Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Dengan perkembangan dan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah


dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik) dari pola pikir
yang awam dan kaku menjadi lebih modern. hal tersebut sangat berpengaruh
dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang
sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan


berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai
suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat
di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri
kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Belajar adalah sebuah Proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya
untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun
yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah
pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih
baik dari sebelumnya.

Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya


pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh darikonteks yang terbatas dan
sedikit demi sedikit. Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang
menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran manusia. Unsur-
unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universitas tetapi tidak begitu
kentara dan tidak ditekankan. Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu
pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswaa/anak
didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang
pengetahuan menurut pengalaman masing-masing.

Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha


murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip
Student Centered bukan teacher Centered. Blok binaan asas bagi ilmu
Pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktivitas mental yang
digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan
pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan
menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan
sekitar. Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri.
Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan
pemikiran mereka.

Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru


harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila
istilah baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari
pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu
pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan
Konstruktivisme.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan


bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara
aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini
bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan bukan
hanya ditransfer dari guru kepada pelajar. Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang
pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau
mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.

Di dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang


berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu
dengan lainnya, berpikir secara kritis tentang cara terbaik menyelesaikan setiap masalah.
Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anaknya bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong (encourage)
siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Pada saat
siswa memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar
atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide
seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat
masuk akal siswa (dalam Suherman, 2003).

Merrill mengemukakan asumsi-asumsi konstruktivisme adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman;


2. Pembelajaran adalah sebuah interpretasi personal terhadap dunia;
3. Pembelajaran adalah sebuah proses aktif yang di dalamnya makna dikembangkan atas
dasar pengalaman;
4. Pertumbuhan konseptual datang dari negosiasi makna, pembagian perspektif ganda,
dan perubahan bagi representasi internal kita melalui pembelajaran kolaboratif;
5. Pembelajaran harus disituasikan dalam seting yang realistis; pengujian harus
diintegrasikan dengan tugas dan bukan sebuah aktivitas yang terpisah.

Steffe dan Kieren (1995) mengungkapkan beberapa prinsip pembelajaran dengan


pendekatan konstruktivisme diantaranya bahwa observasi dan mendengar aktivitas serta
pembicaraan matematika siswa adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk
kurikulum, dan untuk cara-cara dimana pertumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi.

2. Ciri – Ciri dan Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme

Dalam konstruktivisme proses pembelajaran senantiasa “problem centered approach”


dimana guru dan siswa terikat dalam pembicaraan yang mempunyai makna matematika. Ciri-
ciri tersebutlah yang akan mendasari pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
(dalam Suherman, 2003).

Menurut Hudojo (dalam Hermayani, 2008), ada tiga ciri yang harus dimunculkan
dalam proses pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme yaitu sebagai
berikut:

a. Pembelajar harus terlibat secara aktif dalam belajarnya.


b. Pembelajar belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir;
c. Informasi baru harus diikutsertakan dengan informasi lama sehingga menyatu dengan
struktur kognitif yang dimiliki oleh pembelajar;
d. Orientasi pembelajarannya berdasarkan pemecahan masalah.

3. Prinsip Pendekatan Konstruktivisme

Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran. Menurut


Mohammad (2004:4) prinsip utama dalam pembelajaran konstrutivisme adalah:

a. Penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran, yaitu peserta didik belajar melalui
interaksi dengan guru atau teman,

b. Zona perkembangan terdekat, yaitu belajar konsep yang baik adalah jika konsep itu
berada dekat dengan peserta didik,
c. Pemagangan kognitif, yaitu peserta didik memperoleh ilmu secara bertahap dalam
berinteraksi dengan pakar, dan
d. Mediated learning, yaitu diberikan tugas komplek, sulit, dan realita kemudian baru
diberi bantuan.

Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan konstruktivisme lebih


menekankan keaktifan dan peran serta peserta didik dalam pembelajaran, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum.

4. Pembelajaran Matematika Dalam Paradigma Konstruktivisme

Menurut Hudojo (1998:6) pembelajaran matematika dalam pandangan


konstruktivisme adalah membantu siswa membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi dan transformasi dari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu sehingga terbangun kembali menjadi konsep/prinsip
baru. Oleh karena itu, pembelajaran matematika merupakan suatu proses aktif dalam upaya
membantu siswa membangun pemahaman.

Alexander & Murphy (dalam Kauchack, 1998:9) mengajukan 5 pertanyaan umum


tentang belajar dan mengajar yang sejalan dengan pendapat Good & Grophy, yaitu:

- Pengetahuan awal siswa mempengaruhi belajarnya


- Siswa perlu memikirkan strategi belajarnya
- Motivasi berpengaruh kuat pada belajar
- Perkembangan dan perbedaan individual mempengaruhi belajar
- Kontek sosial di dalam kelas mempengaruhi belajar

Berdasarkan karakteristik konstruktivisme dan pernyataan umum tentang belajar


mengajar yang disebutkan itu, terdapat kesesuaian yang khas dalam belajar matematika untuk
mengorganisasikan dan menstrukturkan pengetahuan. Pertama, adalah karakteristik yang
mengatakan bahwa belajar yang baru bergantung pada pemahaman sebelumnya. Hal ini
berkenan dengan pengetahuan prasyarat untuk belajar yang terlepas dari sifat struktur
matematika itu sendiri.

Di dalam belajar matematika, seseorang yang mempelajari konsep B sebelum


memahami konsep A atau suatu konsep yang lebih tinggi tingkatannya (higher-order
concept) hanya dapat dipahami melalui konsep yang lebih rendah tingkatannya (lower-order
concept) (Hudojo, 1990:4). Kedua, adalah pernyataan tentang perkembangan dan perbedaan
individual. Siswa pada tahap berpikir konkrit akan kesulitan apabila matematika disajikan
dalam bentuk abstrak. Karena itu, memerlukan penyesuaian pembelajaran yang menyajikan
sebagai bentuk representasi konsep matematika untuk membantu siswa agar dapat
memudahkan belajarnya. Sebagai contoh, konsep tentang perkalian bilangan cacah akan sulit
atau mungkin tidak dapat dipahami oleh siswa yang belum memahami penjumlahan, fakta
dasar bilangan, fakta dasar penjumlahan, fakta dasar perkalian dan yang lainnya. Sebaliknya,
konsep perkalian dapat direprestasikan dari bentuk abstrak-simbolik ke bentuk konkret
sebagai penjumlahan berulang untuk memudahkan siswa memahaminya.

Kauchack & Eggen (1998:192-193) mengemukakan bahwa pembelajaran untuk


memfasilitasi konstruksi pengetahuan memuat 4 aspek penting sebagai berikut.

- Pembelajaran berfokus pada penjelasan dan jawaban siswa atas masalah atau
pertanyaan.
- Penjelasan dan jawaban datang dari siswa
- Penjelasan dan jawaban bersumber dari representasi konsep.
- Guru membantu siswa mengkonstruk pengetahuan dengan mengarahkan interaksi
sosial dan menyediakan representasi konsep.

Karakteristik lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan


konstruktivisme,dikemukakan oleh Indrawati (1999), sebagai berikut:

- Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan serta
dapat merespon situasi pembelajaran dengan membawa konsepsi awal sebelumnya.
- Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin melibatkan proses aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang sering kali melibatkan negosiasi interpersonal.
- Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal dan sosial.
- Seperti siswa, guru juga membawa konsepsi awal ke dalam situasi pembelajaran, baik
mengenai materi pelajaran, dan pandangan mereka tentang pembelajaran.
- Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan pengaturan
situasi kelas serta tatanan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpikir
secara ilmiah.
- Kurikulum bukanlah sesuatu yang sekedar dipelajari melainkan seperangkat program
pembelajaran, materi, sumber, serta pembahasan yang merupakan titik tolak siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan.

5. Keuntungan Dan Kelemahan Pembelajaran Dengan Pendekatan


Konstruktivisme
a. Keuntungan
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini akan memberikan keuntungan
kepada siswa, yaitu dapat membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan masalah,
menciptakan kreativitas untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan
kreatif, terjalinnya kerja sama sesama siswa, dan siswa terlibat langsung dalam melakukan
kegiatan, dan dapat menciptakan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena timbulnya
kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga
dengan hasil temuannya, serta melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.

b. Kelemahan

Sedangkan kelemahannya adalah siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, tidak


jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli
matematika, hal ini dapat mengakibatkan salah pengertian (miskonsepsi).

https://tjulifa.wordpress.com/2013/11/15/pendekatan-pembelajaran-
konstruktivismekontekstualproblem-solvingpmri/

https://www.academia.edu/10321910/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_KONSTR
UKTIVISME

Anda mungkin juga menyukai