Anda di halaman 1dari 31

11

1) Bahasa sebagai simbol

Simbol atau lambang adalah suatu yang dapat

melambangkan mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan

tindakan secara arbiter konversional dan representatif-

interpretatif. Tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara

yang menyimbolkan dengan yang disimbolkan. Untuk itu baik

yang batiniah (linier) seperti perasaan, pikiran, ide, maupun yang

lahiriah (outer) seperti benda dan tindakan dapat dilambangkan

atau diwakili simbol.

Manusia senantisa bergelut dengan simbol. Melalui

simbol, manusia memandang, memahami, dan menghayati alam

dan kehidupannya. Simbol itu sendiri merupakan kenyataan

hidup, baik kenyataan lahiriah maupun batiniah yang disimbolkan,

karena di dalam simbol terkandung ide, dan perasaan, serta

tindakan manusia.

Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara

sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi.

Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan digunakan oleh

kelompok msyarakat tertentu. Kata bersifat simbolis karena tidak

memiliki hubungan langsung atau hubungan intrinsik dengan

kenyataan yang diacunya, tetapi hanya bersifat arbitrer dan

konvensional. Misalnya kata /b-u-k-u/ tidak ada hubungannya

dengan benda yang dirujuk yaitu lembaran lembaran kertas yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
12

ditulis dan dibaca. Kata / a-p-i / tidak ada hubungannya dengan

sifat kepanasan yang diacunya sehingga walaupun kita

mengucapkan kata api berkali-kali, maka mulut kita tidak akan

terbakar. Hal itu hanya bersifat arbiterer dan kemudian disepakati

menjadi konvensi oleh pemakai bahasa.

Sebuah wacana secara totalitas dapat juga berupa simbol.

Dalam masayarakat batak dikenal wacana berupa ragam bahasa

rataan (wailing language). Bahasa ratapan adalah syair yang

diucapkan oleh seseorang ketika dia menagisi orang yang

meninggal. Bahasa ratapan melambangkan dan mewakili perasaan

siperatap. Bahasa ratapan itu sebagai symbol secara totalitas,

tetapi wacana bahasa ratapan itu juga terdiri dari simbol-simbol

yang lebih kecil seperti kata, frase, dan kalimat.

2) Bahasa Sebagai Bunyi Ujaran

Telinga selalu mendengar bunyi- bunyi yang dihasilkan

oleh benda benda tertentu. Bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia (Human Organ of Speech) yang disebut sebagai

bahasa.

Bunyi ujaran merupakan sifat kesemestaan atau

keunivesalan bahasa. Tidak satupun bahasa di dunia ini yang tidak

terjadi dari bunyi. Bahasa sebagai ujaran, mengimplikasikan

bahwa media komunikasi yang paling penting adalah bunyi

ujaran. Jika kita mempelajari sesuatu bahasa kita harus belajar

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
13

menghasilkan bunyi-bunyi suara.

Pada hakikatnya, bunyi adalah kesan pada pusat syaraf

sehingga akibat getaran gendang telinga yang bereaksi karena

perubahan-perubhan dalam tekanan udara. Bunyi ujaran (speech

sound) adalah suatu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan

diamati dalam fonemik sebagai fon atau dalam fonologi sebgai

fonem.

3) Bahasa Bersifat Arbitrer

Pengertian arbitrer dalam studi bahasa adalah mana suka,

asal bunyi atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai

simbol (lambang) dengan yang dilambangkan. Arbitrer berarti

dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa tidak

dapat diramalkan secara tepat.

Secara leksis, dapat dilihat kearbitreran bahasa. Kata

anjing digunakan dalam Bahasa Indonesia, biang dalam bahasa

Batak, dog dalam bahasa Inggris. Hal ini memiliki kata yang

berbeda untuk menyatakan konsep yang sama. Kearbitreran

bahasa di dunia ini menyebkan adanya kedinamisan bahasa.

4) Bahasa Besifat Konvensional

Konvensional dapat diartikan sebagai suatu pandangan

atau anggapan bahwa kata-kata sebgai penanda tidak memiliki

hubungan intrisik atau inhern dengan objek, tetapi berdasarkan

kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masayarakat yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
14

didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah

manasuka/arbitrer, hasilnya disepakati/dikonvensionalkan,

sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama (sicialy cocept).

Setip bicara terlibat dalam konvensi. Jika sorang melihat kata

kursi atau mendengar bunyi kursi, secara langsung dapat

mengetahui bahwa kata itu merujuk sesuatu yang lain. Jika tahu

bahwa tidak ada hubungan yang ihern antar kata kursi dengan

benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada konvensi

penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama

tertentu.

Konvensi/kesepakatan akan menentukan kata yang

dibentuk secara arbitrer dapat terus berlangsung dalam pemakaian

bahasa makna menjadi pembicaraan orang.

a) Makna Kontekstual

Makna unsur bahasa yang didasarkan pada hubungan

antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan.

Misalnya kata bagus dapat berati jelek ketika seorang ayah

mengejek anaknya yang malas belajar, kalimat yang patutlah

nilaimu sangat bagus.

b) Makna Gramatis

Makna yang diperoleh berdasarkan hubungan antar unsur-

unsur bahasa dalam satuan satuan yang lebih besar. Misalnya

pada kata dia mencintai ibunya, bermakna sebutan atau

perbuatan aktif.

5) Bahasa Bersifat Produktif

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
15

Hal ini diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk

menghasilkan terus-menerus dan dipakai secara teratur untuk

membentuk unsur-unsur baru. Prefik / men / dan / di/, misalnya

dapat melekat pada setiap kata kerja dan fungsinya masing-

masing membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif dalam

Bahasa Indonesia.

6) Bahasa Bersifat Universal

Bahasa merupakan suatu yang berlaku umum dan dimiliki

setiap orang. Pada sifat internal bahasa, universal adalah katagori

linguistik yang berlaku umum untuk semua bahasa.

7) Bahasa Bersifat Unik

Hal ini terlihat dari studi bahasa yang tersendiri bentuk

dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan

bahasa lain meskipun termasuk dalam bahasa serumpun.

8) Bahasa Sebagai Komunikasi

Menjadi penyampai pesan dari penyapa kepada pesapa

(penerima). Komunikasi harus bermakna atau berarti baik bagi

penyapa atau pesapa. Komunikasi dapat bermakna jika sistem

tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi dapat informative.

c. Hakikat Berbicara

1) Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan. Berbicara

dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa untuk mengekpresikan atau menyampaikan pikiran gagasan

atau perasaan secara lisan (Brown dan Yule,1983). Kaitan antara

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
16

antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampain sangat

erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud

asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. pendengar

kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa

itu menjadi bentuk semula. Kareana itulah maka sering kita dengar

dengan ungkapan “medium is message”.

Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh

semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan

komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik

antar keduanya. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara

yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam pergaulan, baik di

rumah, maupun di tempat lain.

Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi

mencakup sembilan hal, yakni:

a) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal

b) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

c) Berbicara adalah ekspresi kreatif

d) Berbicara adalah tingkah laku

e) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari

f) Berbica dipengaruhi kekayaan pengalaman

g) Berbicara saran memperluas cakrawala

h) Kemampuan linguistik berkaitan erat

i) Berbicara adalah pancara pribadi (Logan dan Gumawang,1972:

104-105).

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
17

2) Tujuan berbicara

Tujuan bebicara adalah untuk berkomunikasi, agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif (Tarigan, 1987: 5). Tujuan

berbicara biasanya dapat dibedakn atas lima golongan, yakni:

a) menghibur; b) menginformasikan; c) menstimulasi;

d) meyakinkan; e) menggerakan.

Berbicara untuk menghibur, pembicara menarik perhatian

dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, menggairahkan,

kisah-kisah jenaka, dan sebagainya. Humor yang orisinil baik

dalam gerak-gerik cara berbicara cara mengunakan kata atau

kalimat akan menawan pembicara. Suasana pembicara biasanya

santai, rileks, penuh canda, dan menyenangkan.

Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk

melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a) menjelaskan

suatu proses; b) menguraikan, menafsirkan, atau

menginterprestasikan sesuatu hal; c) memberi, menyebarkan, atau

menanamkan pengetahuan; d) menjelaskan kaitan, hubungan,

relasi antar benda, hal atau peristiwa.

Berbicara untuk tujuan meyakinkan ialah meyakinkan

pendengar akan seusuatu. Melalui sikap pembicara yang

meyakinkan sikap pendengar akan dapat diubah dari yang tadinya

menolak menjadi menerima. Misalnya bila seseorang atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
18

kelompok orang tidak menyetujui suatu rencana, pendapat atau

putusan orang lain, maka orang atau kelompok tersebut perlu

diyakinkan bahwa sikap mereka tidak benar. Melalui pembicara

yang terampil dan disertai bukti, fakta, contoh dan ilustrasi yang

mengena.

Berbicara untuk tujuan mengerakan diperlukan pembicara

yang berwibawa, panutan, atau tokoh idola masyarakat. Melaui

kepintaran berbicara, kelihatan membakar emosi, kecakapan

memanfaatkan situasi, ditambaha dengan penguasaan terhadap

ilmu jiwa massa, pembicara akan dapat menggerakan

pendengarnya.

Pembicara yang baik selalu berusaha meyakinkan

kebenaran isi ungkapan; sesuatu yang direncanakan hasilnya lebih

baik dari yang tidak direncanakan. Makna ungkapan tersebut dapat

diterapakan dalam mempersiapakan pembicaraan mulai dari:

a) memilih topik; b) memahami dan menguji topik;

c) menganalisis pendengar dan situasi; d) menyusun rencana

kerangka pembicaraan; e) mengujicobakan; f) meyakinkan.

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara.

Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh

dua faktor penunjang yaitu internal dan ekternal. Faktor internal

adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut,

baik fisik maupun non fisik, faktor fisik adalah menyangkut

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
19

dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan di dalam

berbicara misal pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor

non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter,

tempramen, bakat, (talenta), cara berfikir, dan tingkat intelegensi.

Sedangkan faktor ekternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan,

dan lingkungan pergaulan.

Faktor penunjang keefektifan berbicara menurut (Asjad

2005: 17-22) diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan

berbicara:

1) Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi

bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar.

2) Penenempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang

sesuai penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan

merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan

kadang-kadang merupakan faktor penentu keberhasilan

berbicara.

3) Pemilihan kata (diksi)

Pemilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.

Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang

menjadi sasaran. Pemilihan kata harus kita sesuaikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
20

dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara.

4) Ketepatan sasaran pembicara

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat efektif. Kalimat

yang mengenai sasaran, sehingga mampu meningalkan

kesan, menimbulkan pengaruh atau menimbulkan akibat.

b. Faktor-faktor non kebahasaan sebagai penunjang keefektifan

berbicara.

Berikui ini yang termasuk faktor non kebahasaan antara lain:

1) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah

dapat menunjukan otoritas dan integritas dirinya sebaiknya

latihan sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini

merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara.

2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Dengan sikap ini pembicara melibatkan pada semua

pendengar. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah,

akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan

sehinga pendengar tiadak dapat merespon apa yang

disampaikan pembicara akibatanya materi yang

disampaikan akan menjadi sia-sia.

3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka,

mau menerima paendapat orang lain dan bersedia

menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
21

memang keliru.

4) Gerak - gerik

Sikap ini dapat pula menunjang keefektifan berbicara,

selain itu juga menghidupkan komunikasi, artinya tidak

kaku.

5) Mimik yang tepat

Mimik atau ekspresi muka merupakan salah satu faktor

yang sangat mendukung dalam melakukan berbicara

dengan ekspresi yang sesuai akan dapat meyakin kan

pendengar.

6) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,

tempat dan jumlah pendengar. Dengan pengaturan

kenyaringan yang tepat pendengar akan dapat mendengar

dengan jelas isi pembicara.

7) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan

memudahkan menagkap isi pembicaraannya. Sebaliknya,

pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan

menyulitkan pendengar menangkap pokok

pembicaraannya. Oleh karena itu, pembicara diharapkan

dapat mengatur tempo kata - kata atau kalimat.

8) Relevansi atau penalaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
22

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan

logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam

kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan

berhubungan dengan pokok pembicaraan.

9) Penguasaan topik

Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan

keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat

penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

Banyaknya faktor yang terlihat di dalamnya, menyebabkan

orang beranggapan bahwa berbicara merupakan kegiatan yang

kompleks. Faktor- faktor tersebut merupakan indikator

keberhasilan berbicara sehingga harus diperhatikan pada saat

menentukan mampu tidaknya seseorang berbicara. Jadi, tingkat

kemampuan berbicara seseorang atau siswa tidak hanya ditentukan

dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor

psikologis saja, tetapi dengan mengukur penguasaan semua faktor

tersebut secara menyeluruh.

Seseorang dapat membaca atau menulis secara mandiri,

dapat menyimak siaran radio tetapi sangatlah jarang orang

melakukan kegiatan berbicara tanpa hadirnya orang kedua sebagai

pemerhati atau penyimak. Oleh sebab itu, Valette (1977)

berpendapat bahwa berbicara merupakan kemampuan berbahasa

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
23

yang bersifat sosial.

Perhatikan contoh kegitan berbicara berikut ini.

Bu Tina : “Saya dengar Andi mengalami kecelakaan. Oleh karena

itu, saya langsung datang kesini.”

Bu Susi : “ Benar. Kalau saja dia mau mendengarkan omongan

saya, tidak naik motor ke sekolah, mungkin saat ini dia

tidak berbaring di sini .”

Bu tina : “Sudahlah, Bu. Jangan terlalu disesali. Mudah-mudahan

kejadian ini membawa hikmah bagi kita, terutama bagi

Andi. Kita berdoa saja, mudah-mudahan luka-luka

Andi cepat sembuh dan Andi bisa kembali ke sekolah

seperti biasa.”

Bu Susi : “Ya, Bu. Terimakasih atas kedatangan Ibu.”

Pemirsa, saat ini kita berada di lokasi banjir di kota

Semarang. Banjir yang terjadi sejak hari Senin kemarin masih

menggenangi rumah-rumah dan sekolah - sekolah di kota ini. Para

penghuni rumah yang terkena banjir berusaha menyelamatkan

barang-barang mereka ke tempat yang lebih aman. Anak-anak

sekolah terpaksa libur karena sekolah tempat menimba ilmu tidak

dapat digunakan sebagaimana mestinya. Banjir di kota ini baru

pertama kali terjadi. Sebaiknya kita harus waspada mengingat

musim hujan masih panjang. Kita harus menjaga lingkungan agar

banjir seperti ini tidak terulang lagi. Demikian laporan dari Atika

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
24

Suri. Kita kembali ke studio 5. Silahkan Adolf. Kegiatan yang

dilakukan pada uraian di atas merupakan salah satu kegiatan

berbicara

3. Metode sosiodrama

Sosisodrama adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran

melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan

imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya

sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa

dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai

tambah yaitu: a) dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi

kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam

bekerjasama hingga berhasil; b) permainan merupakan pengalaman yang

menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran dengan sosiodrama merupakan

suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil

siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa mesalah yang ditemukan untuk

melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang

nantinya dapat meningkatkan pemahaman.

Menurut Mulyasa (2005) pembelajaran dengan Sosiodrama ada

tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-

tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan

evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah,

guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
25

agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari

penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai

dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan

yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-

tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa

bisa menambah dialog sendiri.

Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari

kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap

ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing

sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran. Dalam hal ini guru

menghentikan permainan pada saat terjadi pertentangan agar memancing

permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain

peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. Sosiodrama pada dasarnya

mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah

sosial (Djamarah dan Zain, 2002). Sosisodrama menurut (Djamarah dan

Zain 2002) mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

a. Kelebihan Metode sosiodrama

1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan

yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami,

menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
26

yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa

harus tajam dan tahan lama.

2) Siswa lebih tertarik perhatian pada pelajaran, karena masalah –

masalah sosial berguna bagi mereka.

3) Karena bermain peran adalah bermain peran sendiri maka mudah

memahami masalah –masalah sosial .

4) Bagi siswa yang memerankan seperti orang lain, maka ia dapat

menempatkan diri seperti watak orang lain, sehingga ia dapat

merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang

lain, dapat mengakui pendapat orang lain sehingga menumbuhkan

sikap saling pengertian toleransi dan tenggang rasa .

5) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu

bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

6) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari

sekolah.

7) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaikbaiknya.

8) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya.

9) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik

agar mudah dipahami orang lain.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
27

b. Kelemahan metode sosiodrama

1) Sebagian siswa yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang

kreatif.

2) Banyak memakan waktu, baik waktu untuk persiapan maupun

pelaksanaan pertunjukan.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

anak menjadi kurang bebas.

4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton

yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

c. Proses pelaksanaan metode sosiodrama

1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat

dari kehidupanpeserta didik agar mereka dapat merasakan masalah

itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan

yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus

dikerjakan oleh para pemain.

3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah

membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog

sendiri.

4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua

siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi

sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario

bermain peran.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
28

6) Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta

pertanyaan yang muncul dari siswa.

7) Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan.

Jadi pembelajaran dengan sosiodrama merupakan cara belajar yang

dilakukan dengan cara membagi siswa mnjadi beberapa kelompok dan

setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah

dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga siswa lebih

mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh (Kasmiati 2004) FKIP yang berjudul

Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa

Kelas II di SD Negeri 3 Pakikiran. Menunjukkan adanya peningkatan pada

aspek minat, sikap, prestasi belajar dan kemampuan berbicara siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi dan

evaluasi pada setiap siklus. Rata-rata anak didik berpredikat sangat baik pada

aspek minat dan berbicara. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama

dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak didik pada pembelajara

Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 3 Pakikiran Tahun Pelajaran 2004.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada dasarnya setiap siswa mau dan mampu untuk belajar tergantung pada

minat masing-masing untuk mempelajari sesuatu. Minat besar pengaruhnya

terhadap belajar siswa, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
29

sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan siswa enggan dan

kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini juga

dapat berakibat pada prestasi belajar Bahasa Indonesia yang juga menurun.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Salah satu cara untuk

meningkatkan kamampuan berbicara siswa yaitu dengan menggunakan

penerapan sosiodrama. Penerapan sosisodrama diharapkan lebih bermakna

bagi siswa, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalaminya. Dengan penerapan model sosiodrama

diharapkan kemampuan berbicara siswa dapat meningkat, dengan ditandai

adanya peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.

C. Kerangaka Berpikir

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada dasarnya setiap siswa mau dan mampu untuk belajar tergantung pada

minat masing-masing untuk mempelajari sesuatu. Minat besar pengaruhnya

terhadap belajar siswa, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak

sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan siswa enggan dan

kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini juga

dapat berakibat pada prestasi belajar Bahasa Indonesia yang juga menurun.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk dapat

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
30

meningkatkan minat belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan minat

belajar siswa yaitu dengan menggunakan penerapan metode sosidrama.

Penerapan metode sosiodrama diharapkan lebih bermakna bagi siswa, proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalaminya. Dengan penerapan metode sosiodrama diharapkan minat

belajar siswa dapat meningkat, dengan ditandai adanya peningkatan

kemampuan berbicara dan prestasi belajar Bahasa Indonesia.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut : “Jika pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar

memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang tepat di kelas V SD

Negeri Cilumping Kabupaten Cilacap menggunakan metode sosiodrama

maka kemampuan berbicara siswa akan meningkat belajar siswa akan

meningkat”.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari

tahun 2012 dengan menggunakan 2 siklus. Setiap siklusnya dilaksanakan

2 kali pertemuan. Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama hari Selasa,

tanggal 3 Januari 2012 dan pertemuan kedua hari Kamis, tanggal 5

Januari 2012. Siklus II pertemuan pertama hari Selasa, tanggal 10 Januari

2012 dan pertemuan kedua hari Kamis, tanggal 12 Januari 2012.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Cilumping

Kabupaten Cilacap Tahun ajaran 2011/2012.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Cilumping

Kabupaten Cilacap Tahun ajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti ada

20 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Observasi

Adapun teknik dan pengumpulan data adalah dengan cara

observasi, observasi Menurut Sudijono (2006 : 76), observasi adalah

cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

31

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
32

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah

laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati,

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan

aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode

sosiodrama antara lain:

a. Aktivitas guru

Observasi aktivitas guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru

pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar

observasi aktivitas guru yang sudah disiapkan. Adapun aktivitas guru

yang diamati adalah : 1) mempersiapkan perencanaan;

2) mempersiapkan materi pembelajaran; 3) menyediakan lembar

penilaian; 4) mengkondisikan siswa; 5) menginformasikan materi

pembelajaran; 6) menyampaikan tujuan pembelajaran; 7) melakukan

apresiasi sebagai pengantar menuju materi; 8) pemilihan masalah;

9) pemilihan peran; 10) menyusun tahap – tahap bermain peran;

11) menyiapkan pengamat; 12) pemeranan; 13) diskusi dan evaluasi;

14) pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang di hadapi;

15) melakukan refleksi; 16) menindak lanjuti hasil penilaiandengan

memberi arahan, atau tugas sebagai pengayaan.

b. Aktivitas siswa

Observasi aktivitas siswa dilakukan dengan mengamati kegiatan

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
33

lembar observasi aktivitas siswa yang sudah disiapkan. Adapun hal –

hal yang diamati antara lain: 1) sikap; 2) pandangan; 3) menghargai

pendapat; 4) gerak – gerik; 5) mimik; 6) kenyaringan suara;

7) kelancaran; 8) relevansi atau penalaran; 9) penguasaan topik.

2. Tes

Tes terbagi menjadi beberapa macam namun peneliti

melakukan du tes antara lain:

a. Tes Awal

Menurut Sudijono (2006 : 69) tes awal sering dikenal dengan pre-

test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan

telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Isi atau materi tes

awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang

seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik

sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.

b. Tes Sumatif

Menurut Sudijono (2006 : 72), tes sumatif adalah tes hasil belajar

yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program

pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara

tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-

butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif biasanya berupa

pilihan ganda, isian singkat, dan uraian.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
34

D. Validasi Data

1. Hasil Observasi/ Pengamatan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan

kevalidan dan kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 1999:

158). Instrumen atau alat ukur yang baik akan mampu mengukur

dengan tepat dan mampu memberikan reading score, (biji), yang akurat

dan teliti yaitu mampu secara cermat menunjukkan besar kecilnya dan

gradasi suatu gejala sosial tertentu.

Validasi hasil lembar pengamatan dalam penelitian ini menggunakan

triangulation (triangulasi) yaitu mengambil pengamatan dari tiga pengamat

yaitu guru kelas sebagai peneliti dan dari dua orang teman guru sejawat

(kolaborator/ observer) yang ikut mengamati dalam pelaksanaan tindakan

pembelajaran tetapi tidak berpartisipasi dalam pembelajaran atau kolaborator/

observer teman guru adalah pengamat langsung bukan partisipator.

Hasil pengamatan dari tiga sumber ini tersaji pada bagian

pembahasan laporan ini.

2. Hasil Tes

Dua aspek validitas yang penting adalah ketepatan dan penelitian.

(M. Toha Anggoro, 2007 : 5.29). Dalam penelitian ini karena yang akan

diukur adalah jenis tes lisan dan hasil tes tertulis dapat dilihat, maka

validasi data yang digunakan adalah validitas permukaan.

Validitas permukaan adalah validitas yang dibuat berdasarkan

pesan ilmiah peneliti terhadap alat ukurannya; yakni apakah

kelihatannya alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
35

diukur, M. Toha Anggoro (2007 : 5-9). Validitas permukaan merupakan

jenis alat ukur yang mudah karena biasanya digunakan untuk mengukur

konsep sederhana yang dapat langsung dirujuk dengan indikator

empiris di lapangan. Misalnya beberapa kalimat yang dapat

disampaikan pada saat memberikan tanggapan.

E. Teknik Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis

deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka hasil

belajar siswa, sedangkan data kualitatif berupa persentase hasil observasi yang

juga dideskripsikan dengan kata-kata.

1. Data Keterampilan Menyusun RPP

Untuk skala dan kriteria penilaian menyusun RPP adalah sebagai berikut:

Nilai 5 guru menyusun RPP dengan “ Sangat Baik”

Nilai 4 guru menyusun RPP dengan “ Baik”

Nilai 3 guru menyusun RPP dengan “ Cukup ”

Nilai 2 guru menyusun RPP dengan “ Kurang ”

Nilai 1 guru menyusun RPP dengan “ Sangat Kurang”

Nilai akhir =

Keterangan:

= Jumlah keseluruhan yang diperoleh

= Jumlah keseluruhan skor maksimal

(Sumber: Usman, 2006:331)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
36

2. Data Pengamatan Kinerja Guru

Untuk mengamati aktivitas guru dalam proses pembelajaran maka

dilakukan pengamatan. Untuk skala penilaian dan kriteria yang digunakan

pada lembar observasi aktivitas guru dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Nilai 5 guru mengelola proses pembelajaran dengan “ Sangat Baik”

Nilai 4 guru mengelola proses pembelajaran dengan “ Baik”

Nilai 3 guru mengelola proses pembelajaran dengan “ Cukup ”

Nilai 2 guru mengelola proses pembelajaran dengan “ Kurang ”

Nilai 1 guru mengelola proses pembelajaran dengan “ Sangat Kurang”

Nilai akhir kinerja =

Keterangan:

= Jumlah keseluruhan yang diperoleh

= Jumlah keseluruhan skor maksimal

(Sumber: Usman, 2006:331)

3. Data Hasil Pembelajaran Siswa

a. Nilai Kemampuan Berbicara

Nilai =

(Sumber: Kurniawan dan Mutaqimah, 2009:29)

Keterangan :

= Skor yang diperoleh tiap siswa

= Jumlah seluruh skor

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
37

b. Menentukan rata-rata kelas

Menurut Sudjana (1992:66-67), rata-rata atau lengkapnya rata-

rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel

dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai oleh banyaknya data.

∑ xi
X =
n
Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)

∑ xi = Jumlah nilai seluruh siswa

n = Banyaknya siswa yang mengikuti test

Kriteria penilaian:

Nilai Angka Kriteria


80 ke atas Baik sekali
66 – 79 Baik
56 – 65 Cukup
46 – 55 Kurang
45 ke bawah Gagal
(Sumber: Sudijono, 2008:35)

4. Menentukan ketuntasan belajar secara individual

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan tiap

indikator dan kompetensi dasar dari tes yang diujikan. Rumus yang

digunakan deskriptif persentase yang menggambarkan besarnya tingkat

penguasaan materi, yaitu:

n
P= x 100%
N
Keterangan :

P = Persentase penguasaan materi

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
38

n = Skor yang diperoleh responden

N = Skor maksimal

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat

kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam proses

belajar mengajar kelas V mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri

Cilumping Kabupaten Cilacap.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam 2 siklus. Tiap-tiap

siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang dicapai, sesuai dengan desain dari faktor-faktor yang

diselidiki pada tiap siklus.

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas pada setiap siklusnya meliputi:

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan

penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II
Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Daur Penelitian Tindakan Kelas

(Dimodifikasi dari Zainal Aqib, 2009 : 31)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
39

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan ini meliputi:

a. Membuat perangkat pembelajaran berupa rencana pembelajaran

b. Membuat LKS ( berupa teks drama )

c. Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi siswa dan

lembar observasi guru.

d. Membuat soal evaluasi berupa tes tertulis dan kunci jawaban.

2. Pelaksanaan Tindakan

Guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada

rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan penerapan

metode sosiodrama.

Tabel 3.1 Langkah-langkah dalam proses pembelajaran

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan


1. Kegiatan Awal
 Menyampaikan tujuan  Mendengarkan
 Memotivasi siswa penjelasan dari guru
 Melakukan apersepsi
2. Kegiatan Inti
 Mengelompokkan  Membentuk kelompok Masyarakat
siswa menjadi 4 orang masing-masing yang belajar
tiap kelompoknya, terdiri dari 4 orang
untuk kelompok
belajar dan diskusi.
 Membagikan LKS  Memperhatikan Kontruktivis
kemudian diberi penjelasan dari guru,. me
penjelasan untuk
mengisinya.
 Guru membimbing  Memerankan drama
siswa untuk yang diberikan guru.
memerankan sebuah
drama.
 Guru merintahkan  Mengerjakan diskusi Menemukan
siswa untuk berdiskusi kelompok dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
40

membahas isi drama mengerjkan LKS.


sambil mengerjakan
LKS.
 Guru menunjuk  Perwakilan kelompok
perwakilan kelompok membacakan hasil
untuk membacakan diskusinya.
hasil diskusinya.
 Memberi kesempatan  Melakukan tanya jawab Bertanya
pada siswa untuk pada kelompok yang
bertanya pada maju.
kelompok yang maju.
 Memberi kesempatan  Siswa memikirkan Refleksi
pada siswa untuk tentang apa yang baru
berfikir tentang apa dipelajari dan
yang baru dipelajari menyimpulkan materi
dan menyimpulkan dengan dibantu guru.
materi.
3. Kegiatan Akhir
 Memberikan pekerjaan  Mencatat pekerjaan
rumah pada siswa rumah
3. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati

aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan model

pembelajaran kontekstual apakah sudah sesuai dengan skenario

pembelajaran. Peneliti juga telah menyiapkan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa. Peneliti dibantu observer melakukan pengamatan terhadap

jalannya pembelajaran dan mencatat semua hasil pengamatan pada lembar

observasi guru dan siswa tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan tindakan pada

setiap siklus agar tidak terulang lagi di siklus berikutnya.

4. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan adalah merefleksikan kegiatan yang telah

dilakukan siswa selama pelaksanaan pembelajaran apakah siswa mampu

berperan secara aktif dalam pembelajaran, apakah siswa mampu

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012
41

memahami materi yang diberikan oleh guru, apakah terjadi kenaikan

prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dengan

penerapan metode sosisodrama. Hal ini dimaksudkan agar hasil refleksi ini

dapat berguna bagi siswa maupun guru pada siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adanya peningkatan

kemampuan berbicara dari siklus I ke siklus II yang ditandai secara klasikal

85% dengan ketuntasan belajar siswa mencapai ≥ 66

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA …..


KARTOYO, FKIP UMP 2012

Anda mungkin juga menyukai