Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dian Purnama Sari.

S
Nim : 17031058
Prodi : pendidikan biologi

Kenapa Indonesia Tidak Boleh Protes Rendang Diklaim Malaysia?

Jakarta, CNN Indonesia -- Jika membahas tentang warisan kuliner, penduduk Indonesia
sempat terbakar oleh rasa nasionalisme saat beberapa masakan Nasional diklaim sebagai
masakan asli Malaysia.
Polemik rendang, misalnya, yang sempat membuat hubungan kedua negara serumpun ini
merenggang. Termasuk juga Lumpia Semarang, yang juga diakui Malaysia sebagai masakan
tradisional negaranya.
Pemerhati warisan kuliner Nusantara Bondan Winarno mengatakan, dia sendiri tidak
habis pikir betapa mudahnya orang-orang Indonesia marah untuk urusan tersebut.
“Lucunya orang-orang kita gampang marah. Kalau rendang disebut sebagai masakan
Malaysia marah. Saya bilang, 'jangan marah kalau kamu sendiri enggak pernah makan rendang,”
kata Bondan saat ditemui di peresmian sebuah pusat kuliner di Pondok Cabe, Tangerang Selatan,
Kamis (23/4).
“Kamu sendiri kalau pergi ke luar negeri oleh-olehnya apa, enggak bawa rendang
bawanya malah donat (menyebut merek donat waralaba dari luar negri). Yang ditenteng bukan
rendang Padang, jadah manten dari Yogya. Itu karena kita sendiri enggak bangga,” kata Bondan
melanjutkan.
Kita tidak memakai masakan Indonesia sebagai pusat dari kehidupan sehari-hari, ujarnya.
Bondan bercerita tentang kejadian di negara tetangga Indonesia, Singapura, tentang penghargaan
pemerintah dalam melestarikan kuliner bangsa.
“Di Singapura, pemerintahnya sadar bahwa kalau mereka tidak melakukan sesuatu,
masakan pinggir jalan akan tergusur, akan hilang. Karena itu pemerintahnya memberikan subsidi
yang luar biasa,” ucap Bondan.
Pemerintah Negeri Merlion tersebut bahkan membangun sekolah khusus untuk
mempelajari masakan tradisionalnya. “Siapa yang belajar di situ dikasih subsidi 90 persen.
Maksudnya apa? Supaya banyak yang belajar, dan supaya resep-resep tradisional mereka tetap di
jaga.”
Menurutnya, kita jangan hanya menyediakan makanan. “Kalau menyediakan makanan
pergi ke mal juga banyak. Tapi, konsepnya seharusnya destinasi wisata.”

Di Indonesia, Bondan berkata, wisata yang paling siap sebetulnya adalah kuliner. Dia
memberikan contoh, “Kalau Anda mau ke Semarang, destinasi wisatanya apa sih? Gedung Batu,
jauh panas. Lawang Sewu, banyak setannya ngapain,” ujarnya sambil berguyon.
“Tapi kalau Anda saya kasih daftar makanan Semarang yang maknyus semua, saya jamin
tiga hari tiga malam Anda sudah kekenyangan, padahal daftarnya masih belum selesai. Nah itu
terjadi di banyak kota di Indonesia.”
Contoh nyata makanan tradisional mulai tergusur di tanah kelahirannya sendiri adalah
makanan Betawi. Bondan bertanya, “Mau makan makanan betawi di Jakarta Pusat, siapa yang
bisa tunjukkan? Enggak ada kan. Artinya, di Jakarta Pusat makanan Betawi sudah terpinggirkan.
“Kita tanya lagi, di Jakarta Timur ada  enggak? Ada, tapi sudah masuk pinggiran
Ragunan, Jagakarsa, Srengseng Sawah. Jakarta Selatan ada enggak? Ada tapi lagi-lagi tempatnya
di pinggiran, salah satu yang terbaik di Pondok Cabe.”
Dari situ kita bisa melihat, bahwa jika tidak ada upaya, maka semua masakan Indonesia
akan terpinggirkan, ujar Bondan.

Dari kasus trsebut, ini berhubungan dengan identitas nasional bangsa indonesi. Identitas
nasional berasal dari kata identitas dan nasional. Identitas sendiri berasal dari kata "identitu"
yang artinya ciri-ciri atau jati diri yang dimiliki oleh seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan hal yang lain. Sementara kata "nasional" memiliki arti identitas yang
melekat pada setiap orang atau kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan
pada banyak hal seperti fisik maupun no-fisik, seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Maka
kedua kata ini akhirnya membentuk suatu sebutan yang pada akhirnya melahirkan tindakan
kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi
atribut-atribut nasional.

Hal di atas di pengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi menimbulkan banyak dampak


karena perkembangannya yang semakin pesat lewat kemajuan teknologi dan komunikasi.
Pengaruh globalisasi pada identitas nasional ini meliputi 2 sisi, pengaruh positif dan negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain-lain. Hal ini mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat
Indonesia. Globalisasi pun telah merambah masuk dalam kehidupan bangsa Indonesia di segala
sektor, yang nantinya berdampak pada budaya berpikir masyarakat Indonesia.

Dampak dari globalisasi adalah terciptanya pasar internasional yang mampu


meningkatkan kesempatan kerja dan peluang untuk mendirikan usaha. Dengan hal ini, kehidupan
ekonomi masyarakat akan menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

Selain itu, dampak lainnya adalah semakin majunya ilmu pengetahuan di Indonesia lewat banyak
sumber-sumber yang dapat diakses melalui internet dengan mudah, karena itu kita semakin
mudah mendapatkan informasi dari luar negeri dan mampu ikut bersaing dengan negara
lain.Mengikuti budaya kebarat-baratan yang cenderung menekankan etos kerja dan menekankan
pada kedisiplinan juga menjadi dampak dari globalisasi yang menguntungkan.

Pengaruh lainnya yaitu batas-batas wilayah negara menjadi tidak terlihat. Batas-batas
wilayah negara yang semula merupakan pedoman penting dalam perkembangan masyarakat kini
menjadi kurang perhatian dan bahkan bisa saja tidak relevan. Kecenderungan ini menimbulkan
peruhahan-perubahan didalam sikap serta perilaku sesuatu masyarakat atau bangsa. Perubahan
tersebut terjadi karena orang atau masyarakat tersebut tidak mampu membendung pengaruh yang
berasal dari kemajuan teknologi dan komunikasi.

Namun ternyata realita tidak seindah apa yang kita inginkan. Menurut saya
penggambaran identitas nasional Indonesia sekarang tidak sama lagi seiring dengan berjalannya
zaman. Pola pikir masyarakat sudah banyak berubah dan menurut saya sudah banyak terjadi
penyimpangan terhadap identitas kita. Salah satunya adalah terhadap dasar negara kita,
Pancasila.

Pada sila ke-1 terjadi kelemahan sistem pendidikan agama di negara ini yang terkadang
mengunggulkan agamanya sendiri.Pada sila ke-2 sekarang ini banyak moral pemuda yang tidak
memanusiakan manusia lain. Banyak sekali terjadi kasus penganiyayaan junior oleh senior,
perkelahian antar teman yang berakibat kematian.Pada sila ke-3 sekarang semakin memudar.
Karena oknum-oknum tertentu yang menginginkan haknya dipenuhi, mereka rela melakukan
protes untuk menciptkakan negara baru dan lain sebagainya.Pada sila ke-4 yaitu mengenai
kepemimpinan yang sekarang tidak demokratis. Pada sila ke-5 Selanjutnya mengenai keadilan,
semakin tidak adilnya orang-orang beruang dengan rakyat miskin. Hal ini karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.

Hal ini terjadi karena kita belum menanamkan jati diri kita atau identitas kita pada diri
kita sendiri. Masyarakat Indonesia cenderung sering kehilangan arah dan sering "ikut-ikutan"
saja. Namun apabila kita lihat tetangga kita, Jepang, yang sejak zaman restorasi. jauh sebelum
globalisasi- selalu menanamkan pada diri mereka bahwa mereka adalah orang Jepang, mereka
harus melakukan sesuatu untuk Jepang, mereka harus mejunjung tinggi nama Jepang, Jepang
adalah tanah airku. Lain halnya dengan masyarakat Indonesia yang kebanyakan masih tidak
paham akan keberadaan Indonesia sebagai tanah air yang seharusnya dijunjung tinggi. Hanya
nyanyian "Tanah Airku" saja yang bisa dinyanyikan tapi tidak ada pemaknaan di dalam itu.

Menurut saya, pembenahan ini bisa kita mulai dari pembenahan pola pikir masyarakat.
Pola pikir ini terbentuk karena banyak faktor dari dalam maupun luar. Kita bisa membantu
membenahi faktor dari luar yaitu lewat pendidikan. Kita dididik dalam pendidikan formal
maupun tidak. Contohnya dalam pendidikan formal, kita diajarkan tentang materi Pendidikan
Kewarganegaraan. Materi ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk menanamkan
kecintaan dan kesadaran pada negara kita. Namun, stigma masyarakat dan pelajar masih sering
menganggap pembelajaran ini tidaklah penting. Maka dari itu, kita seringkali hanya hapal teori
tapi dalam sehari-hari kita tidak mampu menerapkannya. Salah satunya, kita sendiri tahu kalau
aturan dibuat untuk mengatur kita, namun kenyataannya kita masih suka tidak mengenakan helm
saat berkendara dan memilih jalan pintas untuk menghindari tindakan hukum. Padahal kita tahu
tapi kita tidak menjalankan teori yang kita ingat dari zaman sekolah. Karena itu, mengubah pola
pikir masyarakat bahwa PKn adalah pelajaran yang tidak dibutuhkan adalah sangatlah penting.

Semakin bertambahnya zaman, pengaruh globalisasi akan semakin kuat dan meluas.
Inilah tantangan kita sekarang. Kita tidak bisa menunggu zaman berganti lalu biarlah anak cucu
kita yang membenahi segalanya supaya Indonesia mampu berjaya. Tetapi, mulai dari
sekaranglah kita harus berbenah. Berbenah apa? Ya pola pikir masyarakat kita. Terutama
masyarakat muda, atau yang biasa menyebut dirinya milenial, supaya mulai menggunakan
pikiran kita untuk hal-hal yang membangun. Mulailah menanamkan rasa cinta pada tanah airmu,
bukan hanya bisa mencibir dan terima saja "inilah Indonesia", menggunakan kemajuan IPTEK di
era globalisasi ini dengan benar. Menggunakan media sosial untuk hal yang membangun,
mulailah berargumen yang santun, tidak saling menjatuhkan sama lain.

Selain itu upaya yang harus dilakukan antara lain, berusaha menemukan kembali dan
membangun jati diribyang berarti membangun karakter dengan menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan jati diri dan siap menjadi pemimpin yang
berkarakter, mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, menggunakan bahasa indonesia
dengan baik dan benar, dan mencintai, menjaga, serta melestarikan budaya daerah.

Memang cukup sulit untuk mengubah pola pikir, namun sebagai masyarakat yang
berpendidikan dan bermartabat, marilah kita bergerak dan berusaha untuk mengubah pola pikir
kita mulai dari sekarang. Kita tidak bisa menghindari dampak dari berbagai ha yang merusak
identitas kita, namun kita bisa memeranginya dengan memunculkan kembali identitas nasional
Indonesia dan mengatasi dampak negatif tersebut.

Anda mungkin juga menyukai