Anda di halaman 1dari 61

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan progresif lambat yang
ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel. Penyakit Paru
Obstruktif Kronis adalah penyakit umum yang dapat dicegah dan diobati, ditandai
dengan aliran udara yang persisten yang biasanya progresif dan berasosiasi
dengan meningkatnya respon inflamasi kronis pada saluran pernapasan dan paru-
paru karena gas atau partikel berbahaya (GOLD, 2015). Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) adalah penyebab kematian global yang paling umum keempat.
Prevalensinya diperkirakan akan meningkat, dan akan menghasilkan substansial
beban sosial dan ekonomi (Laurent, et al, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2011) memperkirakan saat ini 65juta
orang memiliki PPOK dan 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005.
WHO memprediksi bahwa PPOK akan menjadi penyebab utama keempat
kematian di seluruh dunia pada tahun 2030. Angka mortalitas yang tinggi pada
PPOK merupakan masalah yang sedang dihadapi di berbagai Negara, termasuk
Indonesia. Menurut RisKesDas (2013), prevalensi PPOK di Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 3,7 % dengan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Nusa
Tenggara Timur yaitu sebesar 10,0 %. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sendiri prevalensi PPOK mencapai 3,1 % (RisKesDas, 2013).
Faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan PPOK antara lain status sosial
ekonomi yang rendah, genetik, umur, asma, bronkhitis kronik, infeksi dan jenis
kelamin. Jenis kelamin sangat berpengaruh pada penderita PPOK, di buktikan
dengan angka kejadian kematian PPOK lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan. Orang yang merokok mempunyai peluang tinggi
munculnya gejala pernafasan, abnormalitas fungsi paru, penurunan FEV1 dan
meningkatnya angka kematian dibandingkan pada penderita yang tidak merokok
(GOLD, 2015)
Terapi PPOK adalah kompleks dan terdiri dari obat oral dan menghirup obat
inhalasi serta terapi oksigen. Kepatuhan Kepatuhan yang memadai untuk terapi
2

pernapasan - seperti kortikosteroid inhalasi, terapi oksigen jangka panjang atau


nebuliser terapi di PPOK. yang tidak memadai ini adalah perhatian karena dapat
mempengaruhi kualitas kehidupan. Oleh karena itu, meningkatkan efektivitas
manajemen PPOK membutuhkan pemahaman rinci tentang faktor-faktor
mempengaruhi kepatuhan (Laforest, et al, 2010).
Kepatuhan terhadap pengobatan medis merupakan faktor penting dalam
memastikan khasiat farmakologi yang tepat. Karena asma bronkial dan PPOK
penyakit yang kronis, pengobatan berkelanjutan dengan agen inhalasi adalah
direkomendasikan dan percobaan terkontrol telah mengkonfirmasi bahwa agen ini
sangat efektif untuk kedua penyakit. Obat tidak adan memberikan efek penuh
ketika kepatuhan pengobatan kurang. Selain itu, beberapa peneliti telah
melaporkan bahwa kepatuhan terhadap pengobatan dengan inhalansi rendah
karena prosedur kompleks yang dibutuhkan untuk menggunakannya, serta dosis
yang sering. (Gent, et al, 2007).
Meskipun perawatan medis dari PPOK telah maju, ketidakpatuhan terhadap
pengobatan rejimen menimbulkan penghalang yang signifikan untuk pengelolaan
yang optimal. Underuse, overuse, dan improper use terus menjadi penyebab
paling umum dari ketidakpatuhan terhadap terapi. Rata-rata 40% - 60% pasien
dengan PPOK mematuhi rejimen yang ditentukan dan hanya 1 dari 10 pasien
dengan inhaler dosis terukur melakukan semua langkah penting dengan benar.
Kepatuhan terhadap terapi adalah multifaktorial dan melibatkan pasien dan
penyedia perawatan primer (Agh & Meszaros, 2012)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Untuk mengetahui definisi Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)?
1.2.2 Apa etiologi dari Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dan Patway dari Penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK)?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)?
1.2.5 Apa komplikasi yang ditimbulkan dari Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)?
1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang dari Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)?
3

1.2.7 Bagaimana penalaktasanaan medis dari Penyakit paru obstruktif


kronis (PPOK)?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Utama
1.3.2 Mampu menjelaskan gambaran asuhan keperawatan Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK)?

1.3.3 Tujuan Khusus


1.3.4 Mampu mengetahui apa itu Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
1.3.4.1 Mampu mengetahui etiologi Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
1.3.4.2 Mampu memahami patofisiologi dan Patway dari Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
1.3.4.3 Mampu mengetahui manifestasi klinis dari Penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).
1.3.4.4 Mampu mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
1.3.4.5 Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
1.3.4.6 Mampu mengetahui penalaktasanaan medis dari Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perwatan dan menghindari
penyebab pada penyakit Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah
dengan mandiri,
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Akademik
4

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam


pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang
akan datang.
1.4.4 Manfaat Bagi Rumusan
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi program
pengobatan penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan.
1.4.5 Manfaat Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan
pada pasien Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis )
PPOK sebagai penyakit yang dapat diobati dan dicegah dengan beberapa
efek ektrapulmonal yang memberi kontribusi keparahan penyakit. Komponen
paru ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak reversibel sempurna.
Hambatan aliran udara biasanya progresif dan ada hubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap berbagai partikel noksa dan gas.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang
dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara
pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang
bersifat progresif ini terjadi karena adanya respon inflamasi paru akibat
pajanan partikel atau gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang
berkontribusi terhadap derajat penyakit.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang
merupaka kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan
penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

2.1.2 Anatomi Fisiologi PPOK


1. Hidung
bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi
sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum
nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi
yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.
Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus,
dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada

5
6

dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae


superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus
sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh
os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada
bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel
saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf
melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus
olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius. Sinus paranasalis adalah
ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam
cavum nasi :
1) Lubang hidung
2) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha
superior dan media dan diantara concha media dan inferior
4) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian
belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior
2. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem
respirasi dan pencernaan.
3. Laring
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring
7

dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap


terdiri atas:
ocartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea,
dan 2 cartilago arytenoidea
oMembarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan
dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot
yang bekerja pada plica vokalis. Cartilago tyroidea à berbentuk V,
dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya
ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil
tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Membrana
Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os
hyoideum. Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas
bawah dengan cartilago cricoidea.
4. Epiglotis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping
epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan
masuk laring
5. Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar
dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan
cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior
cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap
sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya
dengan cincin trachea
6. Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis
cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian
posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
8

7. Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari
sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel
skuamosa.
8. Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak
di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara
bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago
arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas
plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
9. Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea,
dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat
mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut
diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
10. Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan
sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica
vocalis terpisah lebar.
11. Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara
yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah,
dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
12. Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar
2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian
depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi
angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai
kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16
- 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang
9

diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran


disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.
13. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing
dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan
bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I
mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
14. Alveolus
yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau
alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira
0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
10

trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding


yang dinamakan pori-pori kohn.
15. Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru-paru memilki :
1) Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas
calvicula
2) permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding
dada
3) permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4) dan basis. Terletak pada diafragma paru-paru juga Dilapisi oleh
pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa
stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas.
16. Suplai darah
1) Arteri Pulmonalis
2) Arteri Bronchialis
2.1.3 Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan
faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi pearu berulang
4. asma
5. Umur
11

6. Jenis kelamin
7. Ras
8. Defisiensi alfa-1 antitripsin
9. Defisiensi anti oksidan

2.1.4 Klasifikasi
klasifikasi penyakit paru obstruksi kronik menurut jackson (2014)
adalah
1. Asma
2. bronkotos kronik
3. emfisema

2.1.5 patofisiologi Pathway


Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga
mempengaruhi semua sisitem tubuh yang artinya sama juga dengan
mempengaruhi gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini biasanya
menimbulkan kerusakan pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi
pernafasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan.
Abnormal pertukaran udara pada paru-paru terutama berhubungan dengan tiga
mekanisme berikut ini

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Hal ini menjadi penyebab utama hipoksemia atau menurunnya
oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara ventilasi
alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi terganggu.
Peningkatan keduanya terjadi ketika penyakit yang semakin berat
sehingga menyebabkan kerusakan pada alveoli dan dan kehilangan
bed kapiler. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi
sama. Ventilasi dan perfusi yang menurun bias dilihat pada pasien
PPOK, dimana saluran pernafasan nya terhalang oleh mukus kental
atau bronchospasma. Di sini penurunan ventilasi akan terjadi, akan
tetapi perfusi akan sama, atau berkurang sedikit. Banyak di diantara
12

pasien PPOM yang baik empisema maupun bronchitis kronis sehingga


ini menerangkan sebabnya mengapa mereka memiliki bagian-
bagian,dimana terjadi diantara keduanya yang meningkat dan ada
yang menurun.
2. Mengalirnya darah kapiler pulmo
Darah yang tidak mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan
ke paru-paru, beberapa diantaranya melewati bed kapiler pulmo tanpa
mengambil oksigen. Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya
sekret pulmo yang menghambat alveoli.
3. Difusi gas yang terhalang
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari sati
atau da seba yaitu berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran
udara sebagai akibat dari penyakit empisema atau meningkatnya
sekresi, sehingga menyebabkan difusi menjadi semakin sulit.
13
14

2.1.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1.      Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2.      Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
1) Kelemahan badan
2) Batuk
3) Sesak napas
4) Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5) Mengi atau wheeze
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
8) Penggunaan otot bantu pernapasan
9) Suara napas melemah
10) Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11) Edema kaki, asites dan jari tabuh.

2.1.7 Komplikasi
PPOK adalah salah satu penyakit yang berisiko menimbulkan
komplikasi. Terdapat beberapa komplikasi yang mungkin saja berisiko Anda
dapatkan jika memiliki PPOK, antara lain:
1. Masalah jantung
PPOK dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan mengalami
perubahan. Kondisi ini disebut dengan aritmia. Masalah jantung lain yang
juga mungkin berisiko pada orang dengan PPOK adalah gagal jantung
2. Tekanan Darah Tinggi
3. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada pembuluh darah
yang memasok darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut dengan hipertensi
paru.
4. Infeksi Pernafasan
15

Ketika memiliki PPOK, Anda mungkin akan lebih sering untuk terkena
pilek, flu, atau bahkan pneumonia (infeksi paru serius yang disebabkan
oleh virus atau jamur). Infeksi ini dapat membuat gejala Anda memburuk
atau menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut. Itu sebabnya, penting bagi
penderita PPOK untuk menerima vaksin flu setiap tahunnya.
Konsultasikan pula kepada dokter mengenai kebutuhan untuk
mendapatkan vaksin pneumonia. Kemungkinan Anda untuk terkena flu
atau pneumonia akan berkurang jika Anda mendapatkan vaksinasi ini.

2.1.8 Pemeriksaan penunjang


1. Uji faal paru sedang
2. pemeriksaan darah rutin ( Hb,Ht.Leukosit )
3. Analisa Gas darah
4. Foto Thorak
5. CT Scan
6. EKG
7. Pengambilan sampel dahak
2.1.9 Penata Laksana medis
1. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
2. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
3. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
4. simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
5. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
6. meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan patensi jalan

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi


1.2.1 Definisi
Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman “nyeri” adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis menurut Hierzuki Maslow. Kebutuhan rasa nyaman“nyeri” diperlukan
untuk proses kehidupan. Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi
penderita yang timbul bilamana jaringan sedang dirusak dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
16

Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi bagi


seseorang yang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman, toleransi.
Nyeri juga berhubungan erat dengan intensitas nyeri yang apat
mempengaruh kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi
antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian dan
kepercayaan yang kuat. Solusinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ”nyeri”
dalam pelayanan kesehatan keperawatan dapat di lakukan dengan pemberian obat
analgesik dan sejenisnya

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan
manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk
mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses penyakit:
1.   Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?
2.   Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
3.   Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
4.   Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
5.   Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
6.    Riwayat merokok?
7.    Obat yang dipakai setiap hari?
8.    Obat yang dipakai pada serangan akut?
9.    Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?
Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan
sebagai berikut:
1.     Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
2.     Apakah pernapasan sama tanpa upaya?
3.     Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
4.     Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?
17

5.     Barrel chest?
6.     Apakah tampak sianosis?
7.     Apakah ada batuk?
8.     Apakah ada edema perifer?
9.     Apakah vena leher tampak membesar?
10.  Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?
11.  Bagaimana status sensorium pasien?
12.  Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?
Palpasi:
1.     Palpasi pengurangan pengembangan dada?
2.     Adakah fremitus taktil menurun?
Perkusi:
1.     Adakah hiperesonansi pada perkusi?
2.     Diafragma bergerak hanya sedikit?
Auskultasi:
1.     Adakah suara wheezing yang nyaring?
2.     Adakah suara ronkhi?
3.     Vokal fremitus nomal atau menurun?

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen.
5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
18

6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan


posisi.
7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.
9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,
ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk
bekerja.
10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumber informasi.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan: Pencapaian bersihan jalan napas klien
Intervensi keperawatan:
a.    Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal
b.    Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
diafragmatik dan batuk.
c.     Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau
IPPB
d.    Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan
malam hari sesuai yang diharuskan.
e.    Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol,
suhu yang ekstrim, dan asap.
f.    Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada
dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum,
kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada,
keletihan.
g.    Beriakn antibiotik sesuai yang diharuskan.
19

h.   Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap


influenzae dan streptococcus pneumoniae.

2.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
Tujuan: Perbaikan pola pernapasan klien
Intervensi:
a.  Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan.
b.  Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat.
Biarkan pasien membuat keputusan tentang perawatannya berdasarkan
tingkat toleransi pasien.
c.   Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika diharuskan.

3.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi


perfusi Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas
Intervensi keperawatan:
a.   Deteksi bronkospasme saat auskultasi .
b.   Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia.
c.   Beriakn obat-obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan
waspada kemungkinan efek sampingnya.
d.   Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan.
e.   Pantau pemberian oksigen.

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dengan kebutuhan oksigen.
Tujuan: Memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi dari aktivitas
yang mungkin.
Intervensi keperawatan:
a.   Kaji respon individu terhadap aktivitas; nadi, tekanan darah, pernapasan.
20

b.  Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien selama 3


menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital.
c.   Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan
treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti
berjalan perlahan.
d . Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan
berdasarkan pada status fungsi dasar.
e.   Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program
latihan spesifik terhadap kemampuan pasien.
f.   Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama menjalankan
aktivitas untuk berjaga-jaga.
g.   Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring
lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.
h.      Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien
melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan
istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan.
i.        Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu
diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali sehari.

5.      Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual
muntah.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Intervensi keperawatan:
a.      Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
b.      Auskultasi bunyi usus
c.       Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
d.      Dorong periode istirahat I jam sebelum dan sesudah makan.
e.       Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah lama.
f.       Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas.
g.      Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi.
21

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.


Tujuan: Kebutuhan tidur terpenuhi
Intervensi keperawatan:
a.     Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur.
b.   Lakukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan anjurkan keluarga
untuk melakukan tindakan tersebut.
c.     Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler.
d.     Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan pasien.
e.    Berikan makanan ringan menjelang tidur jika klien bersedia.

7.   Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat


peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
Intervensi:
a.   Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas
seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga.
b.    Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat,
istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea
berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi.
c.     Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan.

8.  Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman


terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.
Tujuan: Klien tidak terjadi kecemasan
Intervensi keperawatan:
a.  Bantu klien untuk menceritakan kecemasan dan ketakutannya pada
perawat.
b.  Jangan tinggalkan pasien sendirian selama mengalami sesak.
c.  Jelaskan kepada keluarga pentingnya mendampingi klien saat mengalami
sesak.
22

9.    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,
depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Tujuan: Pencapaian tingkat koping yang optimal.
Intervensi keperawatan:
a.      Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang
ditujukan pada pasien.
b.      Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala
c.      Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi
pasien.
d.      Daftarkan pasien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.
e.      Tingkatkan harga diri klien.
f.      Rencanakan terapi kelompok untuk menghilangkan kekesalan yang sangat
menumpuk.

10.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak


mengetahui sumber informasi.
Tujuan: Klien meningkat pengetahuannya.
Intervensi keperawatan:
a.     Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka pendek;
ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya.
b.    Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi tentang
sumber-sumber kelompok.

1.3.4 Implementasi Keperawatan


1. Membersihkan jalan nafas klien
2. Memperbaiki pola pernafasan klien
3. Memperbaiki pertukaran gas
4. Memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi dari aktivitas yang
mungkin.
5. Memenuhi kebutuhan klien
6. Memenuhi kebutuhan diri
7. Mencapai tingkat koping optimal
23

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas klien terpenuhi
2. Pola pernafasan klien membaik
3. Pertukaran gas klien lebih baik
4. Kebutuhan diri klien terpenuhi
5. Tingkat koping optimal
24

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Elinaria


NIM : 2017.C.09a.0836
Ruang Praktek : Ruang Gardenia
Tanggal Praktek : 25 Maret 2019
Tanggal & Jam Pengkajian : 25 Maret 2019

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.R
Umur : 47 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indoenesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kereng Bangkirai
Tgl MRS : 24 Maret 2019
Diagnosa Medis : PPOK

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan seperti diremas-remas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan pada tanggal 08 maret 2019 pukul 14.30 klien di rujuk dari
puskesmas kereng bangkirai ke RSUD Dr Doris Sylvanus ke IGD, di IGD diberi
terapi oksigen nasal canula 3 liter dan dipasang infus nacl 0,9% 20 TPM
kemudian, klien dibawa ke ruang Gardenia untuk perawatan selanjutnya
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
25

Klien mengatakan penyakit sebelumnya ada riwayat penyakit maag dan tidak
pernah di operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak adariwayat penyakit keluarga

GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :

= Meninggal

= Laki-laki

= Wanita

= Pasien

= Tinggal Serumah

2.1.3 PEMERIKASAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
Pasie tampak lemah dan sakit sedang kesadaran compos menthis berbaring
terlentang dan terpasang infus nacl 0,9% 20 tpm di lengan sebelah kiri
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Menthis
b. Ekspresi Wajah : Tenang
c. Bentuk Badan : extomorf
d. Cara Berbaring/Bergerak : Semi Fowler
e. Berbicara : Jelas
f. Suasana Hati : Sedih
g. Penampilan : Bersih dan rapi
h. Fungsi Kognitif:
 Orientasi Waktu : Pasien dapat membedakan waktu pagi,
siang, sore dan malam
26

 Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan


petugas kesehatan
 Orientasi Tempat : Pasien dapat mengetahui Ia berada di RS
i. Halusinasi : Tidak Ada
j. Proses Berpikir : Tidak Ada
k. Insight : Baik
l. Mekanisme Pertahanan Diri : Adaptif

3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5℃ Axilla
b. Nadi/HR : 80 x/mt
c. Pernapasan/RR : 25 x/mt
d. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg

4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan Merokok : Tidak Ada
 Batuk : pada awal masuk RS 08 maret 2019
Batuk darah : Tidak Ada
 Sputum : Tidak Ada
 Sianosis : Tidak Ada
 Nyeri Dada : Tidak Ada
 Dyspnea nyeri dada  Orthopnea  Lainnya: Tidak Ada
 Sesak Nafas  Saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernapasan :  Dada  Perut  Dada dan Perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya: Tidak Ada
Irama Pernapasan :  Teratur  Tidak Teratur
Suara Napas :  Vesikuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Napas Tambahan :  Wheezing  Ronchi kering
 Ronchi basah  Lainnya: Tidak Ada
27

Keluhan Lainnya : Tidak ada


Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif

5. Cardiovasculer (Bleeding)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill time  > 2 detik  < 2 detik
 Oedema:  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak Terlihat
Vena Jugularis  Tidak Meningkat  Meningkat
Suara Jantung  Normal, S2 > S1: Lub-Dub
 Ada Kelainan
Keluhan Lainnya: Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Nyeri akut

6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E : 4 (Membuka mata secara spontan)
V : 5 (Komunikasi verbal baik)
M : 6 (memenuhi perintah)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran:  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Reflek Cahaya:  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi
 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Tremor
28

 Pelo
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan
Nervus Kranial II : Pasien dapat melihat dengan jelas
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak mata
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya ke kiri
dan ke kanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien mempunyai respon saat dipanggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pasien dapat menunjukkan reflek
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakkan bahu
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif Negatif
Jari ke hidung  Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempol kaki  Positif  Negatif
Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif
Refleks:
Bisep :  Kanan Skala: +1  Kiri Skala: +2
Trisep :  Kanan Skala: +1  Kiri Skala: +2
Brakioradialis :
Patella :  Kanan Skala: +1  Kiri Skala: +2
Akhiles :  Kanan Skala: +1  Kiri Skala: +2
Babinski :  Kanan Skala: +1  Kiri Skala: +2
Refleks Lainnya: Tidak Ada
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

7. Eliminasi Uri (Bladder)


29

Produksi Urine : 1000 ml 2-3 x/hari


Warna : Kuning
Bau : Khas amoniak
 Tidak ada masalah/lancar  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

8. Eliminasi Alvi (Bowel)


Mulut dan Faring
Bibir : Lembab
Gigi : Tidak Lengkap
Gusi : Tidak Ada Peradangan
Lidah : Lembab
Mukosa : Lembab
Tonsil : Tidak Ada Peradangan
Rectum : Tidak Ada lesi/gangguan
Hemoroid : Tidak Ada
BAB : 1x/hari Warna:Kuning Konsistensi: Lunak
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feses berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising Usus: 6x/menit
Nyeri Tekan: Tidak Ada
Benjolan: Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)


 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
30

 Parese, lokasi : Tidak Ada


 Paralise, lokasi : Tidak Ada
Hemiparese, lokasi : Tidak ada
 Krepitasi, lokasi : Tidak Ada
 Nyeri, lokasi : Tidak Ada
 Kekakuan, lokasi : Tidak Ada
 Flasiditas, lokasi : Tidak Ada
 Spastisitas, lokasi : Tidak Ada
 Ukuran otot:  Simetris
 Atropi  Hipertropi
 Kontraktur  Malposisi
Uji Kekuatan Otot:  Ekstrimitas atas

 Ekstrimitas bawah
 Deformitas tulang, lokasi : Tidak Ada
 Peradangan, lokasi : Tidak Ada
 Perlukaan, lokasi : Tidak Ada
 Patah tulang, lokasi : Tidak Ada
Tulang belakang:  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis

10. Kulit-kulit Rambut


Riwayat alergi  Obat : Tidak Ada
 Makanan : Tidak Ada
 Kosmetik : Tidak Ada
 Lainnya : Tidak Ada
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/biru  Ikterik/kuning
 Putih/pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi  Macula, lokasi : Tidak Ada
31

 Pustula, lokasi : Tidak Ada


 Nodula, lokasi : Tidak Ada
 Vesikula, lokasi : Tidak Ada
 Papula, lokasi : Tidak Ada
 Ulcus, lokasi : Tidak Ada
Jaringan parut : Tidak Ada
Tekstur Rambut : Tidak terlihat tertutup balutan luka di kepala
Distribusi Rambut: Tidak terlihat tertutup balutan luka di kepala
Bentuk kuku :  Simetris  Irreguler
 Clubbing  Lainnya: Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

11. Sistem Penginderaan


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD):
Mata Kiri (VOS):
Sclera :  Normal/putih  Kuning/ikterus  Merah/hifema
Konjunctiva :  Merah muda  Pucat/anemic
Kornea :  Bening  Keruh
Alat bantu :  Kacamata  Lensa kontak  Lainnya
Nyeri : Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
b. Telinga/Pendengaran: Normal
Fungsi Pendengaran:  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung/Penciuman : Normal
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi : Tidak Ada
32

 Patensi : Tidak Ada


 Obstruksi : Tidak Ada
 Nyeri tekan sinus: Tidak Ada
 Transluminasi : Tidak Ada
Cavum Nasal: Warna: Tidak ada sekresi Integritas :-
Septum Nasal:  Deviasi  Perforasi  Perdarahan
Sekresi, warna : Tidak ada sekresi
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan: Risiko infeksi

12. Leher dan Kelenjar Limfe


Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tiroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas Leher  Bebas  Terbatas
13. Sistem Reproduksi
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, lokasi : Tidak dikaji
Gatal-gatal, lokasi : Tidak dikaji
Gland penis, lokasi : Tidak dikaji
Maetus Uretra : Tidak dikaji
Discharge, warna : Tidak dikaji
Scrotum : Tidak dikaji
Hernia : Tidak dikaji
Kelainan : Tidak dikaji
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi
Gatal-gatal, lokasi
Perdarahan
Flour Albus
Clitoris
33

Labis
Uretra
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan :
Tafsiran Partus :
Keluhan Lain: Tidak Ada
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :
 Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna Aerola
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan Lain : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

2.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan bahwa sehat itu adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak
merasakan sakit/ gangguan fungsi tubuh. Dan penyakit adalah perasaan dimana
tubuh tidak merasa nyaman.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 167 Cm IMT = Berat badan ( kg)
BB sekarang : 56 kg Tinggi badan 2
BB Sebelum sakit : 57 Kg = 56
2,7889
= 20,079
Diet:
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus:
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah lemak  Rendah purin  Lainnya: Tidak Ada
34

 Mual
 Muntah............kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Keluhan Lainnya: Tidak Ada
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x1 sehari 3x1 sehari

Porsi 1 porsi 1 porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis makanan Nasi, sayur, lauk, buah Nasi, sayur, lauk, buah

Jenis minuman Air putih Air putih

Jumlah minuman/cc/24 ± 1500cc/jam ± 1500cc/jam


jam

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

Masalah Keperawatan: Tidak Ada

3. Pola istirahat dan tidur:


Klien tampak tidur dengan nyenyak dan nyaman.
Pola tidur malam: 10 – 11 jam (Sesudah sakit)
9 – 10 jam (Sebelum sakit)
Pola tidur siang: 1 – 2 jam (Sesudah sakit)
1 jam (Sebelum sakit)
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Kognitif:
Klien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan penjelasan
dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
35

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri : Klien selalu menyukai semua yang ada pada dirinya
Ideal diri : Klien berharap cepat sembuh
Identitas diri : Klien mengatakan saya seorang ayah
Harga diri : Klien tidak malu dengan keadaan sekarang
Peran diri : Klien mengatakan saya seorang suami
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit
sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Koping-Toleransi terhadap stress


Klien mengatakan bila Ia sedang ada masalah, Ia selalu menceritakan kepada
keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

8. Nilai Pola Keyakinan


Klien meyakini agamanya sendiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.5 SOSIAL – SPIRITUAL


1. Kemampuan berkomunikasi
Secara verbal, klien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Dayak
3. Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
36

Baik. Klien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan teman dan orang lain juga baik.
5. Orang berarti/terdekat
Istri, anak dan keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit, klien bekerja dan meluangkan waktu untuk keluarga.
Sesudah sakit, klien hanya berbaring ditempat tidur.
7. Kegiatan beribadah
Sebelum sakit, klien selalu menjalankan ibadah yaitu beribadah setiap hari
minggu di Gereja.

3.1.6 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM, PENUNJANG


LAINNYA)
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 2 Maret 2019

No. Parameter Hasil Nilai Normal

1. Natrium 137 1,35-148 mmol/L

2. Kalium 2,9 3,5-5,3 mmol/L

3. Chlorida (Cl) - 98-106 mmol/L

4. Calcium ( Ca) 1,17 0,98-1,2 mmol/L

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 2 Februari 2019

No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal

1. Ureum 3,5 mg/dl 21-53

2. Creatinin 1,51 mg/dl 0,7 – 1,5

3. Hbs Ag (-)
negative

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 2 Februari 2019


37

No. Parameter Hasil Nilai normal

1. WBC 14,24 x 10 ˄ 3 dl 4.00-10.00

2. RBC 5,13 x 10 ˄ 6 ul 4.00-5.50

3. HGB 10, 1 9/dl 12,0-16,0

4. PLT 30 x 10 ˄ 3/ul 150-400

3.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


No. Nama obat Dosis Rute Indikasi

1. Infus NaCl drip 1 x 1 amp 10 Intravena Untuk memenuhi


aminofilin 1 amp 10 ml ml kebutuhan cairan
15 tpm elektrolit dan
mengobati
gangguan
pernafasan

2. Aminofilin 1 x 1 amp 10 Intravena Untuk mengobati


ml gangguan
pernafasan
seperti
asma,PPOK,bron
chitis,dan
emfisema.

3. Injeksi ceftriaxone 4 x 1 amp 10 Intravena Mengobati dan


ml mencegah infeksi
yang di sebabkan
oleh bakteri

4. Injeksi ranitidin 1 x 1 amp 25 Intravena Untuk


mg mengurangi
38

produksi asam
lambung
sehingga dapat
mengurangi rasa
nyeri uluhati

5. Injeksi hidrocortison 1 x 1 vial 100 Intravena Untuk mengatasi


mg alergi,kelainan
kulit, colitis
ulseratif, artritis

6. Combivent 1 x 1 amp 2,5 Nebulizier Untuk mengatasi


ml sesak nafas yang
diakibatkan oleh
asma akut
ataupun penyakit
jantung

7. Pulmicort 1 x 1 amp 0,5 Nebulizier Untuk


mg meredakan dan
mencegah gejala
serangan asma

Palangka Raya, 11 Maret 2019

Mahasiswa,
39

Elinaria

3.2 Tabel analisa data


ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA PENYEBAB
OBJEKTIF

DS : Klien mengatakan Penyempitan bronkiolus Pola nafas tidak efektif


sesak nafas, batuk tidak
berdahak
40

DO: Klien tampak sesak Penurunan suara nafas


nafas saat inspirasi

-Suara nafas tambahan


wheezing
Spasme jalan nafas
- Pola nafas dangkal dan
tampak cepat

- Klien tampak terpasang


infus NaCl drip
Sesak nafas
aminofilin 1½ amp 15
tpm

-Klien tampak terpasang


nasal canula 4 liter/m

TTV :
Pola nafas tidak efektif
1. TD = 140/70

2. N = 90

3. RR = 30

4. S= 36,5 C

DS : Klien mengatakan Spasme otot dada Nyeri akut


nyeri dada sebelah kiri
tembus ke belakang

P : Saat inspirasi
Edema dan inflamasi
Q : Nyeri seperti ditusuk

R: Dari dada tembus ke


belakang S: 3 ( Sedikit
lebih nyeri)
41

T : Tiba-tiba Pelepasan mediator kimia

DO : Klien tampak
berbaring menahan nyeri
Merangsang reseptor nyeri
-Skala ekspresi wajah pada bronkus
klien 3 = Sedikit lebih
nyeri

- Skala angka nyeri 3 =


Bisa di toleransi (nyeri Nyeri akut
terasa)

TTV :

1. TD = 140/70

2. N = 90

3.RR= 30

4. S= 36,5 C

DS : Klien mengatakan
Kurang mampu mengingat
tidak tahu apa yang
diderita dan
Defisit pengetahuan
pencegahannya
Ketidaktahuan
menemukan sumber
informasi
DO : 1.Klien tidak tahu
alasan/ penyebab
terkenan penyakit batu
Kecemasan
42

empedu

Kurang pengetahuan

DS : - Perubahan metabolisme
yang disebabkan oleh
DO : Klien ada riwayat Risiko infeksi
perubahan susunan
terkena penyakit
empedu
- Cholelithiasis (Batu
empedu)

- Tanda tanda vital


Kolesterol mengedap
TD : 36,5 O C
dalam kandung empedu
N : 90 x/m

RR : 29 x/m
Kolesterol mengedap
S : 36,5 o C dalam kandung empedu

WBC = 14,24 x 10˄3 dl Gangguan kontraksi


kandung empedu
RBC = 5,13 x 10˄6 ul

PLT = 30 x 10˄3/ul
Statis empedu
X
x
43

PRIORITAS MASALAH
44

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkiolus ditandai


dengan klien mengeluh sesak nafas
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dada ditandai dengan klien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri tembus ke belakang
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mampu meingat ditandai
dengan klien mengatakan tidak tau apa yang dideritanya dan pencegahannya .
4. Risiko infeksi berhubungan dengan perubahan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu di tandai dengan klien ada riwayat terkena
penyakit cholelithiasis
45
46

3.3 Intervensi Keperawatan


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.E


Ruang Rawat : Ruang G.6

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Pola nafas tidak efektif Setekah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum dan TTV 1. Dengan mengobservasi
berhubungan dengan keperawatan 3 x 7 jam 2. Atur posisi klien senyaman mungkin keadaan umum dan TTV dapat
penyempitan bronkiolus diharapkan sesak nafas semi fowler mengetahui kondisi umum dan
ditandai dengan sesak berkurang dan pola nafas klien -Berikan terapi O2 nasal canula 3 L/m TTV klien.
nafas dan batuk tidak normal dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan klien untuk melakukan nafas 2. Membantu suplai oksigen dan
berdahak 1. Klien mengatakan tidak dalam memberikan posisi yang nyaman
sesak nafas lagi 4. Kolaborasi dengan tim medis lain 3. Mengurangi rasa sesak nafas
2. Sesak nafas berkurang untuk pemberian obat melalui nebulizier ( pada klien
dengan RR 16-24 x/menit Combivent 2,5 mg dan Pulmicort 0,5
3. Tidak ada suara nafas mg )
tambahan
4. TTV
TD = 120/80-140/70
N=60-100 x/menit
47

S= 36,5 – 37,5 C

2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum dan TTV 1. Dengan mengovservasi
dengan bronkus tertutup keperawatan 3 x 7 jam 2. Atur posisi klien senyaman mungkin keadaan umum dan TTV dapat
oleh dinding bronkus diharapakan nyeri akut klien semi fowler mengetahui kondisi umum dan
dapat berkurang dengan - Kaji skala nyeri TTV klien.
kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik distraksi 2. Mengetahui intensitas nyeri
1. Skala nyeri dapat berkurang 4. Kolaborasi dengan tim medis lain 3. Mengurangi nyeri dada klien
menjadi 1-2 untuk pemberian analgetik
2.Nyeri dada klien tidak ada
3. Skala nyeri wajah klien
menjadi 1-2
4. TTV : TD = 120-80-140/70
N= 60-100 x/menit
S= 36,5-37,5 C
RR = 16-24 x/menit

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan perawatan 3 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan 1. Edukasi pada klien
48

x 7 jam diharapakan defisit keluarga bermanfaat dalam proses


pengetahuan klien dapat 2. Jelaskan tentang penyakit proses perawatan dengan adanya
berkurang dengan kriteria hasil penyakit (tanda dan gejala) , penyebab, informasi klien akan mampu
: dan kodisi tentang klien mengidentifikasi masalahnya
1. Mampu menjelaskan tentang 3. Berikan informasi yang tepat dan sehingga memudahkan tenaga
proses penyakitnya , perawatan akurat sesuai dengan kebutuhan klien kesehatan untuk menggali data
penyakit, dan pencegahannya. 4. Instruksikan kepada klien untuk pada klien.
2. Mampu menjelaskan tanda bertanya jika belum mengerti
gejala penyakitnya.

4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui tanda-tanda
keperawatan 3 x 7 jam seperti rubor, kalor, edema. adanya infeksi
diharapkan risiko infeksi klien -Kaji tanda-tanda infeksi suhu tubuh, 2. Meminimalkan terjadinya
dapat berkurang dengan nyeri , pendarahan, dan pemeriksaan kontaminasi bakteri
kriteria hasil : laboratorium. 3. Mengetahui risiko infeksi
1. Mengenalai tanda dan gejala 2. Lakukan tindakan antiseptic sebeleum
yang mengindikasikan risiko kontak dengan pasien
penyebaran infeksi 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
49

2. Mengetahui cara 4. Kolaborasi dengan dokter dalam


menguranngi penularan infeksi pemberian obat infeksi , dan obat
3. Mengetahui aktivitas yang antibiotic
dapat meningkatkan infeksi
50

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.R
Ruang Rawat : Ruang G.6

Tanda tangan dan


Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Kamis , 7 Maret 2019 1. Mengobservasi keadaan umum dan S = Klien mengatakan sesak nafas
15.00 WIB TTV berkurang
2. Mengatur posisi klien senyaman O = Klien tampak tenang, kesadaran
Diagnosa mungkin compos mentis
Pola Nafas Tidak Efektif - Memberikan terapi O2 nasal canula 3 TTV Normal
L/m TD= 140/50 mmhg N= 80 x/m Elinaria
3. Mengajarkan klien untuk melakukan S = 36,7 C RR= 24 x/m
nafas dalam A = Masalah tertasi sebagian
4. Melanjutkan kolaborasi dengan tim P= Melanjutkan intervensi
medis lain untuk pemberian obat melalui 1. Observasi keadaan umum dan
nebulizier ( Combivent 2,5 mg dan TTV
Pulmicort 0,5 mg ) 2. Atur posisi klien senyaman
51

mungkin
-Berikan terapi O2 nasal canula 3 L/m
3. Ajarkan klien untuk melakukan
nafas dalam
4. Lanjutkan kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian obat
melalui nebulizier ( Combivent 2,5 Elinaria
mg dan Pulmicort 0,5 mg)

S = Klien mengatakan nyeri dada


Kamis, 7 Maret 2019 1. Mengobservasi keadaan umum dan berkurang
15.00 WIB TTV O = Klien tampak tenang, kesadaran Novia Fergina
2. Mengatur posisi klien senyaman compos mentis
mungkin TTV normal
Diagnosa - Mengkaji skala nyeri TD : 140/50 N : 80 x/m
Nyeri akut RR : 24 x/m S : 36,7 o c
3. Mengajarkan teknik distraksi - Skala nyeri menurun 1-2
4. Melanjutkan kolaborasi dengan tim A= Masalah teratasi sebagian
52

medis lain untuk pemberian analgetik P = Lanjutkan intervensi


1. Observasi keadaan umum dan
TTV
2. Atur posisi klien senyaman
mungkin
- Kaji skala nyeri Elinaria
3. Ajarkan teknik distraksi
4. Lanjutkan kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian
analgetik

S : Klien maupun keluarga


Kamis , 7 Maret 2019 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengatakan sudah mengetahui dan
dan keluarga mengerti apa penyakit , proses dan
Diagnosa 2. Menjelaskan tentang penyakit proses penyebab penyakitnya, tanda gejala ,
Defisit Pengetahuan penyakit (tanda dan gejala) , penyebab, dan kondisi klien
dan kodisi tentang klien O : Klien sudah bisa menjelaskan Elinaria
3. Memberikan informasi yang tepat dan beberapa informasi tentang
53

akurat sesuai dengan kebutuhan klien penyakitnya


4. Menginstruksikan kepada klien untuk A :Masalah teratasi sebagian
bertanya jika belum mengerti P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga
2. Jelaskan tentang penyakit proses
penyakit (tanda dan gejala) ,
penyebab, dan kodisi tentang klien
3. Berikan informasi yang tepat dan
akurat sesuai dengan kebutuhan klien
4. Instruksikan kepada klien untuk
bertanya jika belum mengerti

S : Klien mengatakan jika tanda-


1. Mengobservasi adanya tanda-tanda tanda infeksi sudah tidak muncul
Kamis , 7 Maret 2019 infeksi seperti rubor, kalor, edema. - Klien mengatakan infeksi
-Kaji tanda-tanda infeksi , suhu tubuh, berkurang
54

Diagnosa nyeri , pendarahan, dan pemeriksaan O : Klien sudah tampak nyaman dan
Risiko infeksi laboratorium. sehat , tidak ada tanda-tanda infeksi ,
2. Melakukan tindakan antiseptic suhu tubuh normal , tidak nyeri, dan
sebeleum kontak dengan pasien tidak ada perdarahan.
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi A : Masalah teratasi sebagian
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam P : Lanjutkan intervensi Elinaria
pemberian obat infeksi , dan obat 1. Observasi adanya tanda-tanda
antibiotic infeksi seperti rubor, kalor, edema.
-Kaji tanda-tanda infeksi suhu tubuh,
nyeri , pendarahan, dan pemeriksaan
laboratorium.
2. Lakukan tindakan antiseptic
sebeleum kontak dengan pasien
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat infeksi , dan obat
antibiotic
55

CATATAN PERKEMBANGAN
56

Nama pasien : Tn R
Ruang rawat : Gardenia G.6

No. Hari/tanggal/jam Implementasi Catatan perkembangan Diagnosa Paraf

1. Rabu,6 Maret 2019 1. Mengobservasi keadaan S : Klien mengatakan masih Pola nafas tidak efektif
umum dan TTV sesak nafas

2. Mengatur posisi klien O : Kesadaran compos mentis


Elinaria
senyaman mungkin
TD : 140/30
- Memberikan terapi O2
N : 92 x/m
nasal canula 3 L/m /
S : 36 o c
3. Mengajarkan klien untuk
melakukan nafas dalam RR : 29 x/m

4. Melanjutkan kolaborasi A : Masalah belum teratasi


dengan tim medis lain untuk
P : Lanjutkan pemberian O2 3
pemberian obat melalui
l/m
nebulizier ( Combivent 2,5
57

mg dan Pulmicort 0,5 mg ) - Lanjutkan pemberian obat


melalui nebulizier ( Combivent
2,5 mg dan Pulmicort 0,5 mg )
setiap 6 jam.

2. Rabu, 6 Maret 1. Mengobservasi keadaan S : Klien mengatakan masih Nyeri akut


2019 umum dan TTV nyeri dada

2. Mengatur posisi klien O : Kesadaran compos mentis


Elinaria
senyaman mungkin
TD : 140/30
- Mengkaji skala nyeri
RR : 24 x/m
3. Mengajarkan teknik
N : 96 x/m
distraksi
S : 36,7O C
4. Melanjutkan kolaborasi
dengan tim medis lain untuk A : Masalah belum teratasi
pemberian analgetik
P : Lanjutkan pemberian
58

analgetik

- Ajarkan teknik distraksi

3. Rabu, 6 Maret 1. Mengkaji tingkat S : Klien maupun keluarga


2019 pengetahuan klien dan masih belum mengerti definisi
Defisit Pengetahuan
keluarga penyakit , proses dan penyebab
penyakitnya, tanda gejala , dan Elinaria
2. Menjelaskan tentang
kondisi klien
penyakit proses penyakit
(tanda dan gejala) , O : Klien belum bisa
penyebab, dan kodisi menjelaskan beberapa informasi
tentang klien tentang penyakitnya

3. Memberikan informasi A :Masalah belum teratasi


yang tepat dan akurat sesuai
P : Lanjutkan intervensi
dengan kebutuhan klien
1. Kaji tingkat pengetahuan
4. Menginstruksikan kepada
pasien dan keluarga
klien untuk bertanya jika
59

belum mengerti 2. Jelaskan tentang penyakit


proses penyakit (tanda dan
gejala) , penyebab, dan kodisi
tentang klien

3. Berikan informasi yang tepat


dan akurat sesuai dengan
kebutuhan klien

4. Instruksikan kepada klien


untuk

bertanya jika belum mengerti

S : Klien mengatakan tanda- Risiko infeksi


tanda infeksi masih muncul, dan
masih nyeri

O : Klien masih berbaring , dan


60

masih merasakan nyeri namun Elinaria


tidak ada perdarahan
1. Mengbservasi adanya
tanda-tanda infeksi seperti A : Masalah belum teratasi
rubor, kalor, edema.
P : Lanjutkan intervensi
-Kaji tanda-tanda infeksi ,
1. Observasi adanya tanda-tanda
suhu tubuh, nyeri ,
infeksi seperti rubor, kalor,
pendarahan, dan
edema.
pemeriksaan laboratorium.
4. Rabu, 6 Maret -Kaji tanda-tanda infeksi suhu
2. Melakukan tindakan
2019 tubuh, nyeri , pendarahan, dan
antiseptic sebeleum kontak
pemeriksaan laboratorium.
dengan pasien
2. Lakukan tindakan antiseptic
3. Memonitor tanda dan
sebeleum kontak dengan pasien
gejala infeksi
3. Monitor tanda dan gejala
4. Berkolaborasi dengan
infeksi
dokter dalam pemberian
obat infeksi , dan obat 4. Kolaborasi dengan dokter
antibiotic dalam pemberian obat infeksi ,
61

dan obat antibiotic

Anda mungkin juga menyukai