Oleh :
Kelas B
Kelompok 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Evaluasi Bibit Anak Unggas dan Standar Mutu Bibit”. Makalah ini juga
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penetasan. Studi Ilmu
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
I
PENDAHULUAN
Kualitas anak ayam merupakan faktor yang sangat penting agar kualitas ayam
tetap baik dalam setiap fase pemeliharaan.Kualitas anak ayam sangat mempengaruhi
kualitas saat ayam tersebut dewasa karena performa ayam dewasa yang jelek bukan
saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas anak ayam pada
saat diterima. Kualitas Anak ayam yang sejak awal kondisinya kurang baik akan
menyebabkan tingginya biaya biaya pengobatan terhadap ayam yang sakit dan
keseluruhan.
Kualitas anak ayam dapat diartikan sebagai anak ayam yang berkembang
dengan baik selama inkubasi sehingga dapat menunjukkan performa yang baik seperti
pertumbuhan berat badan harian, kualitas daging , kualitas telur atau kemampuan
daya hidup tinggi. Evaluasi kualitas ayam dapat mendeteksi masalah dan menyeleksi
perusahaan. Evaluasi kualitas anak ayam bisa diukur dengan beberapa metode seperti
metode berdasarkan sifat nya.Pemilihan metode yang tergantung pada tujuan dari
evaluasi dan waktu yang tersedia. Makalah ini akan membahas tentang evaluasi
kualitas anak ayam (DOC) mulai dari metode yang digunakan,faktor yang
mempengaruhi kualitas anak ayam dan kriteria anak ayam berdasarkan SNI.
1.2 Identifikasi Masalah
berdasarkan SNI ?
1.3 Tujuan
3. Mengetahui kriteria standar kualitas anak ayam broiler, layer, puyuh dan itik
PEMBAHASAN
Penilaian anak ayam dilakukan setelah anak ayam ditetaskan. Metode evaluasi
anak ayam dapat dilakukan dengan penilaian kualitatif (quality score) dan penilaian
atau tona skor, didasarkan pada kriteria morfologi. Sedangkan penilaian kuantitas
Keadaan pusar diamati dengan cara melihat apakah pusar anak ayam tertutup
dan bersih atau tidak. Pusar menjadi indikator penyerapan yolk berjalan sempurna
atau tidak. Apabila pusar tertutup sempurna dan bersih, menandakan bahwa yolk
b) Keadaan perut
Ukuran dan kelenturan perut menjadi indikator ukuran yolk sac yang tersisa
dalam perut. Perut anak ayam yang terasa keras dan besar menunjukkan yolk sac
yang tidak terserap sempurna pada tahap hatcher. (Meijerhof, 2009). Menurut Preeze
(2007), keadaaan perut yang keras artinya masih terdapat banyak cadangan kuning
telur yang belum terserap sebagai cadangan nutrisi untuk bertahan hidup selama
beberapa hari ke depan. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.
c) Keadaan paruh
Paruh yang bersih dan daerah sekitar hidung bersih, menandakan anak ayam
memiliki kualitas baik. Apabila terdapat bintik merah dan kotor pada paruh,
menandakan anak ayam berkualitas rendah (Fasenko dkk., 2008). Kelembaban pada
fase hatcher sangat mempengaruhi kondisi paruh. Kelembaban yang terlalu rendah
menyebabkan paruh menjadi pipih dan lentur (Ningtyas dkk., 2013). Kelembaban
yang terlalu tinggi menyebabkan air yang berlebih dan terjadi penyumbatan pada
daerah sekitar hidung ayam, serta timbulnya kotoran pada daerah sekitar hidung
(Decuypere, 2007).
d) Keadaan kaki
Kaki anak ayam yang terlihat cacat berarti proses pembentukan tulang tidak
(1996), kaki anak DOC yang baik memiliki ciri-ciri sisik kaki yang berwarna kuning
e) Aktivitas
Posisikan anak ayam dalam posisi terbalik (terlentang). Hitung seberapa cepat
ayam dapat berbalik ke pada posisi semula (berdiri). Gerak refleks pada anak ayam
yang baru menetas dipengaruhi oleh proporsi tulang yang baik. Tulang yang baik
dihasilkan dari metabolisme Ca dari kerabang telur yang dipengaruhi pula oleh
kelembaban mesin tetas (Maatjens dkk., 2014). Menurut Preeze (2007), sirkulasi
udara selama fase 3 hari terakhir menentukan kelincahan aktivitas. Kelembaban yang
tinggi menyebabkan DOC menjadi gemuk dan basah, sehingga kesulitan untuk
bergerak. Rendahnya kelembaban mesin tetas membuat embrio menjadi lengket, dan
ketika menetas anak ayam yang dihasilkan menjadi kerdil, lemah dan pucat akibat
dehidrasi.
a) Panjang tubuh
Pengukuran panjang tubuh DOD yang dapat menjadi alat untuk memprediksi
potensi pertumbuhan dan perkembangan. Panjang tubuh anak ayam yaitu dengan cara
mengukur panjang antara ujung paruh sampai jari kaki tengah (Decuypere, 2007).
Berat yolk sac dapat dilihat dari penyerapan kuning telur yang lebih banyak
dan merupakan indikator itik yang berkualitas baik. Anak ayam setelah menetas
biasanya masih terdapat sisa kuning telur sebanyak lima gram, yang tersisa untuk
lima hari makan (Abbas, 2009). Bahan ini akan menjadi cadangan makanan bagi anak
c) Bobot tetas
Faktor yang mempengaruhi bobot tetas adalah genetik, pakan, berat telur dan
lingkungan (Lasmini dan Heriyati, 1992). Induk dengan bobot tetas tinggi akan
menghasilkan telur dengan bobot tetas yang tinggi, begitu pula sebaliknya. North
(1984) menyatakan bahwa semakin besar bobot telur, maka bobot tetas yang
dihasilkan akan semakin besar. Menurut Wicaksono (2012), bobot tetas juga
dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan mesin tetas. Stromberg (1975), menyatakan
bahwa, suhu di atas optimum lebih dari 36-37oC selama pengeraman menghasilkan
anak ayam yang lebih kecil disebabkan dehidrasi. Bobot tetas DOC sekitar 39-48
sedikit efek atau tidak ada sama sekali pada daya tetas. Namun, ketika
waktu inkubasi tertunda ketika telur disimpan untuk waktu yang lama.
lama. Tapi fenomena ini tidak teramati pada beberapa embrio, yang
al., 2002; Tona dkk., 2003) daripada telur yang disimpan untuk jangka waktu
dari breeder tua (Tona dkk., 2001; Boerjan, 2002; Tona dkk., 2004). Telur
segar dari breeder muda memiliki kualitas albumen yang lebih baik, menetas
lebih baik, dan menghasilkan persentase yang lebih tinggi DOC berkualitas
tinggi , meskipun dengan bobot yang lebih rendah di hatch tapi tingkat
dkk., 2004a).
metabolit antara DOC yang berasal dari sebuah kawan broiler muda atau tua.
berasal dari peternak dari berbagai usia berbeda dalam hal konsentrasi
hormone tiroid. Hasil Noble et al. (1986) dan Latour dkk. (1998)
menunjukkan bahwa, selain glukosa, lipid dan profil asam lemak dalam
dari telur dan harus dikontrol dengan baik untuk pertumbuhan embrio yang
konduktansi kulit telur, dan diketahui bahwa variasi alami tinggi konduktansi
ada di telur. Ini menyebabkan variasi dalam hilangnya massa telur dari 5
sampai 20% (optimal 11 sampai 13%) dalam kondisi standar. Salah satu
angka kematian embrio dan peningkatan daya tetas. Hanya 1 laporan Meir dan
telur mengakibatkan daya tetas kalkun yang lebih tinggi dengan peningkatan
2. Suhu
Suhu operasi optimal untuk ayam selama inkubasi berkisar antara 37-
ini publikasi Lourens dkk. (2005) menunjukkan bahwa daya tetas tertinggi,
perkembangan embrio (embrio yang lebih tinggi panjang dan kuning bebas
berat badan embrio), dan kinerja posthatch didapatkan saat suhu kulit telur itu
tepat waktu chorioallantois di kecil akhir telur, dan yang paling penting, yang
anak ayam lebih rendah untuk telur yang diputar selama 15 hari dibandingkan
4. Gas
Pada awal dan selama akhir inkubasi, konsentrasi yang lebih tinggi
dari CO2 merangsang penetasan telur (Buys et al., 1998), serta dengan faktor
Persyaratan Kualitatif :
a. mulai atas kepala sampai punggung bulu berwarna coklat sampai hitam
d. sayap berwarna kuning dengan warna hitam di bagian atas dan ujung
h. Kondisi fisik : sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, mata bersinar,
tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan
tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup
Persyaratan Kuantitatif :
2. Ayam Broiler
Persyaratan Kuantitatif :
c. paruh normal
e. tidak dehidrasi
Persyaratan Kualitatif :
Persyaratan Kuantitatif :
b. paruh normal
Persyaratan Kualitatif :
4. Puyuh
berasal dari induk yang sehat dan tahan stres atau tidak mudah kaget;
kondisi fisik sehat, kaki normal, dan dapat berdiri tegak tampak segar dan
aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik
warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan gas.
Fasenko, G. M., and E. E. O’Dea. 2008. Evaluating Broiler Growth and Mortality in
Chicks with Minor Nevel Conditions at Hatching. Poult. Sci. 87: 594-597.
Krista, Bambang dan Agus Harianto. 2011. Petunjuk Praktis Pembesaran Ayam
Kampung Pedaging. PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Lasmini, A. dan E. Heriyati. 1992. Pengaruh Berat Telur terhadap Fertilitas, Daya
Tetas dan BObot Tetas DOC. Posiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-
hasil Penelitian Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ciawi. Bogor.
Noble, R. C. and D. Ogunyemi. 1989. Lipid changes in the residual yolk and liver of
the chick immediately after hatching. Biol. Neonate 56:228–236.
Wicaksono, D. 2012. Perbandingan Fertilitas, Susut Tetas, Daya Tetas, dan Bobot
Tetas Ayam Kampung pada Peternakan Kombinasi. Skripsi. Jurusan
Peternakan. Universitas Lampung.