Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“MOTIVASI BELAJAR DAN MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR”

DOSEN PENGAMPU:
Erlin Ladyawati, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 Pendidikan Matematika 2018-B :
1. Dimas Darma Agung (185500065)
2. Ayu Alfianti (185500068)
3. Vivi Indrayani (185500082)

UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2018/2019
BAB I

PEMBAHASAN

1. Konsep Motivasi Belajar


 Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar.
 Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat mereka
dengan menggunakan berbagai macam strategi pengajaran.
 Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan pujian.
 Motivasi berprestasi sebagai kecendrungan umum untuk mengupayakan
keberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan.

2. Jenis dan Sifat Motivasi


 Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental
individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan. Contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
b. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting
seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer
sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
 Sifat Motivasi
a. Motivasi Instrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya: kegiatan
belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena


betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat
berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
“intrinsik motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-
needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait
dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar,
memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin
pujian atau ganjaran.

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar, karena
tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik,
sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan
karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang
baik atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.

3. Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar


Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh
perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran. Dengan strategi motivasi yang
tepat akan mampu memberikan kesuksesan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang
dikemukakan Wina Sanjaya (2006), bahwa strategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Pupuh Fathurohman dan M. SobrySuntikno (2010) menyatakan ada beberapa
strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas
tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
b. Memberikan hadiah
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta
didik yang berprestasi.
c. Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk
meningkatkan prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
d. Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi
sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat membangun.
e. Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar peserta didik tersebut mau
mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang terarah
sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang kondusif.
h. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individu maupun kelompok
i. Menggunakan metode yang bervariasi
Dalam pembelajaran, metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru
karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan
metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.
Adanya strategi di atas, menuntut kesiapan guru sebagai perancang
pembelajaran untuk mampu mengimplementasikannya dalam kegiatan proses
belajar mengajar. Guru harus mampu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
pembelajaran yang dimonopoli oleh guru itu sendiri. Karena guru dalam
melaksanakan perannya sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, harus mampu
melayani peserta didik yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief),
kedisiplinan (discipline), dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal
sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik
secara optimal baik fisik maupun phisikis.

4. Perkembangan Anak
perkembangan adalah perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, yang
menunjukkan bertambahnya kemampuan (ketrampilan) dalam pola yang teratur,
saling berhubungan, dan bersifat tetap menuju ke suatu tingkat yang lebih tinggi.
Misalnya kemampuan duduk, berdiri, berjalan, menggenggam, menjumput, dll.

Perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang dilihat dari
berbagai aspek, yaitu:

a. Aspek Kognitif
Proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan
pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran,
simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
b. Aspek Fisik/Motorik
Perkembangan pengendalian gerakan melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot terkoordinasi.
c. Aspek Bahasa
Terdiri dari dua aspek kemampuan, yaitu kemampuan ekspresif (untuk
menghasilkan suara, isyarat/gestur, atau bentuk tertulis) dan kemampuan reseptif
(untuk memproses dan memahami pesan, baik tertulis, lisan, maupun gestur).
d. Aspek Sosio-Emosional
Perkembangan sosial anak menurut Erikson:
 Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun
 Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun
 Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun
 Industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi:

1. Anak berkembang secara menyeluruh


2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur
3. Perkembangan berlangsung pada tingkat yang beragam di antara anak
4. Perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya
5. Perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif.

5. Faktor-faktor Internal dan Eksternal Masalah Dalam Belajar

Masalah-masalah internal yang dialami siswa yang berpengaruh pada proses


belajar terurai sebagai berikut:

1. Sikap terhadap belajar


Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Akibat
penerimaan, penolakan, atau pengabaian dapat berpengaruh pada perkembangan
kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak
akibat sikap belajar.
2. Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, dan perlu didikan. Didikan cita-cita
harus dimulai sejak sekolah dasar. Disekolah menengah didikan mengenai cita-cita
sudah semakin terarah karena akan sangat bedampak buruk bila pencapaian cita-
cita tidak benar. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal
dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke hal yang semakin
sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi,
maka diharapkan siswa berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya
sendiri.  
3. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Motivasi belajar sangat berpengaruh pada aktifitas belajar, bila
motivasi tersebut melemah mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Motivasi
belajar perlu diperkuat secara terus menerus supaya kuat, untuk mengoptimalkan 
perlu didukung pula suasana belajar yang menyenangkan.
4. Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran.
5. Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi
dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. kemampuan
siswa mengolah bahan belajar akan menjadi baik jika siswa berpeluang aktif dalam
belajar.
6. Menyimpan perolehan belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan perolehan pesan. Kemampuan menyimpan pesan ini ada yang pendek
dan ada yang lama, atau bahkan seumur hidup, proses ini merupakan saat
memperkuat hasil belajar. Pebelajar menggunakan berbagai teknik belajar agar
tersimpan dalam ingatan, penghayatan dan keterampilan jangka panjang. Sikap,
konsentrasi, dan pengolahan bahan belajar sangat mempengaruhi pada fase ini.
7. Menggali hasil belajar yang tersimpan 
Menggali hasil belajar merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah
diterima. Penggalian hasil belajar yang tersimpan ada hubungannya dengan baik
atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan. Siswa akan
mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Jika tidak
memperhatikan pada saat penerimaan, maka akan berpengaruh tidak baik pada
proses penyimpanan dan akan sulit pada proses pengolahan.
8. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja merupakan suatu puncak proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan kemampuanya dalam proses-proses
penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka
siswa dapat berprestasi kurang atau juga dapat gagal berprestasi jadi perlu upaya
dalam mengoptimalkan proses-proses tersebut yang sudah dijelaskan diatas.
9. Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri muncul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Pengakuan umum dari keberhasilan dapat membuat rasa percaya diri
semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi bila kegagalan yang berulang
sering dialami dapat mengakibatkan rasa tidak percaya diri. Pada tempatnya guru
mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat,
dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil, disamping
itu diperlukan sikap positif dan usaha keras pada siswa.
10. Kebiasaan belajar
Ketidak mengertian siswa pada arti dan pentingnya belajar bagi diri sendiri
memunculkan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti belajar tidak teratur, menyia-
nyiakan kesempatan belajar, dll. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan
disiplin pembinaan diri. Suatu pepatah dan berbagai petunjuk tokoh teladan
misalnya, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat
dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan
membangkitkan harga diri siswa.

Masalah-masalah eksternal yang dialami siswa yang berpengaruh pada proses


belajar terurai sebagai beriku:

1. Guru sebagai pembina siswa belajar


Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi
yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda
bangsanya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan
bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat.
2. Prasarana dan sarana pelajaran
Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang
Ibadah dan ruang kesenian. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku
pelajaran, fasilitas, laboratorium, dan berbagai media pembelajaran.
3. Kebijakan penilaian
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar, pelaku aktif dalam belajar adalah
siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses pembelajaran, pelaku aktif dalam
pembelajaran adalah guru.
4. Lingkungan sosial siswa di Sekolah.
Tiap siswa berada di dalam lingkungan sosial siswa di sekolah, ia memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa, diterima,
maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika
ia ditolak, maka ia akan merasa tertekan.
5. Kurikulum Sekolah
Program pembelajaran di sekolah, berdasarkan dari suatu kurikulum,
kurikulum yang di berlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang di
dasarkan pemerintah atau suatu kurikulum yang di sahkan oleh suatu yayasan
pendidikan.
SOAL
1) Sebutkan beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik!
(minimal tiga)
2) Apa yang Anda ketahui tentang Basic Trust vs Mistrust?
3) Jelaskan motivasi instrinsik dan ekstrinsik dalam sifat motivasi!
4) Sebutkan prinsip-prinsip perkembangan anak menurut kalian?
5) Sebutkan masing-masing faktor internal dan eksternal masalah dalam belajar!
(minimal tiga)

JAWABAN:

1) Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:


 menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
 Memberikan hadiah atau reward.
 Memberikan pujian.
 Memberikan hukuman.
2) Basic Trust vs Mistrust adalah percaya vs curiga ditahap usia 0 - 2 tahun.
3) Motivasi instrinsik adalah motivasi yang sudah ada di dalam diri sendiri tanpa adanya
pengaruh teman, orang tua, dan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari lingkungan sekitar dan masukan dari orang tua atau teman.
4) Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi:
 Anak berkembang secara menyeluruh.
 Perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur.
 Perkembangan berlangsung pada tingkat yang beragam di antara anak.
 Perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya.
 Perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif.
5) Faktor internal masalah dalam belajar:
 Sikap terhadap belajar.
 Cita-cita siswa.
 Motivasi belajar.
 Rasa percaya diri siswa.
Faktor eksternal masalah dalam belajar:
 Guru sebagai pembina siswa belajar.
 Prasarana dan sarana pelajaran.
 Lingkungan sosial siswa di Sekolah.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksankan
kegitan belajar dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi memegang peranan yang
penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi
yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul
dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan
sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak
dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah
semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat
pengaruh negatif dari luar diri siswa.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator dari proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak
didiknya akan terbuka semua kreativitas didalam diri anak-anak didik. Karena
ketidaktahuannya maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk
membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak anak didik kita. Keterlibatan
jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar akan memberikan motivasi
kuat kepada meraka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

B. Saran
1. Hal tersebut maka diharapkan siswa hendaknya meningkatkan kesadaran dan
usahanya dalam rangka memperoleh informasi sehingga pengetahuan mereka dapat
lebih bertambah wawasannya, seperti mencari informasi lewat internet dan
membaca koran atau buku.
2. Diharapkan siswa untuk melatih dirinya untuk berani tampil dalam rangka
mengungkapkan pendapatnya dimuka umum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astri Wahyunisngsih (23 november 20126)


https://astri360.wordpress.com/2016/11/23/konsep- motivasi-belajar/
2. Wulan Sari Silvana (12 januari 2017)
http://silvanadewi09.blogspot.com/2017/01/jenis-motivasi-dan-sifat-motivasi.html
3. Agusrida Widyaiswara Muda (6 maret 2019)
https://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=452:strategi-menumbuhkan-motivasi-belajar-
peserta-didik&catid=41:top-headlines
4. El-Hana (21 Februari 2018) http://elhanalearningkit.com/perkembangan-anak
5. NindaFauzi (17 desember 2014)
http://nindafauzia686.blogspot.com/2014/12/masalah-masalah-intern-dan-
eksternal.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai