titllln, l.rrLrl.lrnt r,i nr
d ll'tjn.nl |!rthnn,:n or !tru!i
Fnr.jtir,rl r11Lrt,ri,rlr4
hi1l r,flh'lr 6 ,ii;i,'r'-r..
Intrrlr rtr.nr]ri.tntt i^

lvi.j(rnll,l! ir, li, ia.-..1: ltrr'r'


[]'rli]].l,b ,:dl.l.r\r/i, i$-l.rrnilr !tiF.
rlFlrnltrn inniar,-,b.a.r, /,1,1 ,jjrri -r,1 ,rr 4nl lf'niLjn):.,r(i']I Ihrorrqt|tnnl,:,rlr
ri,iu.,rrhrn. r,rl:trrr,t. trjrlJl

(Dikutit drd kcf ustakrxn I l)

35
TiRLE 4. trEOUP lll: INPATIENTI, NOT ll.l l{U'r

n. f nlilr.,'tl lmDndF/ trl+nlE.ln.l.Jd lvl':drtlln!! Fi(lor: (l'r.luilrhg BEln! from


. NuEhg Hqnrel
sr.eFlEod.r FrJ'4l)1urr'o€ r:ln.ludhg Ftlsl) lntrnLenau! Fladimr
tJfl Tr\t?^tn rfl i?.Fnrre {eloLrrnn€, Gftrla(dnE
rUtEFtrrru pDarDffrlre nmPl.lllln/rulltra.h m,
chlrfli:tn) pesHre hlg lrddre 4lnFr.rllh)
hilral hf Rrl6n (Li.rdrlr
plur iLIpl{il FtrthE!€nl lrrrrar€nDUs or drnl llla.roltde
In t€rlc gEm-neqdtlv6
/Eplrrikrh innnerDbe)
lntrd!enollsdntrFne moEol
rlunrottuhrlom alone
tl.lFdirrri.ytum :uteddbjt 4ndqnl.
IungL thenrtrli r (drllr#
b. Nn irrr!lop lnronnry Dlraxa. l.ln L4ndlfylng tnrtdrs
lnrrrEnnur rz1 tlrnfiJ.h danE
ll mn.FlhJe nllc{gl.

llllrdl hf <tlon (L11.tErl"1


Flu! itIFr$l Frlhrg€d
l,hnorhanpylvrrh an
nntrPne{nro.':..i1
id. kd'trrrnrE .ndenr. tunqr, .nt$
''.
(Dikutip dari kepustakaan ll)

Semua pasien rawat inap harus memperoleh dosis pefiama antibiotik dalam 8
jam sejak masuk RS. Pada pasien yang dimwat di ICU terapi harus dengan B laktam
plus makrolida atau juga quinolon, menggunakan regimen dengan

antipseudomonas.lt

36
Tj,.t1LE :1,:lEi:rt rF trr: l{:Lr.rl.LrlvlITTEF r'..1TlENT!rt
,3r,Jnnt\Ur! lhrr,rFi'
,r. l.l,r frtrl! I,r' ljfdrr,rirrrr!,ij nty;,ri;r\11.,
lrrr'l1ni,\rirEFr,.er$r:fl,il lrrlr.rrErrnuii1l,rrl.rmi.rl,lln:(lnE.
(lD( I'r,lltrq I-..!ll5f i
i,ir1 Dflir,ll b ,trili,,Y!"'u," ln tr.ir"r.nnur rn'i rDll'}! inrlthrnnr'I-lnJ
Inlfrli qrnrrr rE!].rlr. f Lr,r':llll
5r.rFit,n n,:r ii:i r.ri.rin ln llir,.rnr,rn llLrnr.q u lnnlnnr.
.UJYr'ljlirlnu lrrr,,'L a,n-
l1':!Flr.llnn rlru:,r:
Irlls':{.ll,rrit!rrr
.: i:l.i rr r,ii,ir r., r'fr rr rifl,tF.
,!.lttc$,:t:i.niir'P inri.l1rlori!.

h. Flll1 I':,r ,1 j;i,',-i,ri.!,rrln 1,:!!-,.rri.,i,r ri,r


/,.llDl tllr nhD''fr L\rlhn{Fnr Fhrs l{rl':r I (al lrrtrr4 (Jr':,[r nrrtlFlEUdnnr.,nnl
li-h.-lnnl i,':{+'l rrrr, lrrlfr':fi rm,
FrrrDpEnr{n. FlPrh':llllni
lnrrh,)':l,rrnl_ $i'r lrrl r.lr.lnoul
nntlFi..4r':1,:rrnnrlrl {lulntltne
{':lFrtll!!nrlni
5!l1.-:1..1 lhll,l!drnu! nrrl lF\{ trrlornona I

li-l,ra Innr tt{rf IIIrF, lmlptnern.


nr-irFP,rn':{L Fl Fririlllln,r
1,1;!'rb.r':l.1mJ" IJ i.r:trr lLr'rnou!
.rnl ln D q lI sl ilF
': 'r
fl'rE E iilrT
lntrnf fnrul rn,r': rolld':
t rlthromlt:llr)
'}' lntr,rlrrnntrl rr':'11Lr'!..u,:lc,rral}rl
Ijrrnr-':lrrlnDlona
(Dikutip dri kepnstaknan I l)

Jika B laktam/makrolida kombinasi diguiakan untuk pasien dergan f,Lktor


risiko ,/rrg rcsiskn S. pneLonnio (DRSP), hanya B-laktan ter-tentu yang dapat

digunakar diantaranya torapi oral Cefpodoxime, Amoxicillin/Clavulanate, dosis tinggi


Amoxicillill atau Cetlroxime; atau terapi inhavena dcngan Ceftriaxone, Cefotaxime.
Ampicilline/Sulbactam. atau dosis tinggi Ampicillin. Bebenpa antibiotik seperti
Cefepime. Imiperem, Mcropenem dan Piperacillin/Tazobactam yang umumnya
secara klirlis aktif terhadap DIISP tetapi karena.iuga aktif terhadap P. auregittosa.
harus dicadangkan untuk pasicn dengan laktol risiko P aeruginosa.tl
Gt ileline TerapiBmpirik CAP menurut IDSA
imunokompeten dengan
IDSA memberikan opsi terapi untuk pasien dewasa
CAP seperti tercantum dalam tabel 6'
Patogen yang diisolasi paling sedng pada kasus
AECB adalah H inJluenzt'

H parainfluenza , M. catafialis dan S pneumonia Tet^pi antibiotik yang tepat harus


meskipun terapi dibedkan secara
mencakup sebagian besar organism€ te$ebut
telah digunakan secam luas untuk
empirik. Amoxicvillin, doksisiklin dan TMP/SMX
obat-obat tersebut masih
mengobati AECB. Pada orang muda imunokompeten
atau penyakit yang
paling cost-d?,ttit?. Namun pada pasien dengan komorbid
te$ukti
berat, kemungkinan resisten melebihi initial cost adtantage Kebanyakan obat-obat

tersebuttidakefektifsaatinikalenapeningkatanprevalensiolganismeyangrcsisten'
terhadap H influenza penghasil B
Cephalosporin generasi IAI kehilangan aktifitas
lattamase . Alternatif antibiotik yang lebih
baru dibutuhkan untuk mengurangi
penambahan beban ekonomi sehubungan
morbiditas, mortalitas dan secam khusus
dengan AECB.7
KebaDyakan pasien dengan unconplicated acuie
bronchitis mempunyar
dengan atalr
penyakit viral yang self limited dan akan membaik dengan sendirinya'
pada uncomplicated acute
tanpa berkurangnya simptom. Terapi tltin antibiotik
lazim dengan kecurigaan
bronchitis idak direkomendasikan Pada kondisi tidak 3

pertussis , test diagnostik hams dikerjkan dan terapi


antimikrcba dapat diberikan

38
Table 6.Initial empiric therapy for suspect€d bacteriat community
acquired pneumonia in
immunocompetent adults

Pilt|ntw ibll
FralB[HlIl&]lmr optiotE

0ulFlt€ril

Fraiousll hFrlhI

lh r€rilltiril tirtir lhoriff I marmlidei !t oli'eFlrF


fu{el]t atrtibi':tic thr6lll/ I r,q'uon, rl'ror,ra l.oLr,or th te ar. nl,ETod nar,oldsr prug highdn€ arb4.
ar'r "d ar ad,dfsdmalrc.d! I.u! nEtlrtolJ amori. lnihruh;hl
lofio idlliEl iC0]]0, diairEt{s, t€rrrlot 6tn!.r.
tlqh$rlli uB,,.rruh|Iaqi
lli rersll irlibDli( ll$mry !n idlElctiJ lni.riltd€,i gr i lKl.tiritcry litDtquiml,.ns
RE{!:r]l tiLilti.thitapy A rr:pGtory lluorollndomi r uF ar ti i \nncEi njcFlids plm r JJ_laNlimq
sulFrlsd arFiEti$r !rith lltlitLlon AnD.EilllItib(ul$tilsq ilill,lm\rnl
nfl$uri rilh l}tlNf il 6upEtinlEclicjl I jj.hrllml u a rBspuili!! lluohiNinobf B

hpilr{fl
tl,ql{nl \ /std

rellrt dtt
ll,t iDlir- lh,Jritl1 A tea[lr.]|ff,/ ll{r:riqrun:r r)uB lbft ( a[ iiliift,.s'l n] dido pl[g a i]irlani
EE:ef t iliibioti,: thsilif ir d L,t r't nlrolne p,E it ;.tan cra tdlf aor\,luuEq lrs!b.E
4Fl'.ler, .Elft t€rl,r ]€!$4 a,t.at.llEo, rBtBtI lnlobtr lf6r+[

furi,$r.*rDs inlsctbn te lolaf Eiu,! r'i!larlim!f'l$.ither r,latrdtNutlds 0Ii tslljftlotl, lluc{otuinobnB


Ps6r,r1)nilrrrs t]]fe4lD| i9 nol an isru6 hll I rEsp ralnFl lluotquimlols, $tlh at ilthtulchdanletl
pitilllt ltB n il lictam !Jlllrql
F$r,[bnirlriJi inlstl[r E at tisjrl FTH .r[,sor
.l',11 oa ftrna, a,r, tj p.,rs itlft r,cuatl|r ff ?J ar ar,psEt[Dmoni
aqB't pr.,s dr, ar 1o]li r0e4!( D,le a tcip.a t_,, ltLorcqulnobre I i lIa0drjE
FsEkLibniirFs inle irn in tai$ brl ths r,
is E[rE u t"on]n Fl ils,!t,o$tn. t, r?l
dlltslra,-r flt6 Fo,,luacfl ol
palilnl h!5 ,.lictin qrlriloii.ir
a allBrgf r lhot$ hf,utsn am ngll4c,rde
lluEiry ltrrF

EEaBrrin! ltoallnBli ir ]1[Eiq lntrE A 'cs[ dld , 'l'totq ro'cru llnrg lr dmcr I tr r'fiL,aH: plL! !n d{haltEj

lliepitaliifll Sa]]. is lor fEdicd] \,,!d ad lll


(Dikutip dari kepustakan l2)

39
Perrn Azithromycin pada Infcksi Saluran Nalas Bawah
Azithromycin mcrupakan anggota anlibiotika golongan makrolida.
Azithromycin aktif terhadap kcbanyakan patolJen saluritn nalas bawah scpcrti
Straptocorcus pneunoniL KIel,t.tiella pnaunonia, Hdenq)hilLts inlluenaa, Non
tubcrcttlt)us ntycohacteria, l,trdt:tellu pt:rlLrssis, Moti-tclld citld tulis, Mltoplasnut
pn.?ut)1t)t1it1, Lcgionelkt pneunopltiltt dtut Chlanylia ptrcruno,tia.l
ttt tl t5 16

Azithronrycin ,1-8 kali lebih aktil dari critromisin lcthlrdap H iilfl.uen.n dao
mcmiliki absorbsi inleslinal Iebih baik. Jalur eliminasi utamanya rnelalui bilier dan 5

l,1olo melalui uin. Azithrornycin mcmperlihalkan penelr-asi yang baik pada jaLing.rn
paru dan persislensi yang baik pada lcmpat jiLringan yang terinieksi selama 4 7 hari
ra
seteliLh oLrat dihenlikan.

Regimen dosis st:rnda. yang cliusulkan -500 ng/hari per oral merlghasilkai
konseotrasi .ja|ingan mclebihi MIC patogen salurao oat:N yang relevan.5
di
Azithlr)mysin mempunyai waktu paruh yang panjaug sampai 72 .iam, akibatnya
digunakan hanya 5 atau bahkan 3 hari saja. schingga memperbaiki kepatuhan pasien.
Meskipun konsentrasi serum rcndah konsenlrasi .iaringan melebihi MIC utltuk
ketrlnyakar patogen saluran nat'as dan koDsrntrrsi rntftrscllulcl l0 I00 k.rli lebih
tinggi dibandil1g pada serum. Konsentrasi intlxsclulcr yxng tinggi clapal menemngkan
aktifitasnya lerhiLJap piLtogen intraseluler. Azithronlycin mcnc^pai konscntmsi tinggi
pada sel pagosit seperti nukroiag, rnonosit dao ncutrofil mcngakibatkan pelepasan
obat di tempat infeksi dimaia sel-sel pagosit migrasi sccara aktif-ra

Azilhromisirl diberikan pada bcbcrapa sclrdalc, antara lain 500 mg


sekali/hari selam. 3 hari atau 500 mg pacla hari I diikuti dengr 250 mg pada hari 2-
5.11 Azitrhomycin merupakan obat yang efektif untuk pcngelolaan CAP. Elikasi 3

hari Azithrcmycin tclah ditcliti irada ,10 pasien CAP dcrajat |ingan sarnpai sedang,

dimana 20 orang dirandorn lntuk mcndapatkan Azithromycin 500 mg/hari selama 3

ha , 20 orang nendapatkan taritlonricin 250 mg 2 kali schari sclama 8 12 hari.


Semua pasien kelomlok azithromycin dan l8 pasien kelompok claritromisin,sembuh-

Dari penelitiao ini disirnpulkaD azithronlycin lnungkin mcnjadi pilihan perlama yang
baik unluk pergobatao CAP dngan moderlt dan jangka wrklu 3 hari bisa
meningkatkan kepirtuhan pasien.a

40
Scbuah studj yang membandingkan eiikasi clan.ra/e/) azitromisin sebagai
monoterapi dengan kombinasi Cefuroxim plus Eritromisin sebagai terapi empirik
CAP pada pasien rawal inap disimpulkan keduanya sana efektif sebagai lerapi
empirik namun Azithromycin ditoieransi lcbih baik dibanding regimen kombinasi.r6
Stlrdi yang rnembandingkan efikasi, .rafely dan tolerability Azithronycin 3

hari vcrsls Co-amoxyclav l0 hari pada terapi infcksi saluran nafas bawah akut pada
anak .iuga nrenyinpLllkan bahwa keduanya sama efektif. namun Azithromycin
ditolcransi lebih baik dan lebih disukai sebab pembcrian lebih singkat.r5
tlasil metaarlalisis randonized coatrolled triul Azithromycin terhadap
antibiotik lain Lrntuk CAP, dari 15 studi yartg eligible dengan 1664 pasien, 8 srudi
menggunakan 3 hali tlan 7 studi mcnggrnakan regimei 5 hari dcngan pembanding
Erithromisin. Roxitromisin, Josamisin, Claritromisin, Cefaclor. Co-amoxiclav dan
Benzilpenicillinc didapatkan kegagalan sebesar 56/928 (6,0E;) pada kelompok
Azithromycin dan 72/136 (9,t17.) pada kelompok pembanding mcnunjukkan adanya
pcngurangan yang sigDifikan risiko gagal klinis dengan Azithromycin (randon eJJbct
odds rutio 0,63,95Ea CI 0,42'0,95).3

l'acla pengobatan at:ute bactcl ial Atkerbtttitt r,f ,hronic ltrotrhirit telah
dibandingkan efikasi Azithromycin dengan Levotloxacine. Sebanyak 235 pasjen, ll8
mempcrolch Azithromycin 500 mg/hari hari I dilanjutkan 250 ng/hari hari 2 5, 117
mendapatkan Levofloxacirl 500rng/hari selama 7 har-i. Angka eradikasi bakteri
patogen sllumn nafas 967. pada kelompok Azithromycin dan 857. pada
Llevol'loxacin, dan disimpulkan Azitromycin secara klinis dan bakteriologis ekuivalen
dengan Levofloxacin pada terapi AEBC.q

Ber-dasarkan metaanalisis randoniz.ed controlled trial Azithromycrn


dcngan antibiotik lain pada AECB, dari 13 studi eligible (Iengln 1342 pasien, clengan

pcmbanding Amoxicillin. Co amoxiclav. Ccfaclor-, Claritromisin, Diritromisin dat1

Roxitromisin, 53 1726 (1sqd gagal secara klinis pada Azitromycin dibandingkan


59/616 (9,6Ea) pada kelompok pembanding menuniukkan tidak ada perbedaan
signifikan sccara statistik aitam Azithromycin dengan antibiotika pembanding pada
terapi AECB (rotdont effcct otlds ratio (),64 , 957o CI 0,31- 1.62).8

4l
metaanalisis ranilottized
controlled tri' yang membandingkan
Dari
pada bronchitis akut' dari
5 studi eligibie' dengan
antibiotik lain
Azithromycin dengan
pembanding co amoxiclav'
claritromisin dan Roxitromisin
;;;; n;"., dengan
39160'l (6'4Ea)
(6'5Ea)gagal secara klinis pada Azithromy cir' d^t
didapatkan 50l'765 secara
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan
O"* *"".** pembantling
terapi bronchitis
Azithromycin dengan antibiotik pembanding pada
sratistik antara 8
oa'l'ralio 0'84' 957o Cl0'54-1'3l)
aY,ttltonl.onr enb't
berdasarkan dari
et'ek samping penggunaan Azithromycin
Adapun
pasien yang menerima Azithromycin 23(0'770) orang
menanalisis dengan 348?
(8 orang)' rds' (3 orang)'
terapi akibat e{ek samping gastrointestinal
menghentikan
alasan yang tidak
(1 orang) hyperkinesis dan urtikaria (l orang) dan
parcstesi
sedangkan angka penghentian ""t:t"ltl"
o::TTo"t t"
diketahui (10 oring)
(-elaclor l6''
Clarirroml.in o.ql.l ritrornisrn 2 2do dcn
.rmoriclar 4.0oi.
Azithromycin 2 kali tebih
sering
DaIi efek samping gasirointestinal
sementara Levofloxacine
6 kali lebih
dibanding Levotloxacin'
menimbulkan diate e
dibanding dengan Azithromycin
sering menimbulkan mual

RANGKUMAN
dijumpai dan meliputi Communirl
lnfeksi salunn natas bawah sering
' Bronchitis dnn
Eturcerbation oJ Chrcnic
Ptt motia' Acule
AcquirciL
Acute Bronchilis
(CAP) sebagian besar disebabkan
muniti Acquie(l Pneumoni(t
' Co
olehslreptococcuspneumtlttia'Myc()plasnapneuflonia,LegionelLa
disebabkan
pnertmonia selain itu bisa
pnewnophila alau Chlanry(liL
atan Mor&\ella
oleh Haennphilus inJTuenza 'atarhalis
dengan Acate Eracerbatio of Chrcnic
Patogen yang dihubungkan
' Haemophilus inJluenza' S
p ettmonia dan
Bronchiris (AECP'\ adal^h

M.catarhalisdimanabertanggungjawab8595%padabacterial
Staplrylo coccus aureus
dan Pseudomonas
eksaserbasi' sedangkan
dengan
gram negatif jarang dihubungkan
aeruginosa betsama-sama
AECB,

42
. Bordetelle pertuxsis, MycoplasDla pneuttonia clitn Ch[tunytlia
pncu bnia telah di(ctrpkan sebagai scbab nonviral clari urt.o tpLi(tied
ut:ute bronchitis pada dewasa, dimana dihubugkan dcngan
5_107. dari
total kasus.
. Telapi dengan nrakrolida atau bcta-laktarn dan i.luoroquinolol
sering
digunakan sebagai terapi empirik infeksi saluran nal.as bawah.
. Azilhromycin elcktildan aman untuk tcrapi inf.eksi saluran naf.rs
bau'ah.

DAFTAR PUSTAKA

L Uyanah A,2003. Manajemcn Communily Acquirecl pneurnoniae yang Dirarvat


Di
llumth Sakit dalam CardioviLsculrr lic\piriLrol.y ImmlLnoloqv FffJrn
Pathogencsis To Clinical Appiiclion. l,uset jniorrr.rsi dan pcncrhitin
Uagian
ilmu penyakit datam FKUI: 30_4.
2. Hisyam B dan Buciiono E, 2000, pola kuman pneumonia padd
penderira di RSUP
Dr Sardjiro 1995 1998, Berkala llmu Kedokreran, 32,1:16l _4.
3. Snow V, Pilson C and Gonzalcz R, 2001, principles of Apprropiate
Anribiotica Use
of Treatment oI Acutc Bronchitis in Adults, ,qnn tntei,r VeO, I
34t5lg 20.
4. Rizzato G, Montcmurro L, Fraioli p , ct al, 1995, Etlicacy of
thre" day .uor_s. nt'
yithTTy-cln in moderately severc Comrnunity avquired pneumonia, Eur
Respir J, 8:398-402.
5. Danesi R, Lupetti A, Barbara C, et a],2003, Comparativc distribution
of
azithromycin in lung tissue of patieos given oral daily doses of
500 and 1(XX)
mg. Journal of al1timicrobial chemothcrapy, 5l: 939_i5.
6. Hr,rchon,GJ, Grassi GG, Leophanlhep ,et al, 1996. Initial antibiotic therapy
for
lower rcspiratory tract infection in the community, a European survey, Eur
Respir, J,9: 1590-5.
7. Guthric R, 2001, Community acquired lower respirat(n.y tmct inlecrion
etiology and
rrearmenr, , cHEsT. 120)o2l 31.
Ioannidis DGC, Ioannidis JpA, Chew p,et al, 2001, Meta analysis ol randomlzed
controlled trials ofazithromycin agajnsr others lntibiotrcs Ior lowcr resfirarory
tract in1-ections, Joumal of antiDlicrobial cheDniherapy, 4g:69l_703.
9. Amsden GW. Baird IM, Simon S. et ai. 2003, Eilicacy
arirl safety of azithromycrn
vs ievofloxacin in the outpaticnt treatme|t of acutc bactcriai exacer.bations
of
chroni! hronclriri\. ( HFSf, 12.1:772 777.
10. Filc TM, Garau J, Blasi F, 2004, GuidcJines for empiric
antimicrobial prcscribinS
in comnrunity acquired pneumonia, CHEST, 125:lgglJ_t901.

4-l
11. American Thoracic Society, 2001, Guideline for the management of adults with
community acquired pneumonia, Am J respir Crit care med, 163:173O-54
12. Bartlett JG, Dowell SF, Mandell LA, et aI,2000, Guidelines from infectious
disease of America: practice guidelines for nvrnaggment of community
acquired pneumonia in adults, Clin Infect D is,31|.347 -82,
13. Mprgono B, 2002, Tantangan pengobatan empirik infeksi paru peranan
Gatifloxacin dalam Proceeding Book Pertemuan Ilmiah Paru Millineum, 1- 12
14. Rapp RP, 1998, Phaimacokinetics and Pharmacodynamics of Intravenous and
Oral Azithromycin: Enhanced Tissue Activity and Minimal Drug Interactions,
The Annals of Pharmacotherapy, 32:78-93.
15. FewerdaA, MollHA, Hop WCJ, et a1,2001, Efficacy, Safety and tolerability of3
day azithromycin versus l0 day co-amoxyclav in the treatment of children
with acute lower respiratory tract infections, Journal of antimicrobial
Chemothenpy,4'7.4 4 I - 4 46.
16. Vergis EN, Indorf A, File TM, et at, 2000, Azithromycin VS Cefuroxime plus
Erithromycin for empirical Treatment of Colr[nunity Acquired Pneumonia in
Hospitalize.d Patients, Arch Intem Med, 16011294-1300,

44

Anda mungkin juga menyukai