Pengkajian Neurologik
Pengkajian Neurologik
RIWAYAT KESEHATAN
Tujuan diperolehnya riwayat kesehatan klien adalah menentukan status
kesehatan saat ini dan masa lalu dan memperoleh gambaran kapan mulainya
penyakit yang diderita saat ini. Riwayat kesehatan ini meliputi : data biografi,
keluhan utama dan riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
keluarga, riwayat psikososial dan pemeriksaan sistem tubuh.
Data Biografi :
Termasuk diantaranya adalah identitas klien, sumber informasi (klien sendiri
atau orang terdekat/significant other).
Keluhan utama :
Perawat memperoleh gambaran secara detail pada kondisi yang utama
dialami klien. Memperoleh informasi tentang perkembangan, tanda-tanda dan
gejala-gejala : onset (mulainya), faktor pencetus dan lamanya. Perlu menentukan
kapan mulainya gejala tersebut serta perkembangannya.
Pengobatan :
Perawat akan memperoleh informasi sehubungan dengan obat-obatan yang
diperoleh klien. Banyak obat-obat anti alergi dan pilek yang bisa dikomsumsi dapat
mengakibatkan klien mengantuk.
____________________________________ 44
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
Perawat harus mengkaji obat yang digunakan, jenis obat, efek terapinya, efek
samping yang ditimbulkan dan lamanya digunakan.
Riwayat keluarga :
Perawat akan menanyakan pada keluarga sehubungan dengan gangguan
persarafan guna menentukan faktor-faktor resiko / genetik yang ada. Misalnya
epilepsi, hipertensi, stroke, retardasi mental dan gangguan psikiatri.
NUTRITIONAL - METABOLIC
Tanyakan tentang kebiasaan makan klien selama 24 jam. Apaka klien
makan makanan dari semua golongan makanan atau tidak adakag makanan
pantang bagi klien
Apakah klien memiliki kesukaran mengunyah atau menelan
ELIMINATION
Apakah klien mengalami perubahan pada kebiasaan b a k atau b a b
Apakah klien menggunakan laksatif, suppositoria, bantuan enema,
jenis apa dan seberapa sering.
Apakah klien mampu berjalan ke kamar mandi dengan bantuan atau
tanpa dibantu. Uraikan kebiasaan rutin klien
ACTIVITY – EXERCISE
Jelaskan jnis aktifitas kliens selama 24 jam
Apakah klien memiliki kesulitan terhadap keseimbangan, koordinasi
atau berjalan. Apakah klien menggunakan alat bantu jalan
Apakah klien menaglami kelemahan pada lengan atau kaki
Apakah klien mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya
____________________________________ 45
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
Jika klien kejang, apakah klien mampu mengidentifikasi faktor
pencetusnya. Bagaimana perasaannya setelah kejang
Apakah klien memiliki pengalaman tremor/gemetar. Dimana bagian
mana?
SLEEP-REST
Apakah masalah kesehatan ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan
tidur dan isitrahat. Jika demikian, bagaimana ?
Apakah klien pernah memilki nyeri yang timbul pada malam hari, Jelaskan
Uraikan tentang tingkat energi. Apakah tidur dan istirahat menyimpan
kekuatan dan energi
COGNITIVE-PERCEPTUAL
Uraikan tentang pengalaman sakit kepala klien termasuk frekuensi, jenis,
lokasi dan faktor pencetusnya
Pernahkah klien merasakan pingsan atau pusing. Pernahkah klien
merasakan berada di ruangan pemintalan
Apakah klien pernah mengalami perasaan kebas, terbakar atau perasaan
geli. Dimana areanya dan kapan
Apakah klien pernah mengalami masalah visual seperti penglihatan ganda,
penglihatan seperti dibatasi embun
Apakah klien pernah mengalami masalah pendegaran
Apakah klien mengalami perubahan pada pengecapan dan pembauan
Apakah klien mneglami kesulitan mengingat
SEXUALITY-REPRODUCTIVE
Apakah aktifitas sexual klien mengalami gangguan oleh adanya masalah
neurologik
Apakah klien pernah menerima informasi tentang cara lain dalam
mengekspresikan aktifitas sexual jika klien mengalami gangguan
neurologik
Uraikan bagaimana masalah neurologik membuat klien merasakan dirinya
laki–laki atau wanita
COPING-STRESS
Uraikan apa yang klien lakukan untuk mengatasi stress
____________________________________ 46
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
Bagaimana gangguan neurologik mempengaruhi cara klien mengatasi
stress
Apakah dengan stres yang meningkat semakin memperburuk masalah
neurologik
Siapa dan apa yang dapat membantu klien dalam mengatasi stres dengan
masalah neurologik
VALUE-BELIEF
Siapa orang terdekat, praktisian, atau aktifitas apa yang dapat membantu
mengatasi stres dengan gangguan neurologik
Apa yang dapat klien lihat yang dapat menjadi sumber kekuatan terbesar
saat ini
Apa yang klien rasakan/percayai untuk waktu mendatang dengan
gangguan neurologik ini
PHYSICAL ASSESMENT:
Abbreviated Neurological Assesment
Asses LOC (auditory and/tactile stimulus)
Obtain vital sign (BP, P, R)
Check pupillary response to light
Asses strength of hand grip and movement of extremities
Determine ability to sense touch/pain in ekstremities
Status mental :
Masalah persarafan sering berpengaruh pada status mental, kadang-kadang perawat
mengalami kesulitan memperoleh riwayat kesehatan yang akurat langsung dari
klien. Status mental, termasuk kemampuan berkomunikasi dan berbahasa serta
tingkat kesadaran dilakukan dengan pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS).
Orientasi
Tanyakan tentang tahun, musim, tanggal, hari dan bulan.
Tanyakan “kita ada dimana” seperti : nama rumah sakit yang ia tempati, negara,
kota, asal daerah, dan alamat rumah. Berikan point 1 untuk masing-masing jawaban
yang benar
Registration (memori)
Perlihatkan 3 benda yang berbeda dan sebutkan nama benda-benda tersebut
masing-masing dalam waktu 1 detik. Kemudian suruh orang coba untuk mengulang
nama-nama benda yang sudah diperlihatkan. Berikan point 1 untuk masing-masing
jawaban benar
____________________________________ 47
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
Tanyakan angka mulai angka 100 dengan menghitung mundur. Contoh angka 100
selalu dikurangi 7. berhenti setelah langkah ke 5.
Untuk orang coba yang tidak bisa menghitung dapat menggunakan kata yang dieja.
Contoh kata JANDA, huruf ke 5, ke 4, ke 3 dst. berikan skor 1 unuk masing-masing
jawaban benar
Bahasa :
Memberikan nama
Tunjukkan benda (pensil dan jam tangan) pada Orang coba, dan tanyakan nama
benda tersebut (2 point)
Pengulangan kata
Ucapkan sebuah kalimat kemudian Suruh Orang coba mengulang kalimat tersebut.
Contoh ‘saya akan pergi nonton di bioskop’ (skor 1)
Membaca
Sediakan kertas yang berisi kalimat perintah contoh. (tutup matamu). Suruh Orang
coba membaca dan melakukan perintah tersebut (skor 1)
Menulis
Suruh Orang coba menulis sebuah kalimat pada kertas kosong (skor 1)
Mengkopi(menyalin)
Gambarlah suatu objek kemudian suruh orang coba meniru gambar tersebut (nilai 1)
Skor maksimun pada test ini adalah 30, sedangkan rata-rata normal dengan nilai 27.
Tingkat kesadaran :
1. Alert : Composmentis / kesadaran penuh
Pasien berespon secara tepat terhadap stimulus minimal, tanpa stimuli
individu terjaga dan sadar terhadap diri dan lingkungan.
____________________________________ 48
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
2. Lethargic : Kesadaran
Klien seperti tertidur jika tidak di stimuli, tampak seperti enggan bicara.
Dengan sentuhan ringan, verbal, stimulus minimal, mungkin klien dapat
berespon dengan cepat.
Dengan pertanyaan kompleks akan tampak bingung.
3. Obtuned
Klien memerlukan rangsangan yang lebih besar agar dapat memberikan
respon misalnya rangsangan sakit, respon verbal dan kalimat
membingungkan.
4. Stuporus
Klien dengan rangsang kuat tidak akan memberikan rangsang verbal.
Pergerakan tidak berarti berhubungan dengan stimulus.
5. Koma
Tidak dapat memberikan respon walaupun dengan stimulus maksimal,
tanda vital mungkin tidak stabil.
RESPON SCORING
1. Membuka Mata = Eye open (E)
Spontan membuka mata 4
Terhadap suara membuka mata 3
Terhadap nyeri membuka mata 2
Tidak ada respon 1
2. Motorik = Motoric response (M)
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (raba) 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4
Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal)/postur dekortikasi 3
Ekstensi abnormal/postur deserebrasi 2
Tidak ada respon 1
3. Verbal = Verbal response (V)
Berorientasi baik 5
Bingung 4
Kata-kata respon tidak tepat 3
Respon suara tidak bermakna 2
Tidak ada respon 1
Saraf kranial :
____________________________________ 49
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
1. Test nervus I (Olfactory)
Fungsi penciuman
Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang
baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan sebagainya.
Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
____________________________________ 50
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi
bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian
parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior.
N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum
lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah
simetris dan tertarik keatas.
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx
dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.
Fungsi sensorik :
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan
sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu
sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain
(tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena
pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan baik).
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli
(tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin
(coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan
motorik (kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya)
disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk
pemeriksaan sensorik meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.
3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
4. Garpu tala, untuk rasa getar.
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :
Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk
pemeriksaan stereognosis
Pen / pensil, untuk graphesthesia.
Sistem Motorik :
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri,
impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus pyramidal medulla
spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.
1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi
2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada
berbagai persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara
____________________________________ 51
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang
agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut
kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada
tiap gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan
otot tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi
extremitas klien.
Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan
terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.
Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.
3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya
dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala
Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau
melawan tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
Aktifitas refleks :
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks
hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = tidak ada respon
1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 = normal ( ++ )
3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap
abnormal ( +++ )
4 = hyperaktif, dengan klonus ( ++++)
____________________________________ 52
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan
plantar fleksi kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau
digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang
digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak
kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung
kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari
lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
2. Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien
difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai
bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.
3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan
lutut.
4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada
sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 135 0 terhadap
tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.
Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau
diencephalon.
Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi
dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
____________________________________ 53
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
TEST DIAGNOSTIK
Lima Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan yaitu Lumbal Pungsi, Angiografi,
Elekto Encephalografi, Elektromiografi, Computerized Axial Tomografi Scan (CT Scan)
Otak
A. Lumbal Pungsi
1. Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada
daerah lumbal
2. Tujuan
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik
maupun kepentingan therapi
3. Indikasi
a. Untuk diagnostik
- kecurigaan meningitis
- Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
- Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
- Evaluasi hasil pengobatan
b. Untuk Therapi
- Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
- Pemberian anesthesi spinal
- Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
4. Persiapan
a. Persiapan pasien
- Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi
meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang
akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang
diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
- Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir
kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
- Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
- Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan
lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis),
dan duk bolong.
- Tabung reaksi tiga buah
- Bengkok
- Pengalas
- Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
- Plester dan gunting
- Manometer
- Lidokain/Xilocain
- Masker. Gaun, tutup kepala
5. Prosedur pelaksanaan
a. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir
tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher
fleksi kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)
____________________________________ 54
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
b. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat
digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1
(Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada
celah interspinosus yang telah ditentukan.
c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun
steril.
d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril
dengan duk penutup.
e. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam
hingga ligamen longitudinal dan periosteum
f. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan subkutis.
Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis
panjang vertebra.
g. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan,
sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus.
Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada
aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila
cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih
dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran
cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.
h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan
manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi
pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai
dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya
perlahan-lahan.
i. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
j. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak,
petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah
satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis
maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada
medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan
tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
k. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3
tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan
CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel,
biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-
apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada
larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi
masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan
cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah terbentuk
endapan putih. Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( -) Cincin putih tidak dijumpai
(+) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan
bila dikocok tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
opolecement (berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat
keruh
____________________________________ 55
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes
cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.
l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100
cc.
m. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali
stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada
bekas tusukan.
6. Setelah Prosedur
a. Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
b. Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
c. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.
7. Komplikasi
a. Herniasi Tonsiler
b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c. Sakit pinggang
d. Infeksi
e. Kista epidermoid intraspinal
f. Kerusakan diskus intervertebralis
B. ANGIOGRAFI
1. Pengertian
Melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Zat kontras dimasukkan melalui arteri.
Biasanya pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin juga pada arteri brchialis dan arteri
femoralis
3. Persiapan Pasien
Menciptakan rasa aman dan nyaman pada diri klien. Persiapan ini meliputi :
a. Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat penyuntikan zat
kontras yang lama kelamaan akan menghilang)
b. Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan
c. Surat izin tindakan telah ditandatangani klien
4. Komplikasi
a. Hematom pada daerah suntikan. Dapat dicegah dengan melakukan balut tekan pada daerah
suntikan
b. Keracunan zat kontras. Dapat dicegah dengan pemberian anti alergi sesuai program
5. Setelah prosedur
a. observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil
____________________________________ 56
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
b. Kompres es pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
mengurangi/mencegah hematom
c. Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam.
d. Jika penyuntikan dilakukan pada daerah femoralis, tungkai harus tetap lurus selama 6-8 jam
e. Catat perubahan-perubahan neurologi setelah tindakan angiografi.
____________________________________ 57
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
3) Gelombang runcing (spike wave)ialah kompleks yang terdiri dari gelombang runcing
yang langsung disusul oleh gelombang lambat. Kompleks tersebut muncul dengan
frekuensi 3 spd secara teratur, sinkron bilateral dan hilang timbul secara tiba-tiba.
4) Gelombang runcing multipel ialah ledakan dari sejumlah gelombang runcing yang
bangkit sekali atau berkali-kali dan biasanya disusul oleh gelombang lambat.
5) Hypsarithmia ialah kompleks yang terdiri dari gelombang lambat yang bervoltase tinggi
dan iramanya tidak teratur dimana berbaur gelombang runcing dan tajam.
4. Indikasi Pemasangan
a. penderita dicurigai atau dengan epilepsi
b. Membedakan kelainan otak organik
c. Mengidentifikasi infark pembuluh darah atau adanya lesi (tumor, hematom, abses)
d. Diagnosa retardasi mental atau over dosis obat
e. Menentukan kematian jaringan otak
5. Penatalaksanaan
a. Persiapan pasien
1) Penyuluhan kesehatan
a) Penderita diberitahu hal-hal yang akan dilakukan. EEG akan dikerjakan diruangan
yang aman (laboratory diagnostik) oleh teknisian EEG. Didalam ruanga penderita
akan dipasang elektroda sebanyak 16-24 dengan pasta, elektroda yang kecil
tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG, tunjukkan melalui gambar atau
video cassate bila memungkinkan..
b) Menganjurkan pada pasien untuk membebaskan rasa gelisah selama 45-60 menit,
pemasangan alat bukan merupakan alat yang berbahaya.
c) Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
stres, kecemasan atau gemetaran akibat pemasangan elektroda.
d) Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan harus dalam
keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran dengan tanpa gerakan sedikitpun
sehingga mendapatkan hasil yang baik.
e) Anjurkan pasien mengikuti perintah petugas selam proseur, antara lain:
- hiperventilasi selam 3-5 menit
- usahakan untuk tetap dapat menutup mata
2) Fisik
a. obat-obatan depresan susunan saraf pusat (alkohol atau tranqualizer) atau
stimulan tidak diberikan selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan karena
akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan
memberikan instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24 – 48 jam
sebelum tindakan.
b. Cairan yang mengandung caffein seperti kopi, cokelat dan the tidak diberikan
selama 24 jam sebelum tindakan dilakukan
c. Rambut harus bersih, bebas dari spray, minyak lotion dan hair fastener.
d. Pasien harus makan pagi sebelum melakukan pemeruiksaan, karen ahipoglikemia
menyebabkan ketidak normalan potensial listrik.
3) Pelaksanaan
a) posisi pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa sehingga nyaman bagi
pasien
b) petugas EEG menempelkan 14-16 elektroda pada lokasi yang spesifik pada kulit
kepala serta menghubungkannya. Melalui kawat penghubung ke mesin/alat EEG.
____________________________________ 58
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
c) Pencetakan garis dasar (gambar dasar) dihasilkan mengikuti 3 urutan pemeriksaan
yaitu hiperventilasi, stimulasi “photic” dan tidur.
Hiperventilasi :
Pasien dianjurkan untuk melakukan hiperventilasi dengan cara mengambil nafas 30-40
nafas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat kenaikan PH serum
kira-kira 7,8 akan menaikkan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan
aktivitas pada pasien epilepsi
Photic stimulasi :
Cahaya yang silau difokuskan kepasien dimana pasien dianjurkan untuk menutup
matanya . stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang
mempunyai kecenderungan mendapat serangan
Tidur :
Pasien dianjurkan untuk tidur, jika pasien tidak bisa tidur dapat diberikan hipnotik yang
bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari aktifitas listrik tersebut diinterpretasikan oleh
neurologi
4) Setelah tindakan
- bersihkan dan cuci rambut pasien
- ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang
- berikan posisi tidur yang baik dan perhatikan pernafasan pasien terutama yang menggunakan obat
hipnotik
- observasi aktivitas kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapat serangan kejang.
D. Elektromyegrafi (EMG)
1. Pengertian
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukur dan mencatat aliran listrik yang ditimbulkan
oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat otot tidak melepaskan listrik, tetapi bila oto
berkontraksi secara volunter potensial aksi dapat direkam.
2. Tujuan
a. membantu membedakan antara gangguan otot primer seperti distrofi otot dan gangguan
sekunder
b. membantu menetukan penyakit degeneratif saraf sentral
c. membantu mendiagnosa gangguan neuromuskular seperti myestania grafis
3. Penatalaksanaan
a. Persiapan pasien
- Menginformasikan kepada pasien seluruh pemeriksaan prosedur ini akan
menyebabkan gangguan rasa nyaman sementara. Khususnya bila pasien sendiri diberi
rangsangan listrik.
- Pastikan bahwa pasien tidak menggunakan obat-obat depresan atau sedatif 24 jam
sebelum prosedur.
- Cegah terjadinya syok listrik
- Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
b. Prosedur
1) prosedur dapat dilakukan disamping tempat tidur atau diruang tindakan khusus.
2) elektroda ditempatkan pada syaraf-syaraf yang akan diperiksa.
3) Dimulai dengan dosis kecil rangsangan listrik melalui elektorda kesaraf dan otot,
apabila konduksi pada saraf selesai maka otot akan segera berkontraksi.
4) Untuk mengetahui potensial otot digunakan macam-macam jarum elektroda dari
nomor 1,3 – 7,7 cm.
____________________________________ 59
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
5) Pasien mungkin dianjurkan untuk melakukan aktifitas untuk menukur potensila otot
selama kontraksi minimal dan maksimal
6) Derajat aktifitas saraf dan otot direkam pada osiloskop dan akanmmemberikan
gambaran grafik yang dapat dibaca.
7) Perawat berusaha memberikan rasa nyaman dan memantau daerah penusukan
tarhadap kemungkinan terjadinya hematoama.
c. Setelah tindakan
- Berikan kompres es pada daerah hematoma untuk mengurangi rasa nyeri.
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan klien untuk beristirahat
____________________________________ 60
Alle/Sistem Persarafan/Assesment
6. Prosedur
a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali
b. Meja elektronik masuk kedalam meja scanner
c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang
dicurigai adanya kelainan.
d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit
e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai
protektif lead approan.
g. Sesudah pengambilan gambarpasien dirapihkan.
____________________________________ 61
Alle/Sistem Persarafan/Assesment