Anda di halaman 1dari 16

KEMIMPINAN

“ETIKA PERILAKU KEPEMIMPINAN”

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 1

KELAS D

1. NURLAILA LASULIKA (841417189)


2. FITRI TUMALOTO (841417178)
3. ISRA MAHMUD (841417150)
4. AULIYA NURKAMIDEN (841417177)
5. SUPRIYADI DJAFAR (841417034)

FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PROVINSI GORONTALO
T.P 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Etika Perilaku Kepemimpinan. Dan juga kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr.Arifin Suking,S.Pd,M.Pd selaku Dosen mata kuliah
Kepemimpinan yang telah memberikan tugas kepada kami.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang etika perilaku kepemimpinan.
Kami juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu,kami mengharapkan adanya kritik, saran dan
tanggapan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang dibuat.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi yang ingin membaca.
Ebih lanjut kami mohon maaf tentang masalah kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................1

1.3 Tujuan ..................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Etika ..................................................................................................... 3


2.2. Pengertian Etika Kepemimpinan .................................................................... 4
2.3. Beberapa Teori Etika ........................................................................................ 5
2.4. Fungsi Etika Kepemimpinan ........................................................................... 7
2.5. Saran untuk menjadi pemimpin etik ............................................................... 8
2.6. Komponen Beserta Pentingnya Etika Kepemimpinan ................................. 9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................11

3.2 Saran ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan tanpa etika adalah malapetaka karena dapat menimbulkan
ketidakstabilan dan kehancuran. Seorang pemimpin wajib untuk memimpin dengan
berpondasikan etika yang kuat dan santun. Sebab, tanpa etika kepemimpinan, maka
pemimpin tidak akan pernah mampu menyentuh hati terdalam dari para pengikut.
Dan dia juga akan mnejadi yang gampang untuk di olok-olok oleh lawan dan
kawan. Bila lawan, kawan, dan bawahan sudah suka meperolok-olokkan pemimpin,
maka malapetaka akan menjadi sahabat kepemimpinan tersebut.
Seorang pemimpin yang memiliki etika akan mampu membawa organisasi
yang dipimpinnya sampai ke puncak keberhasilan dengan memanfaatkan semua
potensi yang ada pada semua anggota organisasi yang dipimpin. Seorang pemimpin
menjadikan etika sebagai dasar mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber
daya manusia, dan meningkatkan nilai dari semua sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi serta menghargai semua kualitas dan kompetensi sumber daya manusia.
Dan bukan seorang pemimpin yang menciptakan jarak antara mimpi dan realitas.
Tetapi dia seorang pemimpin beretika yang membantu semua mimpi pengikutnya
menjadi kenyataan dalam kebahagiaan.
Pemimpin yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan
bakat-bakat hebat yang menjanjikan masa depan cerah. Dia akan mengilhami
semua orang dengan motivasi dan keteladanan untuk mampu mencapai
keunggulan, dan merangsang semua orang untuk berfikir positif dan bekerja efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari etika?
2. Apa pengertian etika kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori etika?
4. Bagaiamana Saran untuk menjadi pemimpin etik?
5. Apa saja Komponen Beserta Pentingnya Etika Kepemimpinan?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui hakikat dari etika
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian etika kepemimpinan
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui Apa saja teori-teori etika
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui Bagaiamana Saran untuk menjadi
pemimpin etik
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui Komponen Beserta Pentingnya Etika
Kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini,
kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata
latin: mos (bentuk tunggal), atau morse (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.(Agoes, Sukrisno. 2009)
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini
dikutip beberapa pengertian etika.
1. Ada dua pengertian etika, sebagai praksis dan sebagai refleksi.
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang
baik dan yang buruk.
3. Istillah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan
atau tingkah laku. Jadi, susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan
manusia yang baik.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral.
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
5. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
6. Menurut Lawrence, Weber, dan post etika adalah suatu konsepsi tentang
perilaku benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita
bermoral atau tidak dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang
fundamental, bagaimana kita berpikir dan bertindak terhadap kita.
2.2 Pengertian Etika Kepemimpinan
Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang
boleh dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar
merupakan perilaku yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang
tidak etis. Apa yang dianggap benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak
etis di suatu negara atau budaya berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya.
Sesuatau perbuatan dianggap etis juga ditentukan oleh tujuannya. Misalnya,
memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di anggap etis, akan tetapi
memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan tidak etis.
Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-
norma, dan hal-hal yang baik-baik. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam
bersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang
lebih baik. Pada dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi pedoman untuk
menjalankan apa-apa yang benar dan tidak melakukan apa-apa yang tidak benar.
Dengan demikian menjalankan suatu kehidupan yang beretika diyakini akan
membawa kehidupan pada suatu kondisi yang tidak menimbulkan efek negatif yang
merugikan bagi kehidupan di sekitarnya.
Ditinjau dari segi evolusi, dimensi etika dapat menjadi faktor kunci
keberhasilan suatu kepemimpinan. Dalam suatu organisasi, kepemimpinan yang
dinilai baik apabila fungsi-fungsi kepemimpinan dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip beretika. Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja
dalam organisasi lebih nyaman dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik
horisontal. Sebab, pelaku-pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan
penuntun berupa prinsip-prinsip etika yang membatasi gerak bersikap dan
bertindak.
Adapun prinsip-prinsip etika berorganisasi adalah :
1. Menjaga perasaan orang lain,
2. Memecahan masalah dengan rendah hati,
3. Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain,
4. Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah,
5. Menanggapi suatu masalah dengan cepat dan sesuai dengan keahlian
(competence),
6. Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value),
7. Mengedepankan sikap jujur, disiplin dan dapat dipercaya.
Hal hal tersebut harus dapat dilakukan oleh seorang pemimpin jika ingin
kepemimpinannya berjalan dengan efektif dan dijadikan panutan karyawan atau
bawahannya. Selain prinsip-prinsip diatas, terdapat pula nilai kepemimpinan yang
perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Nilai kepemimpinan tersebut antara lain:
1. Integritas dan moralitas
2. Tanggung jawab
3. Visi kepemimpinan
4. Kebijaksanaan keteladanan
5. Kemampuan berkomunikasi dengan karyawan maupun pihak luar serta
berkomitmen meningkatkan SDM

Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah


suatu hal yang mudah. Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi
untuk apa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku
organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu
hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan sebagai
dasar bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi.
Sanksi dapat diberlakukan tanpa harus adanya diskriminasi. Oleh karena itu setiap
organisasi hendaknya mempunyai ”kode etik organisasi” yang berfungsi sebagai
alat pengendalian atau pengawasan organisasi.

2.3 Beberapa Teori Etika

Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang
adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik
atau tidak baik. Sebagai ilmu etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi.
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau prespektif
yang berlainan. Sebagaimana dikatakan oleh Peschke S.V.D, pelbagai teori etika
muncul antara lain karena adanya perbedaan prespektif dan penafsiran tentang apa
yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia.
Disamping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk
menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk
mengontrol sutau tindakan atau perilaku. Banyaknya teori etika yang berkembang
tampak cukup membingungkan. Padahal, sifat teori yang semakin sederhana dan
makin mengurucut menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu
gejala secara komprehensif, justru makin menunjukkan kemapanan disiplin ilmu
yang bersangkutan. Untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai teori etika
yang berkembang, berikut ini diuraikan secara garis besar beberapa teori yang
berpengaruh.
1. Egoisme
Rachel memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoism,
yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena
keduanya menggunakan istilah egoisme, namun sebenarnya keduanya mempunyai
pengertian yang berbeda. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Menurut
teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan
suka berkorban, namun semua tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah
ilusi.
Munculnya paham egoisme etis memberikan landasan yang sangat kuat bagi
munculnya paham ekonomis capitalis dalam ilmu ekonomi. Paham ekonomi
kapitalis ini diperoleh oleh Adam Smith. Adam Smith berpandangan bahwa
kekayaan suatu negara akan tumbuh maksimal bila setiap individu diberi kebebasan
untuk mengejar kepentingan nya masing-masing. Pada awalnya paham ini hanya
dianut oleh negara-negara barat, namun kini hampir semua negara didunia ini telah
dipengaruhi oleh sistem kapitalis ini.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata inggris
utility yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan
baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau
dengan istilah yang sangat terkenal. Jadi, ukuran baiknya tindakan dilihat dari
akobat konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau
tidak. Itulah sebabnya, paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologis berasal
dari kata yunani telos yang berarti tujuan.
Perbedaan paham Utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada
siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang
kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
3. Deontologi
Paradigma teori deontology sangat berbeda dengan paham egoisme dan
utilitarianisme yang sudah dibahas. Kedua teori yang disebut terakhir, yaitu teori
egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari
akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu
tindakan memberikan manfaat entah untuk individu atau untuk banyak orang atau
kelompok masyarakat, maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat
suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat,
maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan
berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut
teleology. (Agoes, Sukrisno. 2009)

2.4 Fungsi Etika Kepemimpinan


Etika memengaruhi perilaku pemimpin dan perilaku pera pengikut. Fungsi
etika kepemimpinan ialah sebagai berikut:
1. Norma etika. Setiap organisasi atau sistem soisal yang mapan mempunyai norma
dan nilai-nilai etika di samping peraturan. Norma dan nilai-nilai tersebut
merupakan bagian daripada budaya organisasi.
2. Pemimpin. Norma dan nilai-nilai memengaruhi perilaku semua anggota
organisasi termasuk pemimpin. Khusus bagi pemimpin ia harus memimpin
aplikasi dan penegakan pelaksanaan norma dan nilai-nilai dalam perilaku
organisasi dan perilaku pribadi para anggota organisasi.
3. Perilaku memengaruhi pemimpin yang etis. Norma dan nilai-nilai organisasi
diterapkan dalam perilaku memengaruhi pemimpin. Jika pemimpin menerapkan
norma dan nilai-nilai etika maka terciptalah teknik memengaruhi dari pemimpin
yang etis. Pemimpin menggunakan teknik memengaruhi yang dapat diterima
oleh para pengikut yang juga telah menerapkan norma dan nilai-nilai organisasi
dalam perilakunya.
4. Iklim etika. Penggunaan norma dan nilai-nilai organisasi oleh pemimpin dalam
teknik memengaruhi pemimpin yang dapat diterima oleh para pengikut yang
telah menyesuaikan perilakunya dengan norma dan nilai-nilai organisasi
menciptakan iklim etika dalam organisasi. Iklim etika adalah persepsi pemimpin
dan pengikut mengenai apa yang terjadi secara rutin dalam lingkungan internal
organisasi.
5. Kinerja Pengikut. Iklim etika memungkinkan para pengikut bekerja secara
maksimal, meningkatkan motivasi, etos kerja dan kepuasan kerja para pengikut.
Hambatan-hambatan psikologis pengikut dalam bekerja dihindari. Dengan
demikian akan tercipta kinerja maksimal dari para pengikut.
6. Visi tercapai. Jika kinerja pengikut maksimal maka dapat diprediksi kinerja
organisasi akan maksimal dan visi pemimpin akan tercapai.

2.5 Saran untuk menjadi pemimpin etik


Bila pemimpin memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai
etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-
nilai tersebut sehingga Blanchard dan Peale mengemukakan saran untuk menjadi
pemimpin etik:
1. Berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda, jalan yang
memberikan makna dan arti hidup anda. Sebuah tujuan organisasi yang jelas
juga akan memperkuat perilaku organisasi yang etik.
2. Berperilaku sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa bangga akan
perilaku anda. Kepercayaan diri yang diramu dengan kerendahan hati secara
seimbang akan menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus menghadapi
sebuah dilema dalam menentukan sikap yang etik.
3. Berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda dan diri
anda sendiri.
4. Berperilakulah dengan teguh, memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan
mencapai apa yang dicita-citakannya.
5. Berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.

2.6 Komponen Beserta Pentingnya Etika Kepemimpinan


Secara umum etika sangat dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. Baik
buruknya dalam masyarakat bukan menjadi masalah pribadi tetapi menjadi
kepedulian bersama suatu konteks besar. Dalam suatu organisasilah etika
kepemimpinan sangatlah penting. Pemimpin harus membuat keputusan yang tidak
hanya menguntungkan tetapi memikirkan pengaruhnya kepada masyarakat.
Pemimpin yang baik akan mengaplikasikan nilai-nilai etika dalam gaya
kepemimpinannya. Oleh sebab itu ia akan dihormati dan dikagumi karyawannya.
Beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta pentingnya;
1. Ethical Communication, menetapkan standar kejujuran untuk setiap
bawahannya.
2. Ethical Quallity, bertanggung jawab dalam memipin, mengendalikan,dan
mendanai dalam hal peningkatan kualitas.
3. Ethical Collaboration, bijak berkolaborasi untuk menciptakan Best practice,
memecahkan masalah dan menemukan isu-isu yang sedang dihadapi organisasi.
4. Ethical Succession Planning, berprinsip memiliki/menuntut kebutuhan akan
pengendalian, memberikan kesempatan kepada penerus untuk berlatih dan
membangun kemampuan kepemimpinan mereka.
5. ethical tenure, bekerja atas permintaan dari entitas, pelanggan, dewan direksi dan
para pemegang saham.
Kita sering mengaitkan etika seseorang dari penampilannya. Karakter individu
yang sebenarnya akan terlihat ketika individu itu berhadapan dengan tekanan,
tantangan atau masalah. Kita bisa memanipulasi orang lain dengan kepintaran,
pengalaman dan kekuatan penampilan luar tetapi kualitas hidup sebenarnya dari
seseorang adalah waktu. Waktu adalah cara pengujian yang ampuh. Kita
membutuhkan waktu untuk mengingat atau mengetahui karakter teman-teman kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang
diboleh dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar
merupakan perilaku yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang
tidak etis. Apa yang dianggap benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak
etis di suatu negara atau budaya berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya.
Sesuatau perbuatan dianggap etis juga ditentukan oleh tujuannya. Misalnya,
memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di anggap etis, akan tetapi
memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan tidak etis.
Kepemimpinan etis merupakan gagasan yang ambigu yang terlihat meliputi
beragam elemen berbeda. Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis
dari seorang pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu
(Bass & Steidlmeier, 1999). Kedua jenis etika itu sulit dievaluasi. Heifetz (1994)
menyatakan tidak ada landasan netral secara etis bagi teoti-teori kepemimpinan,
karena mereka selalu melibatkan nilai dan asumsi implicit mengenai bentuk
pengaruh yang tepat.
Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pada sikap dan
perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi,
yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi, yang sejalan dengan
tujuan maupun maksud tujuan organisasi yang bersangkutan.

3.2 Saran

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.


Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Ardana. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun


Manusia Seutuhnya. 2009. Jakarta. Salemba Empat.
Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku
Keorganisasian. 2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1
jil. : 23 cm.
Fred, Luthans. Perilaku Organisasi. 2006. Yogyakarta.
Kartono,Kartini. 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin
Abnormal itu?. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Kreitner, Robert. Angelo Kinicki. Perilaku Organisasi. 2005. Jakarta. Salemba
Empat.
Rivai,Veithzal. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. 2009. Jakarta. Gelora Aksara Pratama.
Umar, Khairul. Manajemen Organisasi. 2012. Bandung. Pustaka Setia.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian. 2013. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi. 2005. Jakarta. Macanan Jaya
Cemerlang

Anda mungkin juga menyukai