a. Perasaan atau identitas diri yang kuat oleh suatu individu dengan
berkeyakinan bahwa aktivitas dan kontribusi mereka adalah untuk diri
mereka dan kelompoknya
b. Adanya kesadaran dan kebutuhan untuk melakukan perubahan oleh
tiap individu yang biasanya berupa tekanan dari kelompoknya.
Berikut adalah beberapa contoh strategi untuk dapat merubah perilaku (Hermien,
2018):
a. Mengeluarkan instruksi, aturan, dan ancaman yang sifatnya memaksa
b. Menakut- nakuti bahaya atau dampak yang ditimbulkan akibat melanggar
aturan yang diberlakukan
c. Memberi imbalan atas apa yang terlah dilakukan atau atas ketaatan akan
aturan. Imbalan dapat berupa pujian atau hadiah
d. Membina hubungan baik dengan orang lain
e. Memberi contoh- contoh yang baik pada orang lain
f. Memberikan kemudahan fasilitas dan akses
g. Menanamkan kesadaran dan menumbuhkan motivasi.
- Autonomous motivation
Merupakan jenis motivasi yang menitikberatkan nilai-nilai atau kepentingan
pribadi individu. Jadi motivasi ini berdasar pada nilai atau tingkatan
ketertarikan individu.
- Controlled motivation
Merupakan jenis motivasi yang kurang ditentukan oleh diri sendiri dan lebih
cenderung dilakukan akibat tuntutan tertentu.
- Amotivation
Merupakan kondisi dimana individu tidak termotivasi dan tidak terdorong
untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Kerner, 2017).
Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation decision
process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu,
sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai
dengan pada saat dia menerima atau menolak ide baru tersebut. Mula-mula Rogers
dibantu oleh rekannya bernama Shoemaker (1971), menyatakan bahwa proses adopsi
inovasi itu melalui 5 tahapan, yaitu : mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru
(awareness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberikan
penilaian (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka
individu tersebut setuju untuk menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono,
1997).
Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini
ternyata Rogers dan Shoemaker menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak berhenti
segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi
sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karenanya, maka Rogers dan
Shoemaker (1978) mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan
keputusan tentang inovasi ini menjadi 4 tahap utama, yaitu:
b. Teori S-O-R
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab
atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi
stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak
seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif
(menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil
perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance) (Priyono,
2014).
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau
obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi
(Priyono, 2014) :
HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk memprediksi
dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan perempuan pada
1970-an dan 1980-an (Hall, 2012). HBM digunakan untuk membantu
mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen, Brodkin, dan
Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan mengambil tindakan untuk
mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai monitor untuk penyakit atau
kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika mereka: (1) menganggap diri
mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi tertentu, (2) percaya bahwa kondisi
tertentu memiliki konsekuensi yang serius, (3) percaya bahwa tindakan baik akan
mengurangi kerentanan mereka atau mengurangi keparahan kondisi, dan (4) percaya
bahwa kondisi tertentu dapat mengantisipasi hambatan (atau biaya) dengan
mengambil tindakan yang sebanding dengan keuntungan dan (5) kombinasi
kerentanan yang dirasakan dan tingkat keparahan yang dirasakan atau sering disebut
sebagai ancaman.
Champion dan Skinner (dalam Glanz, 2008) mengemukakan adanya enam aspek
dari health belief model (HBM), yaitu:
Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak. Force
Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt Lewin untuk
mendiagnosa situasi lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada saat dijalankannya
perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving Forces) adalah kekuatan-
kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif untuk melakukan perubahan.
Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan (Restraining Forces) adalah kekuatan-
kekuatan yang menolak adanya perubahan dengan menahan atau mengurangi
kekuatan yang mendukung perubahan. Pada saat perubahan terjadi, kekuatan –
kekuatan tersebut saling menekan dan pada akhirnya kekuatan yang mendukung akan
semakin banyak dan kekuatan yang menolak akan semakin sedikit (Irina, 2011)
a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi karena
adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-
perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan
dengan perilaku yang bersangkutan.
b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut.
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
g. Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan pada
peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh Sullivan & Decker
(1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan kemahiran berkomunikasi
digunakan selama proses perubahan dengan anggota system sebagai target utama.
Teori Lewin dikembangkan menjadi tujuh tahapan proses berikut ini:
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan berikan
diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia yang
ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan kapasitas seluruh
perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis penilaian
diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy, rencana ke depan, dan
komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana tindakan
dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator kelompok,
keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan mengidentifikasi
peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik diri.
Beberapa teori motivasi yang pada umumnya dikenal dan dikemukakan oleh
para ilmuwan yang menekuni kegiatan pengembangan teori motivasi. Dikutip dalam
buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teori motivasi tersebut antara lain:
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik
Abraham Maslow, ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan
fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional),
sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan
(faktor penghargaan internal dan ekternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan dirisendiri).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-mtif yang lebih tinggi akan
menjadikurang signfikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi
dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam
masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari maka,
perlindungan, dan rasa aman.
Menurut Hasibuan (2012: 160), Douglas Mc. Gregor adalah seorang psikolog
sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal motivasi dan
tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor terkenal dengan teori X
dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of Enterprise (Segi Manusiawi
Perusahaan). Afin Murty (2012: 68) menyebutkan bahwa menurut Mc. Gregor, dalam
berhubungan dengan karyawannya, manajer memiliki asumsi-asumsi yang
digolongkan dalam teori X sebagai berikut:
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan
e. Memanfaatka umpan balik yang konkrit dalam semua kegiata yang dilakukan.
8. Teori X-Y
Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap seseorang
akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut adalah:
1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X
Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan lebih suku
diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang menerima tanggung jawab, malas
dan selalu ingin aman saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan
keuntungan finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau
hadiah.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia suka
bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya bermain dan kontrol
terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang esensial.
Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis
(Hasibuan, 1996).
1. Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif
berhasil mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
2. Aspek pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat
mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah
perubahan perilaku yang diinginkan.
a. Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia
yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya
perubahan perilaku.
b. Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang diharapkan
akan dapat memenuhi perubahan perilaku yang diharapkannya tersebut.
c.
III. Jenis motivasi
Menurut Sardiman (2011), jika berbicara tentang macam atau jenis motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga motivasi itu sangat bervariasi.
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya.
Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt
behaviour. Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan
perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang
konkrit dan positip (Notoatmodjo, S., 2003). Beberapa strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia
mau melakukan perilaku yang diharapkan. Cara ini menyebabkan perubahan
yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan
terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri (keemahan). Sebagai contoh adanya
perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak
pagar yang kurang terawat.
2) Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi
menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini
akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih
langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal
ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut
aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara
ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan
tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis
yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang
langgeng (Notoatmodjo, S., 2003).