Anda di halaman 1dari 3

AL – AHKAM AL – KHAMSAH

A. Kandungan Makna Hukum

Makna hukum secara etimology (harfiyah), Hukum bukan asli berasal dari Bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kata hukum, diartikan sama dengan kata ugeran,
patokan atau kaidah. Dalam bahasa Belanda hukum itu disebut recht, yang juga berarti
lurus, artinya tidak bengkok (niet kro).

Dalam bahasa Latin rectum, yang berarti pimpinan. Dalam ungkapan kata rectum
tersimpan didalamnya unsur autorita, kewibawaan. Jadi dalam hukum tersimpan
didalamnya unsur kewibawaan. Kata recht juga merupakan bagian dari kata
gerechtigheid yang berarti keadilan. Dengan demikian dalam kata hukum terkandung
pengertian kewibawaan dan keadilan. Dalam bahasa Latin ius berarti hukum. Kata ius
dari kata iustitia, yang berarti keadilan dan lex yang berarti Undang-undang. Kata lex
berkaitan dengan bahasa Perancis loi dan bahasa Inggris law. Dalam bahasa Belanda law
sama dengan wet. Dalam kata lex terkandung didalamnya pengertian autorita atau
kewibawaan.

Dalam bahasa Arab, berasal dari kata kerja hakama yang artinya sama dengan
qadla dan qarrara yang artinya menghukum, memutus, menetapkan. Kata mahkamah
sama artinya dengan kata Dar al-Qadla yang artinya pengadilan, tempat memutus. Kata
Al-hikmatu diambil dari akar kata hakama, yang artinya sama dengan kata al-ad-lu,
al-‘ilmu, dan al-hilmu, yang artinya keadilan, kearifan dan kebijaksanaan. Makna
hakama, dalam hukum, tersimpul makna keadilan. Dari kata hakama muncul kata al-
hukumat yang artinya pemerintahan atau Negara. Kata hakama, sama dengan kata sasa,
amara, qada yang artinya memerintah, memimpin. Kata al-qaid yang berarti pemimpin
sama dengan arti kata al-rais dam al-amir artinya kepala, pemimpin atau raja. Dan dapat
disimpulkan didalamnya mengandung makna kewibawaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa hukum secara etimologis terdapat 2 unsur utama,
yaitu :
a. Unsur kewibawaan (autorita)
b. Unsur keadilan.

B. Hubungan Hukum, Moral dan Agama

Hukum berfungsi mengatur hidup masyarakat agar tertib, aman, damai dan tiap
individu tidak saling mengganggu hak orang lain dan hukum juga berfungsi sebagai suatu
sarana perekayasaan untuk mengubah masyarakat kearah yang lebih sempurna (as a tool
of social control) sebagai alat untuk mengecek benar tidaknya sesuatu tingkah laku (as a
tool of justification), dan sebagai alat untuk mengontrol pemikiran dan langkah-langkah
manusia agar mereka selalu terpelihara, tidak melakukan perbuatan yang melanggar
norma hukum (as a tool of social control). Hukum merupakan sandaran atau ukuran
tingkah laku atau kesamaan sikap (standard of conduct) yang harus ditaati oleh setiap
anggota masyarakat.

Secara harfiyah moral berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari mos
adalah adat kebiasaan. Yang artinya sama dengan etika yang berasal dari bahasa Yunani
ethos, yang berarti adat kebiasaan. Menurut Frans Magnis Suseno, yang dimaksud moral
adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, patokan-patokan, lisan atau tertulis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar dapat menjadi manusia yang baik.
Etika adalah filsafat atau pemikiraan kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan moral.

Perbandingan hukum dengan moral menurut para ahli, antara lain :


1. Hukum obyeknya perbuatan lahir sedangkan moral perbuatan batin;
2. Tujuan hukum mengatur agar masyarakat tertib, aman dan damai dalam
masyarakat sedangkan tujuan moral untuk menyempurnakan kehidupan manusia;
3. Hukum bekerja dengan paksa sedangkan moral dengan kekuatan batin
(kesadaran);
4. Hukum menghendaki legalita sedangkan moral dengan moralita;
5. Hukum kadang-kadang memperbolehkan yang dilarang oleh moral.

Islam secara hakiki tidak memisahkan hukum dan moral (akhlaq), karena moral
(akhlak) adalah inti hukum. Sasaran akhir agama adalah memperbaiki dan
menyempurnakan moral (akhlak).

C. Ahkam Al – Khamsah

Islam memberikan isi hukum dengan 5 penilaian yang berkaitan dengan peranan
moral dan hukum, yaitu wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah atau jaiz yang disebut
al-ahkam al-khamsah.

Dalam pandangan Islam, awalnya hukum segala sesuatu adalah boleh


(mubah/jaiz) artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan.

Sunnah, dalam ahkam al-khamsa berarti jika dilakukan akan mendapat pahala
dan manfaat bahkan masyarakat akan menyenangi dam mungkin member pujian.
Sedangkan yang meninggalkan sunnah tidak akan mendapat dosa, hanya akan mendapat
perlakuan yang tidak disenangi oleh masyarakat. Tetapi jika sesuatu yang mubah itu
dapat menimbulkan akibat buruk bagi masyarakat, maka akan menjadi sesuatu yang tidak
disenangi, dibenci dan dicela.
Makruh, bagi seseorang yang meninggalkan makruh akan mendapat pahala dan
akan disenangi masyarakat. Wajib, seseorang yang mengerjakan kewajiban akan
mendapat pahala, sedangkan mereka yang meninggalkan kewajiban akan mendapat
sanksi hukuman (siksa). Hukuman tersebut bisa berupa penderitaan terhadap jiwa, badan,
kehormatan, kebebasan, pengorbanan harta. Haram, dalam poin ini manfaatnya sama
dengan Wajib, yaitu jika meninggalkan larangan tersebut akan mendapatkan pahala. Dan
jika yang mengerjakan larangan tersebut akan mendapat merasakan sanksi hukuman
(siksa).

Anda mungkin juga menyukai