Anda di halaman 1dari 2

Nama : El Firda Maulidia

2. Perkembangan agama dari politeisme sampai monoteisme

Teori evolusi mempengaruhi pemikiran tentang lahirnya agama-agama di dunia, yang


dikenal sebagai evolusi agama. Menurut teori ini, lahirnya agama adalah hasil dari evolusi
keyakinan politeisme/animisme menjadi monoteisme. Karena adanya pengaruh pemikiran
evolusi Darwin, banyak sejarawan, ahli ilmu sosial, dan antropologis menyimpulkan bahwa
agama dimulai dengan penyembahan umat manusia terhadap kekuatan alam yang diakibatkan
oleh kekaguman mereka terhadap pengaruh perubahan besar yang merusak dari lingkungan
dan alam. Hingga petir, kilat, gempa bumi, gunung berapi, dll diyakini sebagai sesuatu yang
mengandung hal ghaib. Kemudian manusia mencari cara untuk menenangkan hal ghoib
tersebut melalui bermacam tata cara, upacara, doa, dan persembahan. Penduduk asli Amerika
Utara yang meyakini akan roh ghoib dari sungai dan hutan, digunakan sebagai contoh dari
tingkat awal dalam evolusi agama yang dikenal sebagai politeisme atau animisme.

Akhirnya diatesis muncul dimana semua kekuatan supranatural dibatasi dalam dua
tuhan utama (dualisme), biasanya tuhan kebaikan dan tuhan kejahatan. Menurut evolusionis,
contoh pada tahap ini dapat dilihat pada agama Zoroaster di Persia. Hingga akhirnya,suku-
suku digantikan dengan bangsa-bangsa dan dewa-dewa kesukuan digantikan dengan satu
dewa kebangsaan dimana dari sinilah dianggap lahirnya keyakinan monoteisme. Jadi menurut
sudut pandang ini, monoteisme tidak mempunyai asal-usul ketuhanan. Monoteisme hanyalah
hasil dari evolusi ketakhayulan manusia pada masa-masa awal yang disebabkan karena
lemahnya pengetahuan ilmiah.

3. definisikan agama dan peran alam terhadap pembentukan agama menurut Muller

Agama ialah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia
dengan manusia serta lingkungannya. Menurut Max Muller, agama ialah media yang
dijadikan sebagai suatu usaha untuk memahami apa-apa yang yang atak dapat dipahami dan
untuk mengungkapkan apa yang tak dapat dingkapkan, serta sebuah keinginan kepada suatu
hal yang tidak terbatas. Sehingga pada mulanya, manusia mempersonifikasi fenomena-
fenomena awal seperti bulan, bintang, dan matahari sebagai dewa-dewi dan mereka anut
menjadi sebuah kepercayaan. Dengan ini, Muller melihat awal mula agama merupakan hasil
dari peran alam
4. A. pandangan islam terhadap agama-agama bangsa primitif

Agama primitif dapat diklasifikasikan sebagai kepercayaan manusia yang kurang


akan pengetahuan. Sehingga dalam kehidupannya mereka berusaha mencari sesuatu untuk
kehidupan yang lebih layak. Konsep ketuhanan mereka sudah masuk pada keilahian kosmis
yang merupakan tahap awal bangkitnya kesadaran ketuhanan dalam diri manusia meskipun
belum sampai pada hakikat yang tinggi. Oleh karena itu, Islam tidak menjatuhkan vonis
kemusyrikan atau semacamnya bagi penganut agama primitif yang menyembah matahari,
bulan, dan bintang atau dewa-dewa. Jadi dalam pandangan islam yang tertera dalam Al-
Qur’an, agama primitif diistilahkan dengan “sobi’in” yakni suatu bentuk agama yang sama
derajatnya dengan agama-agama wahyu seperti yahudi dan nasrani.

B. Konsep sacred dan profane

Sakral adalah sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang penuh misteri baik yang
sangat mengagumkan dan maupun yang sangat menakutkan, tetapi di anggap suci. Sesuatu
yang sakral harus dipuja, dihormati, disembah, dan diperlakukan dengan tata cara dan
upacara tertentu, seperti ka’bah yang suci diberlakukan sebagai arah tempat menghadap
shalat dan dikelilingi dengan bacaan tertentu yang dinamakan dengan ibadah tawaf.

Sedangkan Profan adalah sesuatu yang biasa, yang rasional, yang nyata. Tidak ada
perlakuan istimewa dan penghormatan terhadapnya. Memikirkannya seperti merumuskan
teori dan melakukan eksperimen terhadapnya, boleh dan sangat dianjurkan, tetapi tidak perlu
diiringi dengan doa dan zikir. Kecintaan dan penghormatan tidak perlu kepada sesuatu yang
profan. Menurut pemikiran rasional dan materialistis Barat, segala sesuatu di alam ini
sebenarnya profan karena kesakralan itu hanya anggapan sepihak dari manusia atau
masyarakat yang mempercayainya saja.

C. Totem pada agama primitif

Totemisme merupakan kepercayaan kepada Tuhan yang menetap di bumi dan


bersenyawa dengan benda-benda yang tak terbatas jumlahnya dan erat hubungannya dengan
pemikiran dan ide yang dari masyarakat primitif. Di Australia, penduduk aslinya
beranggapan bahwa ide Tuhan tersebut tidak dalam bentuk yang abstrak melainkan dalam
bentuk binatang dan tumbuhan-tumbuhan yang bertindak selaku totem.

Anda mungkin juga menyukai