Anda di halaman 1dari 9

UJI AKTIVITAS EKSTRAK HERBA SELEDRI (Apium Graveolens L.

) TERHADAP
ATEROSKLEROSIS PADA BURUNG PUYUH JANTAN

Suhatri2), Kurnia Sri Astuty1), Zet Rizal1)


1)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: niayasri@gmail.com

Aterosklerosis merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Faktor resiko


aterosklerosis yang terbanyak adalah akibat hiperkolesterol, dengan meningkatnya kadar
kolesterol yang beredar di dalam darah dapat mengendap dalam dinding pembuluh darah. Di
Indonesia dalam setahun terdapat 500.000 kasus baru dan 125.000 orang meninggal dunia
akibat aterosklerosis. Pada penelitian ini di uji efek ekstrak seledri (Apium graveolens L)
terhadap penghambat pembentukan aterosklerosis pada burung puyuh jantan (Coturnix–
coturnix japonica). Aterosklerosis diinduksi dengan makanan lemak tinggi (MLT) dan
propilthiourasil (PTU). Ekstrak diberikan secara oral selama 60 hari. Dosis yang digunakan
adalah 25 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, 100 mg/KgBB. Hasil penelitian menunjukan pemberian
ekstrak seledri, hanya dosis 50 mg dan 100 mg yang dapat mencegah terjadinya
aterosklerosis pada burung puyuh jantan dengan signifikan (P<0,05).
Kata Kunci : Ekstrak herba seledri, Apium graveolens L, Aterosklerosis, prophylthiourassil

ABSTRACT

Atherosclerosis is a very dangerous disease. The most atherosclerotic risk factor is


due to hypercholesterolemia, with increased cholesterol levels circulating in the blood can
settle in the blood vessel wall. In Indonesia within a year there are 500,000 new cases and
125,000 people die from atherosclerosis. In this study, the effects extract of celery (Apium
graveolens L) on barrier to the formation of atherosclerosis in male quail (Coturnix-coturnix
japonica). Atherosclerosis is induced by high-fat foods (HFF) and propylthiouracil (PTU).
The extract was given orally for 60 days. The dose used was 25 mg / KgBW, 50 mg / KgBW,
100 mg / KgBW. The results showed the provision of celery extract, only doses of 50 mg and
100 mg that can prevent the occurrence of atherosclerosis in male quail with significant (P
<0.05).
Keywords: Herb of celery Extract, Apium graveolens L., Atherosclerosis, prophylthiourassil

PENDAHULUAN seledri. Salah satu kandungan senyawa


Obat tradisional merupakan salah satu kimia pada daun seledri adalah flavonoid
warisan budaya bangsa Indonesia yang berupa apiin. Apiin yang diekstrak dari
telah digunakan selama berabad-abad seledri memiliki aktivitas antioksidan yang
untuk pemeliharaan dan peningkatan sangat baik, dengan melindungi organ
kesehatan serta pencegahan dan penting dari stress oksidatif (Li, et al.,
pengobatan penyakit. Berdasarkan bukti 2014). Pada penelitian yang telah
secara turun temurun dan pengalaman dilakukan fraksi air herba seledri dapat
(empiris), obat tradisional hingga kini menurunkan kadar kolesterol total (Arifin,
masih digunakan oleh masyarakat et al., 2013). Kandungan kimia utama
Indonesia (Departemen Kesehatan seledri berupa apigenin yang mampu untuk
Republik Indonesia, 2008). mencegah darah tinggi dan anti inflamasi.
Salah satu tanaman berpotensial yang Pada penelitian yang telah dilakukan
dipercaya mempunyai kegunaan dalam ekstrak tanin seledri menunjukkan adanya
bidang medis dan juga digunakan sebagai efek signifikan kadar kolesterol total dan
penyedap dalam bumbu masakan ialah LDL (Umarudin, et al., 2012).

1
Penyakit aterosklerosis merupakan digunakan didalam makanan soto, sup, dan
penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit bubur. Berdasarkan latar belakang diatas,
ini ditandai dengan terjadinya penimbunan penulis tertarik untuk meneliti efek ekstrak
lemak yang disebut dengan ateroma pada seledri (Apium graveolens L) terhadap
permukaan dalam arteri. Pada aterosklerosis pada burung puyuh jantan
hiperlipidemia terjadi peningkatan (Coturnix-coturnix japonica) dengan
parameter lipid seperti kadar kolesterol metode histopatologi.
total, lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL), lipoprotein densitas rendah METODE PENELITIAN
(LDL) dan trigliserida serta penurunan Alat dan bahan
kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Alat-alat yang digunakan adalah botol
Dengan terjadinya kerusakan sel endotel maserasi, rotary evaporator (Ika), gelas
pada arteri dan adanya radikal bebas ukur (Iwaki), waterbath (Memmert),
berlebih (stress oksidatif) dalam tubuh corong (Iwaki),krus porselen, timbangan
dapat merusak asam lemak tak jenuh hewan, kandang hewan (Ohaus), TLC
ganda pada membran sel. Apabila terpapar Silica gel 60 F254 (Merck), timbangan
Low Density Lipoprotein (LDL) yang analitik (Ohaus), lumpang dan stamfer,
teroksidasi kemudian berimigrasi bersama jarum oral (Terumo), spatel (Meiden),
sel monosit ke dalam lapisan sub-endotel. beaker glass (Iwaki), gelas ukur (Iwaki),
Monosit akan berubah bentuk menjadi pipet tetes, alat-alat bedah (gunting,
makrofag. Makrofag pada lapisan ini akan pinset,kapas), kaca objek, inkubator,kaca
memfagosit LDL teroksidasi sehingga arloji (Normax), cover glass (Sail Brand),
terbentuk sel busa, akibatnya terjadilah objek gelas (Sail Brand), rotary microtom
akumulasi sel busa pada dinding pembuluh (Leica Biosistems RM2125 RTS),
darah. Perkembangan selanjutnya krusporselen, lampu sinar UV 366
makrofag menghasilkan faktor (Camag), Tissue Processor (Otomatis
pertumbuhan, sehingga menyebabkan Histologi T Jaringan Processor JH-
poliferasi sel otot polos pembuluh darah. TSGA), Tissue Embedding Center
Akibatnya terbentuklah plak pada (Dispensing Console EC350-1),
pembuluh darah (Kumar, et al., 2007 & mikroskop (Olympus BX 51DP2- BSWDP
Winarsi, 2007). 20).
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan tanaman yang dikenal Bahan yang digunakan adalah
mempunyai sifat antioksidan adalah seledri tanaman seledri, etanol 95 % (PT
yang mengandung flavonoid yang terbukti Bratachem), NaCl fisiologis 0,9 % (PT
mampu meningkatkan pertahanan tubuh Widrata Bhakti), makanan biasa atau pur
terhadap radikal bebas (Buhler, 2000 & burung puyuh (Melindo Feetmill) + lemak
Juheini, 2002). Penelitian lainnya tentang sapi + kuning telur (MLT),
pengaruh ekstrak seledri (Apium prophylthiourasi (Dexa Medica),
graveolens L) terhadap kadar kolesterol formaldehid 37 % (Vedpack), putih telur,
total plasma darah tikus wistar jantan yang gliserin (Diasys), Toluen (Lansida),
diberi lemak tinggi, menunjukkan bahwa paraffin cair (Merck), paraffin murni
ekstrak seledri dapat menurunkan kadar (Merck), alkohol 70 % (PT Brataco),
kolesterol total plasma pada darah tikus alkohol 80 % (PT Bratachem), alkohol 95
yang diberi pakan berlemak tinggi % (PT Bratacchem), alkohol 96 % (PT
(Supono, et al., 2005). Bratachem), alkohol absolut (PT
Bratachem), pewarna Haematoxyllin (SPI-
Tumbuhan seledri ini sangat familiar Chem), Eosin (The SCIENCE Company),
bagi masyarakat Indonesia yang xylol (Merck), air suling (PT Bratachem),
merupakan pelengkap masakan yang Natrium Carboxy Methyl cellulose

2
(NaCMC) (PT Bratachem), canada balsam 100–150 g yang berumur 2–3 bulan, sehat
(Aldon). dan tidak mengalami penurunan berat
badan lebih dari 10 %.
Prosedur
Persiapan sampel Penetapan Dosis
Sampel yang digunakan pada Dosis ekstrak herba seledri yang
penelitian ini adalah tanaman seledri diberikan kepada hewan percobaan secara
(Apium graveolens L) segar ditimbang oral adalah 25 mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB,
sebanyak 3 kg yang diperoleh dari daerah 100 mg/Kg BB.
Jorong Usak, Lembah Gumanti-Alahan
Panjang, Sumatra Barat. Pembuatan Makanan Lemak Tinggi
(MLT)
Pembuatan simplisia MLT merupakan menginduksi
Pada umumnya pembuatan simplisia kolesterol pada mencit, diberikan setiap
melalui tahapan seperti berikut: hari. Setiap pembuatan MLT terdiri dari
Pengumpulan simplisia, sortasi basah, lemak sapi 1 kg, makanan biasa mencit
pencucian, perajangan, pengeringan (kadar 4 kg (Vogel, 2002). Makanan lemak
air kurang dari 10%), sortasi kering, tinggi dibuat dengan cara lemak sapi
pengepakan dan penyimpanan dipanaskan hingga cair, ditambahkan
(Departemen Kesehatan Republik makanan biasa mencit, diaduk sampai
Indonesia, 2000). merata, kemudian ditambahkan 20 butir
kuning telur puyuh, dipanaskan sambil
Pembuatan Ekstrak diaduk beberapa menit (10 menit),
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi kemudian didinginkan.
dengan menggunakan etanol 95 %. Satu
bagian serbuk kering herba seledri Pembuatan suspensi Propylthiourasil
dimasukkan kedalam maserator, ditambah (PTU)
10 bagian etanol 95 %, direndam selama 6 Siapkan larutan Na CMC 0,5 %
jam sambil sesekali diaduk, kemudian dengan cara 0,5 gram Na CMC ditaburkan
didiamkan sampai 24 jam. Maserat diatas air panas sebanyak 20 kalinya di
dipisahkan dengan cara disaring dalam lumpang panas, biarkan selama ± 15
mengguanakan kain kasa dan ampas menit sampai mengembang, kemudian
dimaserasi kembali dengan jenis dan masukkan 270 mg propylthiourasil digerus
jumlah pelarut yang sama. Semua maserat sampai homogen hingga terbentuk
dikumpulkan dan diuapkan dengan vakum suspensi dan ditambahkan air suling
hingga diperoleh ekstrak kental % hingga volume 100 mL.
(Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Uji Aterosklerosis pada Arteri Koroner
Burung Puyuh
Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan Dalam penelitian ini hewan
adalah burung puyuh jantan yang berumur dikelompokkan dalam 5 perlakuan yang
2-3 bulan dengan berat badan 100 – 150 g terdiri dari kontrol negatif, kontrol positif,
sebanyak 25 ekor. Hewan uji dibagi atas 5 dan 3 kelompok dengan dosis yang
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 berbeda. Kontrol negatif hanya diberi
ekor. Sebelum perlakuan, hewan makanan biasa selama waktu perlakuan,
percobaan terlebih dahulu di aklimatisasi kontrol positif diberi makanan lemak
di laboratorium selama 1 minggu dengan tinggi (MLT) ditambah prophylthiourasil
diberi makanan biasa atau pur yang cukup. (PTU), untuk kelompok dosis pertama
Hewan percobaan dalam penelitian ini diberi makanan lemak tinggi (MLT)
adalah burung puyuh jantan dengan berat ditambah PTU dan ekstrak herba seledri

3
dosis 25 mg/Kg BB, dosis kedua diberi yaitu (Leeson, et al., 1989 ; Kiernan, 1990)
makanan lemak tinggi (MLT) ditambah :
prophylthiourasil (PTU) dan ekstrak herba 1. Organ jantung dari burung puyuh
seledri (dosis 50 mg/Kg BB), dosis ketiga yang dibedah dicuci terlebih dahulu
diberi makanan lemak tinggi (MLT) dengan larutan NaCl fisiologis 0,9
ditambah prophylthiourasil (PTU) dan %.
ekstrak herba seledri dosis 100 mg/Kg BB. 2. Fiksasi dengan larutan formalin 10 %
Perlakuan tersebut diberikan secara oral selama 18 jam.
pada burung puyuh selama 60 hari. 3. Proses dehidrasi secara bertahap
Dengan jarak waktu pemberian selama 1 yang dilakukan sebagai berikut:
jam setelah pemberian prophylthiourasil a. Alkohol 70% selama 1 jam
(PTU). b. Alkohol 80% selama 1 jam
c. Etanol 96% sebanyak 2 kali,
Tabel I. Pengelompokan burung puyuh masing-masing selama 1 jam
Kelompok
Perlakuan
Dosis Ekstrak d. Etanol absolut sebanyak 2 kali,
Perlakuan (mg/Kg BB)
masing-masing selama 1 jam
Kontrol
negatif
Makanan standar - 4. Lakukan proses clearing dengan
Kontrol positif
MLT + PTU +
-
xylol sebanyak 3 kali, masing-
Ekstrak masing selama 2 jam.
MLT + PTU +
Kelompok
Ekstrak herba 25 mg/Kg BB 5. Infiltrasi kedalam parafin cair
Dosis I
seledri sebanyak 2 kali, masing-masing
Kelompok
MLT + PTU + selama 9 jam dan 2 jam.
Ekstrak herba 50 mg/Kg BB
Dosis II
seledri 6. Lakukan proses embeding yaitu
MLT + PTU + menanamkan jaringan kedalam blok
Kelompok
Dosis III
Ekstrak herba 100 mg/Kg BB plate dengan media paraffin murni.
seledri
7. Susun organ jantung pada blok plate
tuangkan paraffin cair sampai organ
berdasarkan perlakuan yang diberikan:
terendam dan tutup dengan
Setelah perlakuan selama 60 hari, menggunakan tissue casset.
hewan percobaan dikorbankan dengan cara 8. Parafffin dibiarkan membeku diatas
memotong pembuluh darah leher, mesin pendingin, selanjutnya blok
kemudian lakukan operasi sayatan paraffin dimasukkan kedalam frezzer
memanjang pada bagian garis tengah perut pada suhu -20 °C dibiarkan terlepas
sampai dada, lalu isi rongga perut dari cetakan.
dipindahkan kebagian kanan dengan 9. Jaringan yang telah ditanam
menggunakan segumpal kapas sehingga kemudian potong dengan
jantung dapat terlihat jelas, kemudian menggunakan rotary mikrotom
organ jantung, hati, ginjal diambil dan setebal 5 μm.
dipisahkan dari jaringan ikat dengan 10. Potongan didiletakkan pada water
menggunakan gunting kemudian di ambil bath pada suhu35 °C, sambil
dengan pinset lalu ditimbang. Organ dilakukan proses penempel pada
jantung yang ambil digunakan untuk kaca objek yang sebelumnya telah di
pemeriksaan lesi aterosklerosis. beri perekat mayer’s albumin (putih
telur dan gliserin), kemudian kering
Pemeriksaan Lesi Aterosklerosis anginkan.
padaArteri Jantung Burung Puyuh 11. Inkubasi kedalam inkubator 54 °C
a. Pembuatan Preparat Histopatologi selama 10 menit.
Pembuatan preparat histopatologi
dengan menggunakan metoda paraffin

4
Pewarnaan Preparat dengan Zat Warna proliferasi sel otot polos Aorta.
Haematoxyllin-Eosin (Leeson et al., 1989 Kemudian diberi skor sesuai dengan
; Kiernan, 1990). tingkat keparahannya.
1. Sayatan yang telah dilekatkan pada
kaca objek dideparafinisasi dengan a. Skor 1 untuk sel endotel normal
xylol I, II, dan III masing-masing (sel endotelia tidak mengalami
selama 5 menit. kerusakan).
2. Rehidrasi dengan alkohol absolut I b. Skor 2 untuk tingkat keparahan
dan II masing-masing selama 5 kecil (sel endotelia sedikit
menit. mengalami kerusakan, tapi
3. Angkat lalu masukkan kedalam masih tetap teratur).
etanol 96%, 80% masing-masing c. Skor 3 untuk tingkat keparahan
selama 5 menit. sedang (sel endotelia mengalami
4. Cuci dengan air mengalir. kerusakan, bentuknya tidak
5. Warnai dengan Haematoxyllin teratur dan mulai terjadi
selama 6 menit. penumpukan lemak serta terjadi
6. Cuci dengan air mengalir sampai poliferasi dari sel otot polos).
bersih. d. Skor 4 untuk tingkat keparahan
7. Warnai dengan Eosin selama 6 besar (terjadi kerusakan sel
menit. endotelia, bentuknya tidak
8. Cuci dengan air mengalir sampai teratur, terjadi penumpukan
bersih. lemak serta terjadi proliferasi
9. Dehidrasi dengan alkohol 80%, 96%, dari sel otot polos). Kemudian
etanol absolut I dan II masing- hitung rata-ratanya pada tiap
masing selama 1 menit. perlakuan.
10. Clearing dengan menggunakan xylol
I, II, dan III masing-masing selama 1 Analisa Data
menit setelah itu dikering anginkan. Semua data diolah dengan
11. Lakukan proses mounting yaitu menggunakan SPSS Statistik 21,0 data
dengan memberikan canada balsem perkembangan berat badan dianalisa
pada preparat dan menutupnya dengan ANOVA 1 arah, untuk melihat
dengan cover glass. tebal dinding arteri, diameter, persentase
12. Amati dibawah mikroskop. luas lumen dan besarnya kerusakan sel
endotelia dan sel otot polos arteri koroner,
Pemeriksaan Lesi Aterosklerosis ratio berat organ jantung dan ratio berat
1. Tebal Dinding Aorta organ hati dan rasio berat organ ginjal
Tebal dinding Aorta diukur pada 3 dianalisa secara statistik dengan ANOVA
titik yang dapat mewakili tebal dinding 1 Arah dan dilanjutkan dengan uji
Aorta secara keseluruhan kemudian di DUNCAN. Kebermaknaan diambil pada
rata-ratakan. P<0,05.
2. Pemeriksaan diameter lumen Aorta
Diameter Aorta diukur pada 3 titik Hasil Dan Pembahasan
yang dapat mewakili diameter Aorta Setelah dilakukan penelitian tentang
secara keseluruhan kemudian dirata- uji aktivitas ekstrak seledri (Apium
ratakan. graveolens L) terhadap aterosklerosis
3. Penilaian tingkat kerusakan Sel burung puyuh jantan maka diperoleh hasil
Endotelia Aorta sebagai berikut:
Penilaian dilakukan dengan Hasil Identifikasi sampel yang
mengamati kerusakan pada sel dilakukan di Hebarium Laboratorium
endotelia dan terjadi atau tidaknya Jurusan Biologi FMIPA, Universitas
Andalas (UNAND) Padang menunjukkan

5
bahwa sampel yang digunakan adalah semakin mempersempit lumen pembuluh
herba seledri (Apium graveolens L) famili darah. Plak yang berisi kolesterol ini bisa
Apiaceae Sampel sudah diidentifikasi di muncul di pembuluh darah mana saja
Herbarium Universitas Andalas (ANDA) (Anies, 2015). Metoda yang digunakan
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan pada pemeriksaan lesi aterosklerosis
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) adalah metoda histopatologi dengan
Universitas Andalas Padang. menggunakan media paraffin dan
dilanjutkan dengan pewarnaan
Pembahasan hematoxyllin-eosin.
Hewan percobaan yang digunakan Dengan induksi dengan MLT dan
adalah burung puyuh jantan. Burung PTU terjadi LDL teroksidasi pada
puyuh jantan lebih rentan terkena permukaan lapisan sel endotel akan
aterosklerosis dan memiliki pembuluh berimigrasi bersama sel monosit kedalam
darah yang lebih besar dibandingkan lapisan sub endotel. Monosit tesebut akan
dengan hewan percobaan lainnya sehingga mengalami perubahan menjadi makrofag
dapat mempermudah peneliti dalam yang akan memfagosit LDL teroksidasi
melihat histologi pembuluh darah yang dan membentuk sel busa yang
terkena aterosklerosis. terakumulasi dalam laposan sub endotel
Penginduksi yang digunakan untuk pembuluh darah. Makrofag menghasilkan
meningkatkan kadar lemak dalam faktor pertumbuhan yang menyebabkan
pembuluh darah adalah makanan lemak poliferasi sel otot polos dan menyebabkan
tinggi (MLT) yang terdiri dari lemak sapi terjadinya penebalan dinding pada
dan kuning telur yang dicampurkan pembuluh darah (Price & Lorraine, 2005).
dengan makanan burung. Lemak sapi Dari hasil pengamatan setelah
mengandung asam lemak jenuh tinggi, pemberian ekstrak seledri parameter tebal
yang dapat teroksidasi menjadi asetil Ko-A dinding pembuluh arteri terhadap hewan
sebagai sumber atom karbon utama dalam kontrol positif dan hewan kontrol negatif
pembentukan kolesterol sehingga dapat menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
meningkatkan kolesterol darah (Anies, dengan dosis 25 mg/kgBB, yang lebih
2015). Selain MLT, PTU juga digunakan mendekati kontrol positif. Pemberian dosis
sebagai penginduksi. PTU menyebabkan 50 mg/kg BB memberikan efek dengan
berkurangnya hormon tiroid yang dapat tebal dinding pembuluh darah lebih tipis
meningkatkan metabolisme lemak dan dibandingkan dengan dosis 25 mg/KgBB.
peningkatan kolesterol sehingga dapat Pemberian dosis 100 mg/kg BB
mempercepat timbulnya kerusakan pada memberikan efek yang sangat baik dalam
pembuluh darah aorta. mencegah terjadinya aterosklerosis
Parameter yang diamati adalah didapatkan nilai 1,14 µm. Hasil
struktur pada aorta yang ditandai dengan pengukuran tebal dinding pembuluh darah
penebalan dinding pembuluh darah, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
diameter lumen, terjadinya penumpukan
lemak, proliferasi sel-sel otot polos Tabel I. Hasil pengaruh dosis terhadap tebal
pembuluh darah, dan kerusakan sel dinding pembuluh darah aorta burung puyuh
endotel. Kadar kolesterol tinggi tidak jantan.
hanya akan menyebabkan penebalan plak Kontrol Kontro
Tebal dinding aorta
Dosis 25 Dosis 50 Dosis 100
Hewan
pada lumen pembuluh darah, tetapi juga negatif
(µm)
l positif
(µm)
mg/KgBB
(µm)
mg/kgBB
(µm)
mg/kgBB
(µm)
mudah memicu kerusakan pembuluh 1
2
1,50
1,46
1,9
1,83
1,82
1,78
1,55
1,47
1,12
1,25
darah. Plak yang menempel pada dinding 3
4
1,58
1,38
1,89
1,95
1,90
1,84
1,44
1,39
1,10
1,09
pembuluh darah itu berisi lemak dan 5 1,43 1,90 1,80 1,42 1,14
Rata-rata 1,47 1,89 1,83 1,45 1,14
komponen plak yang semakin menebal ±SD ±0,075 ±0,043 ±0,046 ±0,061 ±0,064

pada dinding pembuluh darah akan

6
Penyempitan diameter lumen Gambar 1. Gambar pembuluh darah burung
pembuluh aorta disebabkan oleh puyuh kontrol negatif dengan perbesaran
penumpukan lemak pada dinding 40x 1. Tunika intima yang masih utuh2.
pembuluh aorta. Pada kelompok dosis 25 Tunika media yang masih terlihat normal 3.
mg/kg BB lebih mendekati kontrol positif. Tunika adventitial yang masih utuh 4.
Pada kelompok dosis 50 mg/KgBB Diameter lumen yang masih terlihat lebar.
memberikan efek, pada dosis 100
mg/kgBB memberikan efek yang lebih
baik.

Tabel II. Diameter lumen pembuluh darah


aorta burung puyuh jantan.
Diameter lumen
Hewan Kontrol Kontrol Dosis 25 Dosis 50 Dosis 100
negatif positif mg/KgBB mg/kgBB mg/kgBB
(µm) (µm) (µm) (µm) (µm)
1 3,21 2,21 2,25 4,02 4,25

2 3,35 2,36 1,96 3,32 4,36 Gambar 2. Gambar pembuluh darah


3 3,34 1,93 1,92 4,17 3,76 burung puyuh kontrol positif dengan
4 4,01 2,16 2,20 3,31 4,06
perbesaran 40x 1. Tunika intima pada
5 3,54 1,89 2,16 3,98 3,86
aterosklerosis 2. Tunika mediayang
Rata-
rata ±
3,49 ±
0,31
2,11 ±
1,19
2,098 ±
0,15
3,76 ±
0,41
4,1 ± 0,25 menebal karena adanya penumpukan
SD
lemak 3. Tunika advetitial pada
aterosklerosis 4. Diameter lumen yang
terlihat menyempit.
Dari hasil pengamatan tingkat
kerusakan sel endotel pada kontrol positif
menunjukkan tingkat kerusakan yang
besar. Pada kontrol negatif tidak terjadi
kerusakan. Pada perlakuan dengan dosis
25 mg/kgBB memiliki tingkat kerusakan
mendekati kontrol positif, dimana terdapat
banyak proliferasi otot-otot polos. Pada Gambar 3. Gambar pembuluh darah
dosis 50 mg/kgBB tidak menujukkan burung puyuh dosis 25 mg/KgBB dengan
adanya kerusakan dengan tingkat perbesaran 40x, 1. Tunika intima masih
kerusakan mendekati kontrol negatif, pada terlihat terputus-putus 2. Tunika media
dosis 100 mg/kgBB tidak terjadi kerusakan yang masih tebal karena adanya
danmemberikan hasil yang lebih baik penumpukan lemak 3. Tunika advetitial
dengan tingkat kerusakan sama dengan masih terlihat tidak utuh 4. Diameter
kontrol negatif. lumen pembuluh darah masih terlihat
sempit.
Tabel III. Hasil pengaruh dosis terhadap
tingkat kerusakan sel endotel pembuluh
darah aorta burung puyuh jantan.
Tingkat kerusakan sel endotel

Hewan Kontrol Kontrol Dosis 25 Dosis 50 Dosis 100


negatif positif mg/KgBB mg/kgBB mg/kgBB

1 2 4 4 2 1

2 1 4 2 1 1

3 2 3 2 2 1

4 1 4 3 1 1

5 1 3 4 1 1
Gambar 4. Gambar pembuluh darah
Rata-
burung puyuh dosis 50 mg/KgBB dengan
1,4±0,54 3,6±0,55 3±1 1,4±0,54 1,2±0,44
rata±SD

7
perbesaran 40x1. Tunika intima telah DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan adanya perbaikan 2. Tunika
media terlihat lebih mengecil 3. Tunika
advetitial sudah kembali normal 4. Anies. (2015). Kolesterol & penyakit
Diameter lumen terlihat kembali normal. jantung koroner. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.

Arifin, H., Fahrefi, M., Dharma, S. (2013).


Pengaruh fraksi air herba seledri
(Apium Graveolens L.) terhadap
kadar kolesterol total mencit putih
jantan hiperkolesterol.Prosiding
Seminar Nasional Perkembangan
Terkini Sains Farmasi dan Klinik III.

Gambar 5. Gambar pembuluh darah Buhler, D., R., Miranda, C. (2000).


burung puyuh dosis 100 mg/KgBB dengan Antioxidant activites of flavonoids.
perbesaran 40x1. Tunika intima telah utuh Oregon: Departement of
2. Tunika media kembali mengecil 3. Environmental and Molecular
Tunika advetitial terlihat lebih utuh 4. Toxicology.
Diameter lumen kembali melebar karena
adanya efek dari ekstrak seledri yang Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
diberikan. (2008). Farmakope herbal
Indonesia. (Edisi I). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Juheini. 2002. Pemanfaatan herba seledri


(Apium graveolens L.) untuk
menurunkan kolesterol dan lipid
dalam darah tikus putih yang diberi
Kesimpulan diet tinggi kolesterol dan lemak.
Dari penelitian yang telah dilakukan Maskara Sains,6, (2).
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian ekstrak seledri (Apium Kumar, V., Cotran, R. S., & Robbins, S. L.
graveolens L) dapat memproteksi (2007). Buku ajar patologi II. (Edisi
pembentukan aterosklerosis ditandai ke 4). Penerjemah: Staf pengajar
dengan adanya perbaikan pada tebal laboratorium patologi Anatomi
dinding, luas lumen dan memperbaiki Fakultas Kedokteran Universitas
kerusakan lapisan sel endotel.Bila Airlangga. Jakarta: Penerbit Buku
dibandingkan tebal dinding, luas Kedokteran EGC.
lumen dan kerusakan lapisan endotel
pada kontrol positif yang berbeda Li, P., Jia, J., Zhang, D., Xie, J., Xu, X., Wei,
secara signifikan. D. (2014). In vitro and in vivo
2. Pemberian ekstrak seledri (Apium antioxidant activities of a flavonoid
graveolens L) dosis 25 mg/KgBB isolated from celery (Apium
belum berefek dan dosis 50 graveolens L. var dulce). Jurnal
mg/KgBBmulai meberikan efek yang Royal Societi of Chemistry. (5) 50-
baik. 56.

8
Price, S.A. & Lorraine, W. N. (2005).
Patofisiologi Konsep klinis proses-
proses penyakit. (Edisi 6).
Penerjemah: H. Hartanto Jakarta:
Penerbit buku Kedokteran EGC.

Supono & Orbiyah, S. (2005). The effect of


celery (Apium Graveolens L) juice in
blood pressure and serum
cholesterol. Mutiara Medika, 5, (2).

Umarudin, Susanti. R., Yuniastuty. A. (2012).


Efektivitas ekstrak tanin seledri
terhadap profil lipid tikus putih
hiperkolesterolemi. Unnes Journal
of Life Science, 1, (2).

Vogel, H. G. (2002). Drug discovery and


evaluation pharmacological assays.
Berlin: Springer.

Winarsi, H. (2007). Anti oksidan alami dan


radikal bebas potensi dan
aplikasinya dalam kesehatan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai