Anda di halaman 1dari 32

NASKAH AKADEMIK

USULAN PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL


INSPEKTUR KELAIKAN TIPE KENDARAAN
BERMOTOR

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


2020
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan YME atas karunia dan perkenanNya sehingga kami dapat
menyelesaikan Naskah Akademik Pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan
Tipe Kendaraan Bermotor.
Naskah Akademik ini disusun sebagai bahan pertimbangan usulan pembentukan
Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, dengan adanya rencana perubahan status
eselonisasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan, untuk itu perlu dilakukan penataan
organisasi serta penguatan tugas dan fungsi dengan membentuk jabatan fungsional
tertentu dalam hal ini Jabatan Fungsional tersebut adalah Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor.
Naskah Akademik Pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor disusun oleh Tim Pembentukan Jabatan Fungsional di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Kami berharap pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor ini dapat memperkuat tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat sebagai leading sector untuk mewujudkan kendaraan yang
berkeselamatan.
Demikian Naskah Akademis ini disusun agar bermanfaat dan menjadi acuan dalam
penyusunan dokumen selanjutnya dalam rangka pembentukan Jabatan Fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.

Jakarta,
SEKRETARIS
DIREKTORATJENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Ir. IMRAN RASYID, MBA


Pembina Utama Madya (IV/d)
NIP. 19610904 198703 1 001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ................................. 3

D. Metode Penyusunan Naskah Akademik ........................................................ 4

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS .................................................. 5

A. Kajian Teoritis ............................................................................................... 5

B. Kajian Praktik Empiris ................................................................................... 5

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TERKAIT ............................................................................................................ 8

A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan ............................................................................................................. 8

B. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan .............. 9

C. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian


Tipe Kendaraan Bermotor .......................................................................... 10

D. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan .............................. 10

E. Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (2011-2035) ....................... 11

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ................................ 12

A. Landasan Filosofis...................................................................................... 12

B. Landasan Sosiologis .................................................................................. 13

ii
C. Landasan Yuridis ........................................................................................ 14

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN PERATURAN MENTERI TENTANG INSPEKTUR KELAIKAN TIPE
KENDARAAN BERMOTOR ............................................................................. 17

A. Dasar Hukum.............................................................................................. 17

B. Instansi Pembina ........................................................................................ 17

C. Pengertian / Definisi ................................................................................... 20

D. Klasifikasi Jabatan ...................................................................................... 21

E. Kedudukan Jabatan Fungsional Dalam Organisasi .................................... 21

F. Jenjang Jabatan ......................................................................................... 22

G. Tugas Jabatan ............................................................................................ 22

H. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja................................................................. 23

I. Standar Kompetensi ................................................................................... 23

J. Pengangkatan Dalam Jabatan ................................................................... 23

K. Pendidikan dan Pelatihan ........................................................................... 25

L. Uji Kompetensi ........................................................................................... 25

M. Formasi Jabatan Fungsional ...................................................................... 26

BAB VI PENUTUP ......................................................................................................... 27

A. Kesimpulan ................................................................................................. 27

B. Saran .......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan merupakan salah satu prinsip dasar penyelenggaraan transportasi.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia, pada
tahun 2018 jumlah kematian akibat kecelakaan mencapai 20.083 jiwa, yang artinya
dalam setiap 1 jam terdapat sekitar 3–4 korban meninggal dunia. Secara nasional,
kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan mencapai 2,9–3,1 % dari
total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut, keselamatan jalan sewajarnya
menjadi prioritas nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (pasal 49) mengamanatkan bahwa Kendaraan Bermotor, kereta
gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam
negeri yang akan dioperasikan di Jalan wajib dilakukan pengujian. Selanjutnya pada
(pasal 50) berbunyi “Uji tipe wajib dilakukan bagi Kendaraan Bermotor, kereta
gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam
negeri, serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan tipe”. Uji
tipe sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan pengujian fisik untuk pemenuhan
persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap; dan penelitian rancang
bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah,
bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang
dimodifikasi tipenya. Uji tipe dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe Pemerintah.
Dalam dokumen Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-
2035 membagi aspek penyelenggaraan keselamatan jalan menjadi 5 pilar yang
merupakan penyederhanaan dari sektor yang mempengaruhi penanganan
keselamatan :
1. Pilar-1: Manajemen Keselamatan Jalan
Bertanggung jawab untuk mendorong terselenggaranya koordinasi antar
pemangku kepentingan dan terciptanya Rancang Bangun Kendaraan Bermotor
sektoral guna menjamin efektivitas dan keberlanjutan pengembangan dan
perencanaan strategi keselamatan jalan pada level nasional, termasuk di
dalamnya penetapan target pencapaian dari keselamatan jalan dan

1
melaksanakan evaluasi untuk memastikan penyelenggaraan keselamatan jalan
telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2. Pilar-2: Jalan yang Berkeselamatan
Bertanggung jawab untuk menyediakan infrastruktur jalan yang berkeselamatan
dengan melakukan perbaikan pada tahap perencanaan, desain, konstruksi dan
operasional jalan, sehingga infrastruktur jalan yang disediakan mampu
mereduksi dan mengakomodir kesalahan dari pengguna jalan.
3. Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap kendaraan yang digunakan
di jalan telah mempunyai standar keselamatan yang tinggi, sehingga mampu
meminimalisir kejadian kecelakaan yang diakibatkan oleh sistem kendaraan
yang tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, kendaraan juga harus mampu
melindungi pengguna dan orang yang terlibat kecelakaan untuk tidak bertambah
parah, jika menjadi korban kecelakaan.
4. Pilar-4: Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan
Bertanggung jawab untuk meningkatkan perilaku pengguna jalan dengan
mengembangkan program program yang komprehensif termasuk di dalamnya
peningkatan penegakan hokum dan Pendidikan.
5. Pilar-5: Penanganan Korban Pasca Kecelakaan.
Bertanggung jawab untuk meningkatkan penanganan tanggap darurat pasca
kecelakaan dengan meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan terkait,
baik dari sisi sistem ketanggap daruratan maupun penanganan korban termasuk
di dalamnya melakukan rehabilitasi jangka panjang untuk korban kecelakaan.
Kementerian Perhubungan berkontribusi dalam Pilar-3 (Kendaraan yang
berkeselamatan) untuk melakukan penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji
berkala dan uji tipe, mengembangkan sistem pengujian techno based, mengevaluasi
sistem pengujian berkala dan uji tipe (sumber daya manusia, penyelenggaraan,
infrastruktur, pendataan sistem informasi, penerapan sistem akreditasi).
Untuk menjawab tantangan dalam menurunkan angka kecelakaan lalu lintas
jalan di Indonesia, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat perlu melakukkan upaya yang memberikan dampak besar
terhadap keselamatan berkendara. Upaya tersebut harus mencakup berbagai
elemen dan elemen-elemen tersebut antara lain penyempurnaan birokrasi,
organisasi, dan sumber daya manusia.

2
Penyempurnaan organisasi selanjutnya rencana pengalihan beberapa jabatan
struktural menjadi Jabatan Fungsional Tertentu dengan salah satu opsinya adalah
sebagai Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor. Dengan demikian perlu
disusun Naskah Akademik tentang Pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur
Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.

B. Identifikasi Masalah
Dengan adanya rencana penyempurnaan struktur organisasi di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat perlu dipertimbangkan pembinaan sumber
daya manusia yang professional, kompeten dan memiliki spesialisasi khusus yang
juga mendukung pengembangan karir kepada sumber daya manusia yang
membidangi Uji Tipe Kendaraan Bermotor, sehingga perlu diusulkan pembentukan
jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor yang mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan pengujian dan penyiapan bahan sertifikasi laik jalan
terhadap tipe kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, karoseri dan
kendaraan khusus, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengujian, sertifikasi dan registrasi,
pengesahan varian, rancang bangun dan rekayasa, ambang batas laik jalan
pengujian, kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji tipe kendaraan bermotor, serta
akreditasi bengkel karoseri.

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik


1. Tujuan Penyusunan Naskah Akademik :
a. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengujian
tipe kendaraan bermotor serta upaya untuk mengatasi permasalahan yang
ada.
b. Merumuskan landasan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan
yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Menteri tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
c. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, dan
jangkauan serta arah pengaturan dalam Peraturan Menteri tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.

3
d. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai dasar
pembentukan Rancangan Peraturan Menteri tentang Jabatan Fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor sebagai dasar hukum
penyelesaian permasalahan.
2. Kegunaan penyusunan Naskah Akademik, yaitu sebagai acuan atau referensi
penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Menteri tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.

D. Metode Penyusunan Naskah Akademik


Metode penyusunan Naskah Akademik dilakukan melalui pendekatan yuridis
normatif maupun yuridis empiris dengan menggunakan data sekunder maupun data
primer.
1. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka terutama data sekunder
yang berupa peraturan perundang-undangan atau peraturan Menteri, hasil kajian
dan referensi lainnya.
2. Metode yuridis empiris dilakukan dengan menelaah data primer yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung dari pihak yang berkepentingan. Data primer ini
diperoleh melalui pengamatan (observasi), penyebarluasan kuisioner, diskusi,
pendapat narasumber.

4
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Byars & Rue (2004)
adalah desain aktivitas yang mencakup pengadaan dan pengkoordinasian sumber
daya manusia. Sedangkan pengertian sumber daya manusia menurut Jacson dan
Schuler (2000) adalah orang yang berbakat dan bersemangat tinggi yang tersedia
bagi organisasi sebagai kontributor potensial untuk menciptakan dan merealisasikan
tujuan, misi, serta visi organisasi.
Manajemen sumber daya manusia telah berkembang lebih dari sekedar
menyangkut pekerjaan-pekerjaan administratif, hubungan hukum, kompensasi, dan
benefits sebagaimana yang dilakukan oleh manajemen sumber daya tradisional.
Manajemen sumber daya manusia lebih terintegrasi ke dalam manajemen dan
proses perencanaan strategis organisasi, sehingga keterlibatan manajemen sumber
daya manusia dalam pengembangan dan implementasi strategi organisasi
mengalami peningkatan.
Organisasi saat ini banyak mengalami perubahan struktur yang menghadirkan
tantangan bagi manajemen sumber daya manusia. Termasuk di lingkungan
Kepemerintahan.
Dalam proses perubahan tersebut perlu dilakukan pembentukan Jabatan
Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor untuk mengoptimalkan
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat.

B. Kajian Praktik Empiris


1. Struktur Organisasi dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Sub Direktorat Uji Tipe
Kendaraan Bermotor.
Sub Direktorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor merupakan salah satu Sub
Direktorat secara struktural berada di bawah Direktur Sarana Transportasi Jalan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Peraturan Menteri nomor
122 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
bahwa Sub Direktorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor memiliki struktur organisasi
terdiri atas 3 (tiga) jabatan struktural dengan rincian sebagai berikut :

5
a. 1 (satu) Kepala Sub Direktorat;
b. 2 (dua) Kepala Seksi;
Adapun uraian tugas masing-masing dari jabatan struktural berdasarkan
Struktur Organisasi Sub Direktorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor Jalan saat ini
adalah sebagai berikut :
a. Subdirektorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang uji tipe kendaraan bermotor.
b. Seksi Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengujian, penentuan
ambang batas laik jalan pengujian, pengesahan varian, sertifikasi, registrasi,
serta kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji tipe kendaraan bermotor.
c. Seksi Rancang Bangun Kendaraan Bermotor mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengesahan rancang
bangun dan rekayasa kendaraan bermotor, pengesahan rancang bangun
dan rekayasa tipe kendaraan bermotor, serta akreditasi bengkel karoseri.
2. Struktur Organisasi dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Balai Pengujian Laik
Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB).
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor adalah unit
pelaksana teknis di bidang pengujian tipe kendaraan bermotor di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. BPLJSKB mempunyai tugas
melaksanakan pengujian dan penyiapan bahan sertifikasi laik jalan terhadap tipe
kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, karoseri, dan
kendaraan khusus. Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan
Bermotor dipimpin oleh seorang Kepala.

6
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor terdiri dari:
1) Subbagian Tata Usaha;
2) Seksi Pengujian;
3) Seksi Sertifikasi;
4) Seksi Sarana;
5) Seksi Teknologi Pengujian;
6) Kelornpok Jabatan Fungsional.
3. Wilayah kerja dan cakupan tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri 154 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat bahwa dibentuk 25 Balai Pengelola
Transportasi Darat yang tersebar di Indonesia.
Balai Pengelola Transportasi Darat merupakan Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Salah satu tugas dan fungsi
BPTD adalah melaksanakan pemeriksaan fisik rancang bangun sarana
angkutan jalan serta pengawasan teknis sarana lalu lintas dan angkutan jalan di
jalan nasional dan industri karoseri. Selain itu, wilayah cakupan juga meliputi
Dinas terkait yang bertanggung jawab di bidang keselamatan sarana transportasi
Jalan di tingkat Provinsi, Kota, dan Kabupaten termasuk komunitas keselamatan
sarana transportasi jalan di seluruh wilayah Indonesia.

7
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Peraturan perundang-undangan yang menjadi pertimbangan untuk Pembentukan


Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor adalah sebagai
berikut:
A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pada pasal 48 disebutkan bahwa Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan
di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Persyaratan teknis
merupakan persyaratan yang terdiri atas susunan, perlengkapan, ukuran, karoseri,
rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, pemuatan,
penggunaan, penggandengan Kendaraan Bermotor dan/atau penempelan
Kendaraan Bermotor. Persyaratan laik jalan adalah persyaratan yang sekurang-
kurangnya terdiri atas emisi gas buang, kebisingan suara, efisiensi sistem rem utama,
efisiensi sistem rem parkir, kincup roda depan, suara klakson, daya pancar dan arah
sinar lampu utama, radius putar, akurasi alat penunjuk kecepatan, kesesuaian kinerja
roda dan kondisi ban, dan kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat
Kendaraan.
Selanjutnya pada pasal 49 disebutkan bahwa Kendaraan Bermotor, kereta
gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam
negeri yang akan dioperasikan di Jalan wajib dilakukan pengujian. Pengujian
sebagaimana dimaksud meliputi pengujian tipe dan pengujian berkala. Uji tipe
sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan pengujian fisik untuk pemenuhan
persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap; dan penelitian rancang
bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah,
bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang
dimodifikasi tipenya. Uji tipe dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe Pemerintah.
Fungsi Pemerintah dalam hal ini pembina Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu
melakukan inspeksi bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagai tindakan
pengawasan terhadap Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sesuai dengan
pasal 2 tersebut diatas maka pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap
pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor dalam bentuk
pengujian tipe kendaraan bermotor.

8
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan teknis dan laik
jalan kendaraan bermotor dilakukan oleh pejabat yang kompeten dalam hal ini
dilakukan oleh pejabat fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan
teknis dan laik jalan kendaraan bermotor adalah untuk memberikan jaminan dan
meningkatkan keselamatan kendaraan bermotor kepada masyarakat dalam hal ini
pengguna jasa angkutan jalan, mencegah meningkatnya jumlah dan frekuensi tingkat
kecelakaan, mengurangi tingkat fatalitas terjadinya kecelakaan serta meminimalkan
tingkat kerugian material maupun inmaterial akibat terjadinya kecelakaan di jalan.
Penyebab Kecelakaan Kendaraan Bermotor di Jalan antara lain adalah:
1. Tidak terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.
2. Kelebihan muatan kendaraan tidak sesuai dengan spesifikasi.
3. Rendahnya tingkat kepatuhan pengendara kendaraan bermotor terhadap
peraturan lalu lintas.
4. Penerapan regulasi terkait keselamatan angkutan jalan yang yang belum
maksimal.
Oleh karenanya diperlukan tenaga Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
yang bertugas untuk memonitor, mengevaluasi dan menilai pelaksanaan kegiatan
pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor tersebut.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan


Sebagai leading sector dalam hal kendaraan yang berkeselamatan pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perhubungan wajib memberikan jaminan keselamatan
secara teknis terhadap penggunaan Kendaraan Bermotor di jalan.
Dalam menjalankan tugasnya, Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
dianggap perlu untuk memiliki kemampuan menjelaskan tentang Peraturan
Perundang-undangan mengenai Kebijakan, mampu menjelaskan Pedoman
Pelaksanaan Kebijakan Uji Tipe Kendaraan Bermotor, dan mampu menjelaskan
tentang teknik pengujian tipe kendaraan bermotor.

C. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan
Merujuk pada pasal 220 PM 122 Tahun 2018 tentang tugas dan fungsi Sub
Direktorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor, dalam rangka Sertifikasi Tipe Kendaraan

9
Bermotor dan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor, Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor perlu menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang Uji Tipe Kendaraan Bermotor.
Pelaksanaan tugas di bidang Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor meliputi
pengujian, penentuan ambang batas laik jalan pengujian, pengesahan varian,
sertifikasi, registrasi, serta kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji tipe kendaraan
bermotor. Pelaksanaan tugas di bidang Rancang Bangun Kendaraan Bermotor
meliputi pengesahan rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor,
pengesahan rancang bangun dan rekayasa tipe kendaraan bermotor, serta akreditasi
bengkel karoseri.

D. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe


Kendaraan Bermotor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor, pasal 2 yang berbunyi maksud dan tujuan uji
tipe kendaraan bermotor meliputi :
1. Memberikan kepastian hukum terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik
jalan kendaraan bermotor;
2. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan
kendaraan bermotor di jalan;
3. Mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran
yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan;
4. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Untuk itu jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
memiliki tugas meliputi:
1. Mengawasi atas pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor;
2. Mengawasi kegiatan pemeriksaan kesesuaian fisik Kendaraan Bermotor;
3. Menyusun kebijakan atas pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
4. Menyusun petunjuk teknis pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
5. Melaksanakan kegiatan uji sampel Kendaraan Bermotor;
6. Melakukan penerbitan Sertifikat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;

10
7. Melakukan penerbitan atas Surat Keputusan Pengesahan Rancang Bangun
Kendaraan Bermotor;
8. Melakukan penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor.

E. Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (2011-2035)


Berdasarkan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (2011-2035) bahwa
Keselamatan merupakan salah satu prinsip dasar dalam penyelenggaraan
transportasi. Penyusunan RUNK memiliki tujuan untuk memberikan pedoman bagi
pemangku kebijakan agar dapat merencanakan dan melaksanakan penanganan
keselamatan jalan secara terkoordinir dan selaras. Untuk melaksanakan tugas
sebagai pilar 3 yaitu Kendaraan yang berkeselamatan, Kementerian Perhubungan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap kendaraan yang digunakan
dijalan telah mempunyai standard keselamatan yang tinggi sehingga mampu
meminimalisir kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh kendaraan.
Program dan kegiatan keselamatan jalan disusun dengan menggunakan
kerangka keterkaitan antara hasil kegiatan dan target jangka panjangnya oleh karena
itu dibentuklah Decade of Action for Road Safety atau Rencana Jangka Panjang Aksi
Keselamatan. Penyelenggaraan keselamatan jalan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan efisiensi dan keselarasan kebijakan antar pemerintah di tingkat pusat
maupun daerah. Dalam pelaksanaan RUNK, Pemerintah perlu memastikan bahwa
penyusunan dan pelaksanaan program kerja dilakukan secara terkoordinasi dan
sinergis dengan mengutamakan keselamatan jalan sebagai tanggung jawab
bersama.
Besarnya kerugian membuat pemerintah menyadari bahwa perlunya dibentuk
rencana strategis yang diterapkan secara nasional dengan bekerjasama dengan
berbagai instansi lain yang dibagi menjadi 5 pilar. Rencana Umum Nasional
Keselamatan ini memuat berbagai kegiatan dan program keselamatan jalan yang
akan diterapkan oleh pemerintah di setiap periode.

11
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pada prinsipnya memuat pemikiran-pemikiran mendasar
tentang kewajiban negara, hak-hak dasar warga negara, pandangan hidup,
kesadaran, cita-cita hukum dan moral sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Suatu peraturan harus
memuat norma-norma hukum yang diidealkan oleh masyarakat dan dapat
menggambarkan sebagai panduan dan cermin dari harapan dan keinginan bersama
suatu masyarakat tentang nilai-nilai luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan peraturan dalam kenyataan.
Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan
mencapai 2,9 – 3,1 % dari total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut,
keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi prioritas nasional yang mendesak
untuk segera diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan tidak hanya dihadapi
dalam skala nasional saja, tetapi juga menjadi masalah global. Setiap tahun, terdapat
sekitar 1,3 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih dari 3.000 jiwa
per harinya. Ada banyak faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan diantaranya
masalah pengguna jalan (67%), Kendaraan (4%), Jalan dan Lingkungan (5%) serta
kombinasi ketiga faktor diatas (24%). Jika tidak ada langkah-langkah penanganan
yang segera dan efektif, diperkirakan korban kecelakaan akan meningkat dua kali
lipat setiap tahunnya.
World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian
akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular
dengan jumlah kematian tertinggi. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan
diperkirakan akan menjadi penyebab kematian nomor 5 (lima) di dunia setelah
penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan. Menindak lanjuti
hal tersebut, pada Maret tahun 2010 Majelis Umum PBB mendeklarasikan Decade
of Action (DoA) for Road Safety 2011 – 2020 yang bertujuan untuk mengendalikan
dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan secara global
dengan meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala nasional, regional dan
global.

12
Semangat pendeklarasian Decade of Action for Road Safety 2011-2020 ini
sejalan dengan amanat Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan khususnya pada Pasal 203 untuk menyusun Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK). Dalam rangka memanfaatkan momentum ini,
Pemerintah Indonesia menyusun RUNK Jalan yang bersifat jangka panjang (25
tahun) dan mendeklarasikan DoA yang akan menjadi bagian dari materi RUNK Jalan,
telah ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang
program dekade aksi keselamatan jalan dengan target mewujudkan 5 (Lima) Pilar
Aksi Keselamatan Jalan diantaranya:
1. Pilar I Manajemen Keselamatan Jalan (safer Management)
2. Pilar II Jalan yang berkeselamatan (safer road)
3. Pilar III Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle)
4. Pilar IV Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan (safer people)
5. Pilar V : Perawatan paska kecelakaan (Post Crash)
Dalam lima pilar tersebut jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor terlibat dalam mewujudkan suksesnya Pilar III untuk menciptakan
Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle). Berdasarkan hal tersebut, maka
pertimbangan filosofis yang terkandung dalam usulan peraturan menteri untuk
penetapan jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor adalah
sebagai kewajiban moral, kesadaran dan cita-cita hukum.

B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pada hakekatnya merupakan landasan yang memuat
berbagai alasan dan pertimbangan yang menggambarkan bahwa peraturan-
peraturan yang dibentuk adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
aspek-aspek tertentu. Landasan ini dalam peraturan perundangan pada umumnya
terkait dengan fakta mengenai perkembangan berbagai persoalan dan kebutuhan
masyarakat yang diusulkan dalam materi muatan peraturan.
Landasan sosiologis dalam kaitannya kebutuhan dan usulan penetapan jabatan
fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
Pembakuan jabatan fungsional merupakan proses penjaminan pemenuhan
persyaratan kualifikasi dengan tingkat kompeten yang mendukung upaya menjamin
kelaikan tipe kendaraan bermotor. Keahlian SDM beserta kompetensinya harus
dijaga dan diupayakan agar selalu berada dalam kondisi optimal melalui pembinaan

13
dari pola dan penjenjangan jabatan fungsional secara berkelanjutan. Dengan jabatan
fungsional yang melekat pada pelaksana tugas akan memberi motivasi dalam
melaksanakan pekerjaan serta nilai positif bagi unit kerja yang membawahi pegawai
yang bersangkutan.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan petimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa jabatan fungsional yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan dengan mempertimbangkan aturan yang ada,
yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi
atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk jabatan fungsional.
Beberapa persoalan hukum itu antara lain peraturan yang sudah ketinggalan,
peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, peraturannya sudah ada tetapi
tidak memadai, atau peraturannya memang belum ada.
Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor dibutuhkan
seiring dengan perkembangan pengunaan kendaraan di Indonesia baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan komersil. Lahirnya suatu kendaraan sampai
dengan penggunaan kendaraan itu sendiri harus sesuai dengan aturan yang ada
sehingga keselamatan dapat dijamin kepada pengguna, orang lain maupun
lingkungan sekitar.
Tingginya angka kecelakaan di Indonesia, mencapai korban meninggal dunia
sebanyak 29.083 korban pada tahun 2018, merupakan sebagai sinyal bahwa masih
rendahnya kesadaran akan pentingnya keselamatan lalu lintas di jalan. Sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 203 bahwa Pemerintah
bertanggung jawab atas terjaminnya Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pemerintah harus aktif dalam menyuarakan keselamatan jalan kepada segenap
lapisan masyarakat, terlebih kepada usia produktif yang merupakan korban
terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas jalan.
Dalam mewujudkan suksesnya pilar III pada Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan (2011-2035) untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah
menjalankan amanat Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan sebagai ujung tombak dalam kegiatan kelaikan Tipe Kendaraan

14
Bermotor di seluruh Indonesia. Namun dengan adanya upaya pemerintah untuk
reformasi birokrasi dalam upaya meningkatkan profesionalisme aparatur negara,
direncanakan pengalihan pejabat struktural menjadi Pejabat Fungsional serta upaya
peningkatan profesionalisme kerja di laboratorium-laboratorium kelaikan tipe
kendaraan bermotor dirasa perlu untuk melakukan pembentukan Jabatan Fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor adalah
sekelompok jabatan yang melaksanakan tugas dan fungsi yang berkaitan dengan
perumusan regulasi, inspeksi, pengamatan (surveillance), survey dan pengujian
(test) Tipe Kendaraan Bermotor yang dilakukan oleh Jabatan Fungsional, yang
sesuai dengan amanat peraturan perundang – undangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil;
4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan dan Pembinaan
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 42 Tahun 2018 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam
Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian/Inpassing;
Dengan memperhatikan aspek filosofis, sosiologis, dan yuridis dimaksud maka
untuk mendukung tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dirasa
perlu dibentuknya jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
Pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
pada hakikatnya bertujuan untuk:
1. Mendukung proses restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat untuk meningkatkan kinerja, terutama kemampuan pengawasan
terhadap pemenuhan standar keselamatan nasional dan internasional sebagai

15
refleksi UN Regulation yang akan diadopsi sesuai ketentuan ASEAN MRA
(Mutual Recognition Arrangement);
2. Penyempurnaan regulasi untuk memenuhi tantangan operasi, standar
keselamatan, good governance, sumber daya manusia, dan kemajuan
teknologi;
3. Menambah jumlah Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor yang bertugas
melakukan perumusan regulasi, inspeksi, pengamatan (surveillance), survei
dan pengujian (test);
4. Memberikan dampak positif sebagai salah satu upaya konkrit dalam
pencapaian program kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) yang telah
dituangkan dalam pada Pilar III Rencana Umum Nasional Keselamatan;
5. Mengakui kompetensi dan tingkat keahlian yang di miliki Inspektur Kelaikan tipe
kendaraan bermotor seiring dengan adanya kesepakatan regional di bidang
kelaikan tipe kendaraan bermotor melalui ASEAN MRA (Mutual Recognition
Arrangement), serta memberikan apresiasi yang cukup dan layak didalam kelas
jabatan yang ada di dalam sistem Jabatan Fungsional di Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
6. Mendorong Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor untuk tampil lebih
profesional, independen, dan berkinerja tinggi, hal ini disebabkan karena
kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan prospek pengembangan
kariernya;
7. Menjamin pembinaan karier, kepangkatan, jabatan, dan peningkatan
profesionalisme, serta memacu para inspektur di Bidang Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
profesional dan bertanggung jawab.

16
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN MENTERI TENTANG INSPEKTUR KELAIKAN TIPE KENDARAAN
BERMOTOR

A. Dasar Hukum
Peraturan-peraturan yang mendasari dan mengamanatkan usulan
pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
adalah :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil;
6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 42 Tahun 2018 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam
Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian/Inpassing;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor;

17
B. Instansi Pembina
Instansi Pembina jabatan fungsional adalah instansi yang menggunakan jabatan
fungsional yang mempunyai bidang kegiatan sesuai dengan tugas pokok instansi
tersebut atau instansi yang apabila dikaitkan dengan bidang tugasnya dianggap
mampu untuk ditetapkan sebagai Pembina jabatan fungsional.
Instansi Pembina Jabatan Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor adalah
unit kerja teknis di Kementerian Perhubungan yang melaksanakan kebijakan di
bidang uji tipe kendaraan bermotor, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat.
Sesuai tugas pokok dan fungsi di bidang sarana transportasi jalan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat melaksanakan tugas dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
uji tipe kendaraan bermotor. Tugas Pokok Instansi Pembina:
1. Menyusun pedoman Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor;
2. Menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor;
3. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Jabatan Fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor;
4. Menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman penilaian kualitas hasil kerja;
5. Menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah yang bersifat inovatif di
bidang tugas;
6. Menyusun kurikulum pelatihan jabatan fungsional;
7. Menyelenggarakan pelatihan jabatan fungsional;
8. Membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada lembaga pelatihan;
9. Menyelenggarakan uji kompetensi jabatan fungsional;
10. Menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di bidang tugas jabatan fungsional;
11. Melakukan sosialisasi jabatan fungsional;
12. Mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional;
13. Memfasilitasi pelaksanaan tugas jabatan fungsional;
14. Memfasilitasi pembentukan organisasi profesi jabatan fungsional;
15. Memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik profesi dan kode perilaku
jabatan fungsional;

18
16. Melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan mengacu pada ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi Nasional;
17. Melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan jabatan fungsional;
18. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dalam rangka pembinaan
karier.
Dalam rangka pembinaan, Instansi Pembina mempunyai kewenangan penilaian
kinerja terhadap Pejabat Fungsional. Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional
ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang bewenang setelah mendengar
pertimbangan Tim Penilai. Tim Penilai dibentuk oleh pimpinan instansi pembina
jabatan fungsional jabatan fungsional atau pimpinan instansi pengguna jabatan
fungsional. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
mengangkat dan/atau memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tim penilai terdiri dari pejabat yang berasal dari unsur teknis yang membidangi
jabatan fungsional dan unsur pejabat fungsional dengan jenjang paling kurang sama
dengan jenjang Pejabat Fungsional yang dinilai. Tim penilai memberikan
pertimbangan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan
kenaikan pangkat pejabat fungsional yang bersangkutan.
Angka kredit yang dipakai sebagai penilaian prestasi kerja merupakan salah satu
unsur dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) / Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil, oleh karenanya maka unsur-unsur lain yang dipersyaratkan
dalam DP3 / Prestasi Kerja DP3 bagi kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan perlu
dipenuhi oleh setiap pejabat fungsional.
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar jabatan fungsional atau antar jabatan
fungsional dengan jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan tersebut.
Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi disamping
diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan harus pula memenuhi
syarat-syarat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan. Tim Penilai memiliki tugas :
1. Mengevaluasi keselarasan hasil penilaian yang dilakukan oleh pejabat penilai;
2. Memberikan penilaian angka kredit berdasarkan nilai capaian tugas jabatan;
3. Memberikan rekomendasi kenaikan pangkat dan/atau jenjang jabatan;
4. Memberikan rekomendasi mengikuti uji kompetensi;

19
5. Melakukan pemantauan terhadap hasil hasil penilaian capaian tugas jabatan;
6. Memberikan pertimbangan penilaian Sasaran Kinerja Pegawai;
7. Memberikan bahan pertimbangan kepada Pejabat yang Berwenang dalam
pengembangan PNS, pengangkatan dalam jabatan, pemberian tunjangan dan
sanksi, mutasi, serta keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan.

C. Pengertian / Definisi
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
2. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan tingkat seseorang PNS
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan
sebagai dasar penggajian;
3. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara;
4. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS dalam rangka menjalankan tugas
pokok dan fungsi keahlian dan atau keterampilan untuk mencapai tujuan
organisasi;
5. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel;
6. Uji tipe kendaraan bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap fisik
kendaraan bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum
kendaraan bermotor dibuat dan / atau dirakit dan / atau diimpor secara massal
serta kendaraan bermotor yang dimodifikasi;
7. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan / atau
memeriksa bagian atau kompoonen kendaraan bermotor, kereta gandengan,
dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan
laik jalan;
8. Sertifikat kompetensi adalah legitimasi kompetensi dalam bidang penguji tipe
kendaraan bermotor yang diberikan kepada penguji yang telah memenuhi

20
persyaratan sesuai dengan keahlian, wewenang dan tanggung jawab penguji
secara berjenjang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
9. Instansi Pembina adalah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga non struktural
yang memiliki dan melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan sesuai bidang
tugas jabatan fungsional;
10. Pembinaan jabatan fungsional adalah upaya peningkatan dan pengendalian
standar profesi jabatan fungsional yang meliputi kewenangan pengelolaan,
prosedur dan metodologi pelaksanaan tugas jabatan, dan penilaian kinerja
Pejabat Fungsional;
11. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki jabatan fungsional
pada Kementerian Perhubungan.

D. Klasifikasi Jabatan
Klasifikasi jabatan fungsional adalah merupakan rumpun jabatan fungsional
berdasarkan kesamaan karakteristik, mekanisme dan pola kerja jabatan fungsional.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, antara lain disebutkan bahwa penentuan
jenis rumpun jabatan fungsional menggunakan perpaduan pendekatan antara
Jabatan dan Bidang Ilmu Pengetahuan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
tugas.
Dari dua pendekatan tersebut maka untuk Jabatan Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor masuk dalam Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan,
adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan
dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda
operasional serta memeriksa pengimplementasian peraturan perundang – undangan
yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran dan bahaya lain, keselamatan
kerja, perlindungan kesehatan dan lingkungan, kesehatan proses produksi, barang
dan jasa yang dihasilkan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan standar kualitas
dan spesifikasi pabrik.

21
E. Kedudukan Jabatan Fungsional Dalam Organisasai/Instansi Pemeintah
1. Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor berkedudukan
pada lingkup Instansi Pembina sebagai pejabat fungsional di bidang
Perhubungan Darat;
2. Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud di atas merupakan jabatan karier Aparatur Sipil Negara pada tingkat
jabatan keahlian.

F. Jenjang Jabatan
Jabatan fungional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor termasuk dalam
kategori jabatan ahli terdiri dari 3 (tiga) jenjang jabatan:
1. Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor Ahli Pertama;
2. Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor Ahli Muda;
3. Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor Ahli Madya.

Gambaran jenjang dan pangkat jabatan:


Setara
No Jabatan Golongan
Pangkat
Ruang
1 Inspektur Kelaikan Tipe Penata Muda s/d III/a – III/b
Kendaraan Bermotor Ahli Penata Muda Tk. I
Pertama

2 Inspektur Kelaikan Tipe Penata s/d III/c – III/d


Kendaraan Bermotor Ahli Penata Tk. I
Muda

3 Inspektur Kelaikan Tipe Pembina s/d IV/a – IV/c


Kendaraan Bermotor Ahli Pembina Utama
Madya Muda

22
G. Tugas Jabatan
Tugas jabatan Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor yaitu melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma,
pedoman, kriteria, sistem dan prosedur pengawasan, evaluasi, inspeksi,
pengamatan (surveillance), survei dan pengujian (test) serta pelaporan di bidang
Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor

H. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja (Output) Kegiatan


Kegiatan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
memiliki tugas pokok dengan uraian kegiatan dan output kegiatan sebagaimana
tercantum pada Lampiran 1.

I. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran 2.

J. Pengangkatan Dalam Jabatan


1. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan pertama yang dilakukan untuk mengisi lowongan formasi
CPNS jabatan Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor dengan persyaratan
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pendidikan formal sekurang-kurangnya D-IV atau S-1 jurusan teknik
mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan bermotor,
transportasi dan disiplin ilmu yang relevan;
b. Pangkat dan golongan serendah-rendahnya Penata Muda (III/a);
c. Memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan nilai TOEFL sekurang-
kurangnya 400 (empat ratus);
d. Memiliki sertifikat pengetahuan dasar teknik kendaraan bermotor dan
Pemahaman Regulasi Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;;
e. Telah mengikuti dan lulus diklat jabatan fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan.
2. Pengangkatan Perpindahan (alih jabatan)
Pengangkatan dari jabatan lain ke dalam Jabatan Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor adalah proses pengusulan pengangkatan seorang PNS

23
yang telah selesai menjalankan tugas sebagai pejabat Administrasi atau pejabat
Pimpinan Tinggi atau berhenti tetap dari Jabatan Fungsional Lain namun belum
pernah diangkat dalam Jabatan Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
Syarat pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan
Tipe Kendaraan Bermotor melalui perpindahan dari jabatan lain sebagai berikut:
a. Calon adalah seorang PNS yang telah selesai dari Jabatan
adminitrasi/Jabatan Pimpinan Tinggi atau berhenti dari Jabatan Fungsional
lain;
b. Pangkat paling rendah Penata Muda, Golongan Ruang III/a;
c. Mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang
telah disusun oleh instansi pembina;
d. Memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan nilai TOEFL sekurang-
kurangnya 400 (empat ratus);
e. Bekerja di lingkungan unit kelaikan tipe Instansi Pemerintah pusat/daerah;
f. Memiliki pendidikan formal sekurang-kurangnya D-IV atau S-1 jurusan teknik
mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan bermotor,
transportasi dan disiplin ilmu yang relevan;
g. Semua unsur Penilaian prestasi kerja pada 1 (satu) tahun terakhir paling
kurang bernilai baik;berusia paling tinggi:
h. Memiliki pengalaman di bidang kelaikan tipe paling kurang 2 (dua) tahun
terakhir.
i. berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun untuk Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor ahli muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun untuk Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor ahli madya; dan
3. Pengangkatan Penyesuaian (inpassing)
PNS yang masih dan telah melaksanakan tugas dalam bidang kelaikan tipe
kendaraan bermotor dapat diangkat melalui penyesuaian (inpasing) ke dalam
jabatan inspektur kelaikan tipe kendaraan bermotor dengan persyaratan sebagai
berikut :

24
a. Memiliki pendidikan formal sekurang-kurangnya D-IV atau S-1 jurusan teknik
mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan bermotor,
transportasi dan disiplin ilmu yang relevan;
b. Pangkat paling rendah Penata Muda, Golongan Ruang III/a;
c. Berusia paling tinggi 55 tahun;
d. Semua unsur Penilaian prestasi kerja pada 1 (satu) tahun terakhir paling
kurang bernilai baik;berusia paling tinggi:
e. Mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang
telah disusun oleh instansi pembina;
f. Memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan nilai TOEFL sekurang-
kurangnya 400 (empat ratus);
4. Kenaikan dalam jabatan / Kenaikan Pangkat
Pengusulan kenaikan dalam jabatan dapat dilakukan apabila yang
bersangkutan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memenuhi batas minimal jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk
kenaikan pangkat;
b. Lulus seleksi dari Tim Penilai;
c. Setiap unsur penilai prestasi kerja dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
sekurang-kurangnya baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
5. Pemberhentian
Pejabat Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor dapat
diberhentukan dari jabatannya apabila:
1) Tidak dapat memenuhi jumlah angka kredit;
2) Melakukan pelanggaran disiplin berat;
3) Melakukan tindakan yang melanggar hukum / kriminal.

K. Pendidikan dan Pelatihan


Pejabat fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor wajib mengikuti
dan lulus pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jabatan inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor.
Pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh Lembaga yang ditunjuk oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat.

25
L. Uji Kompetensi
Sesuai peraturan dan perundangan, setiap jabatan fungsional harus memiliki
sertifikat kompetensi. Hal ini berarti bahwa untuk menjadi pejabat jabatan fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor, kenaikan pangkat jabatan, dan
golongan harus lulus uji kompetensi yang ditetapkan oleh instansi pembina.
Mekanisme uji kompetensi meliputi materi kompetensi manajerial dan kompetensi
teknis berupa :
a. Wawancara;
b. Tes tertulis;
c. Uji praktek.

M. Formasi Jabatan Fungsional


Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor dilaksanakan sesuai dengan formasi Jabatan Fungsional
Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Menteri
Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi setelah
mendapatkan pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.

26
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam mewujudkan suksesnya pilar III pada Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan (2011-2035) untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah
menjalankan amanat Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas
dan angkutan jalan sebagai ujung tombak dalam kegiatan kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor di seluruh Indonesia. Namun dengan adanya upaya
pemerintah untuk reformasi birokrasi dalam upaya meningkatkan profesionalisme
aparatur negara, direncanakan pengalihan pejabat struktural menjadi Pejabat
Fungsional serta upaya peningkatan profesionalisme kerja di laboratorium-
laboratorium kelaikan tipe kendaraan bermotor dirasa perlu untuk melakukan
pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor.
2. Pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
pada hakikatnya bertujuan untuk :
a. Mendukung proses restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat untuk meningkatkan kinerja, terutama kemampuan
pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan nasional dan
internasional sebagai refleksi UN Regulation yang akan diadopsi sesuai
ketentuan ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement);
b. Sebagai upaya penyempurnaan regulasi untuk memenuhi tantangan operasi,
standar keselamatan, good governance, sumber daya manusia, dan kemajuan
teknologi;
c. Menambah jumlah Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor yang
bertugas melakukan perumusan regulasi, inspeksi, pengamatan
(surveillance), survey dan pengujian (test);
d. Memberikan dampak positif sebagai salah satu upaya konkrit dalam
pencapaian program kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) yang telah
dituangkan dalam pada pilar III Rencana Umum Nasional Keselamatan;
e. Mengakui kompetensi dan tingkat keahlian yang di miliki Inspektur Kelaikan
tipe kendaraan bermotor seiring dengan adanya kesepakatan regional di
bidang kelaikan tipe kendaraan bermotor melalui ASEAN MRA (Mutual

27
Recognition Arrangement), serta memberikan apresiasi yang cukup dan layak
didalam kelas jabatan yang ada di dalam sistem Jabatan Fungsional di Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
f. Mendorong Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor untuk tampil lebih
profesional, independen, dan berkinerja tinggi, hal ini disebabkan karena
kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan prospek pengembangan
kariernya;
g. Menjamin pembinaan karier, kepangkatan, jabatan, dan peningkatan
profesionalisme, serta memacu para inspektur di Bidang Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
profesional dan bertanggung jawab.
3. Terbentuknya Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor
yang meliputi klasifikasi, kedudukan, jenjang, tugas jabatan, uraian kegiatan dan
hasil kerja kegiatan, standar kompetensi, pengangkatan dalam jabatan, pelatihan,
uji kompetensi, formasi, kenaikan pangkat, serta pengangkatan dan
pemberhentian.

B. Saran
Agar tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam bidang kelaikan
tipe kendaraan bermotor yang membidangi Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk
mewujudkan kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) dapat berjalan dengan
optimal maka perlu segera ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Inspektur Kelaikan Tipe
Kendaraan Bermotor.

28

Anda mungkin juga menyukai