RANGKUMAN
EPISTEMOLOGI FILSAFAT PENGETAHUAN DAN PERSOALAN-
PERSOALAN POKOK EPISTEMOLOGI
Filsafat merupakan usaha untuk memasuki persoalan tertentu dari pada sebagai
penguasaan terhadap seperangkat jawaban yang terumuskan. Filsafat merupakan pembukaan
mata terhadap apa yang telah dialami, seperti yang ditekankan oleh Plato di dalam maksud
cerita mistisnya. Filsafat merupakan pembalikan diri dari apa yang diketahui setiap orang
menuju kenyataan sebagaimana diberikan kepada kesadaran yang dihayati. Maka, rasa kagum
mempunyai aspek ganda yang aneh ini, karena menempatkan saya dihadapannya sebagai
sesuatu yang sama sekali asing.
Dalam pengertian lain, terdapat pokok yang menjadi objek epistemologi sendiri
sebagai suatu manifestasi dari penyelidikan filosofis. Epistemologi bermaksud untuk
mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia.
Zaman baru mulai sewaktu Descarter menjadikan usahanya untuk mengetahui sendiri sebagai
objek penyelidikan lebih lanjut : bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu? Apa hak saya
untuk bertanya? Mungkin rasa kagumku tidak mempunyai hak untuk ada tak ada gunanya,
dan selamanya tertutup dari kenyataan yang saya usahakan untuk saya pahami. Dengan
pertanyaan ini, filsafat dapat dinggap telah sampai kepada penguasaan terhadap esensi, sebab
akan jelas bahwa ia tidak bisa bergerak maju lagi
Epistemologi adalah suatu ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis. Evaluatif
berarti bersifat menilai, ia menilik apakah suatu keyakinan, sikap dan pernyataan pendapat
teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan secara nalar.
Pada zaman Yunani dan abad pertengahan, budi telah terentang melewati bidang
pengendaIian atas objek menuju kepada yang benar – benar nyata. Bersama Descartes dan
filsuf – filsuf modern, budi berusaha untuk mengatasi pengandaian yang mungkin menjadi
bagian dari budi sendiri, sehingga sinar yang sangat terang bisa memancarkan diri. Pada
tingkat ini masalah umum dari pengetahuan muncul sebagai objek kesibukannya sendiri
pengetahuan menjadi problematik bagi dirinya sendiri.
Kita bisa mengambil pendapat Maritain bahwa tujuan epistemologi bukanlah terutama
untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat – syarat
yang memungkinkan saya dapat tahu, jangkauan dan batas – batas pengetahuan saya.
Pernyataan ini merupakan definisi memadai dari tujuan dan jangkauan filsafat pengetahuan,
dan tidak melibatkan kita pada ketidak konsistenan. Dalam hal ini epistemologi tidak
menyatakan hak saya untuk menyatakan sesuatu, tetapi membuat peta dan melukiskan
jangkauan hak itu.
2. Ringkasan isi
Filsafat lebih merupakan usaha untuk memasuki persoalan tertentu dari pada sebagai
penguasaan terhadap seperangkat jawaban yang terumuskan. Filsafat merupakan pembukaan
mata terhadap apa yang telah dialami, seperti yang ditekankan oleh Plato di dalam maksud
cerita mistisnya. Filsafat merupakan pembalikan diri dari apa yang diketahui setiap orang
menuju kenyataan sebagaimana diberikan kepada kesadaran yang dihayati. Maka, rasa kagum
mempunyai aspek ganda yang aneh ini, karena menempatkan saya dihadapannya sebagai
sesuatu yang sama sekali asing.
Sementara pikiran manusia ditandai oleh pembeda kesan / kenyataan, pembeda ini
tidak dapat membuat seluruh pikiran terungkap tuntas, karena pikiran tidak dapat
menyelesaikan sampai dasarnya: eksistensi manusia yang bertanya. Dengan kesadaran ini,
subjektivisme diatasi.Subjek yang mengajukan persoalan epistemologi adalah subjek yang
muncul dari pertanyaan utama dan dengan demikian sudah melampaui. Karena kesadaran
yang bertanya secara esensial bersifat bipolar: kesadaran ini merupakan sisi kognisional dari
keberadaan manusia di dunia.
Masalah utama bukanlah kenyataan dari yang lain, tetapi status kenyataan itu. Status
dari bukan diri bisa berbeda – beda, tetapi status situasional yang sama yang mengatasi
subjektivisme juga menyingkirkan objektivitas murni kaum rasional. Pengetahuan selalu
merupakan a-letheia, pernyataan diri dari ada. Tetapi pernyataan diri ini tidak dapat
dilepaskan sama sekali dari eksistensi situasional dari subjek yang mengalaminya.
Tetapi perlu diingat bahwa apa yang dikatakan di sini masih bersifat sementara. Pada
tahap ini berulah merupakan antisipasi yang masih perlu ditelaah dengan kritis lebih
lanjut.Tentu saja beralasan untuk menganggap bahwa pertimbangan mempunyai kedudukan
khusus di dalam pengetahuan manusia.Pertimbangan merupakan ungkapan dari asimilasi diri
atas kenyataan.Pertimbangan tidak boleh dipisahkan dari seluruh dinamisme subjek yang
menangkap peryataan diri kenyataan.
Filsafat pengetahuan, sebagai usaha untuk menafsirkan nilai kognitif pengalaman,
tidak boleh terlalu dibebani oleh terminologi teknis atau oleh pengandaian – pengandaian
suatu sistem filosofis tertentu.Epistemologi harus menatap pengalaman selangsung mungkin
dan harus menggunakan bahasa sehari – hari.