Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (OKSIGEN)

DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun oleh:

NURUL MAULIDYAH

PO713201181180

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………….…..….) (………………..……)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis


oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai
organ. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal
(Asmadi, 2008).

Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme
yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil
pembakaran sel) (Hidayat, 2008).

Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan


tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-
bahaya pemberian O2.. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak
terlepas dari peranan fungsi sisitem pernafasan yang menyuplai kebutuhan oksigen
tubuh. Dalam implementasi mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami
tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan
oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan
oksigenasi (Asmadi, 2008).

B. Tujuan

Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi


serta merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi.
BAB II

KONSEP DASAR KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas pada
atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO2) Nitrogen (N) dan
unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Wartonah & Tarwoto, 2015)

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan


untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. (Hidayah & Uliyah,2015)

Oksigen adalah suatu zat yang tidak berwarna dan tak berbau yang terkandung di
alam sekitar 24 % udara yang kita hirup, sangat di butuhkan bagi semua kehidupan
sel [ CITATION Koz10 \l 1057 ].

Anatomi fisiologi sistem pernapasan

a. Sistem pernapasan bagian atas


1. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang
masuk melalui hidung dan bulu yang ada didalam vestibulu, (bagian
rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
2. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot menunjang dari dasar
tengkorak sampai esifagus yang terletak dibelakang nasofaring
(dibelakan hidung), di belakang mulut (urofaring) dan belakang
laring (laringo faring).
3. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, terdiri atas 2 lapisan yang bersambung digaris tengah.
4. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang berfungsi
membantu menutup laring pada saat proses menelan
b. Sistem pernapasan bagian bawah
1. Trakea
Trakea adalah disebut sebagai batang tenggorokan memiliki
panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira
ketinggian vestebra torakalit kelima.
2. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
kanan lebih pendek dan lebar dan pada bagian kiri yang memiliki 3
lebus atas tengah, dan bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dan lobus atas dan
bawah.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus
4. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru
terletak dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura parietalis
dan pleura viselaris, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairan sulfakteri. (Hidayat & Uliyah, 2015).
c. Fisiologi sistem pernapasan
1. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
a). Ventilasi pulmone
Saat bernapas udara bergantian masuk keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan dan alveolus. (PPNI, 2017).
b). Pertukaran gas alveora
Setelah oksigen memasuki darah alveolus proses
pernapasan berikutnya adalah difusi O2 dari alveolus ke
pembuuh datah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari
area berkonsentrasi dalah bertekanan rendah.
c). Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ketiga pada proses pernapasan adalah transpor gas-
gas pernapasan pada proses ini, oksigen diangkut dan paru-paru
menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan
menuju paru.
2. Pernapasan internal
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan
O2 dan menghasilkan CO2, selama proses penyerapan energi
melalui nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung
o2 dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik
selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik
dan sel jaringan, seperti dikapiler paru. Pertukaran ini juga melalui
proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
(Mubarak,2010)
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.

Faktor predisposisi

Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :


1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.          
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membran
hialin karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler
berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah
terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung
mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup.  Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar.
Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik
meningkatkan aktivitas fisik metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya
hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).
C. Manifestasi klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernapasan laring, dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan
gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi.
Selain itu terdapat Tanda Dan Gejala Seperti :
a. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
b. Suara napas tidak normal
c. Perubahan jumlah pernapasan
d. Batuk disertai dahak
e. Penggunaan otot tambahan pernapasan
f. Dispnea (sesak napas)
g. Penurunan haluaran urin.
h. Takhipnea
D. Patofisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara (inpirasi), Inspirasi
adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan
sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar
tekanan rongga dada turun/lebih kecil. Menghembuskan udara (ekspirasi) tidak
banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu
terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer, semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi  respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respon
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan   oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

F. Komplikasi
1. Hypoxia merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas
yang diinspirasi ke jaringan.
2. Hyperventilasi merupakan jumlah udara dalam paru berlebihan.
3. Hypoventilasi meupakan ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran
darah.
4. Cheyne Stokes merupakan bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari
pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea.
5. Kussmaul’s (hyperventilasi) meupakan peningkatan kecepatan dan
kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
6. Apneustic merupakan henti nafas pada gangguan sistem saraf pusat.
7. Biot’s Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat.
8. Penurunan kesadaran.
9. Disorientasi
10. Gelisah dan cemas.

G. Penatalaksanaan
1. Pemantauan Hemodinamika.
2. Pengobatan bronkodilator.
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik.
5. Fisioterapi dada.

H. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1. Masalah pernapasan yang dialami
a. Pernah mengalami perubahan pernapasan
b. Pernah mengalami batuk dan spurtum
c. Pernah mengalami nyeri dada
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala di atas
2. Riwayat penyakit pernapasan
a. Apakah sering mengalami ISPA alergi, batuk, asma, dan lain-lain
b. Bagaimana frekuensi setiap kejadian
3. Riwayat kardiovaskuler
a. Pernah mengalami penyakit jantung atau perdaraan
b. Gagal jantung, infark, miokardium
4. Gaya hidup
a. Merokok, keluarga, perokok atau lingkungan kerja dengan perokok
b. Penggunaan obat-obatan dan minuman keras
c. konsumsi tinggi kolestrol

b. Keluhan saat ini

1. Adanya batuk

2. Adanya sputum

3. Sesak napas, kesulitan bernapas

4. Intoleransi aktivitas

5. Perubahan pola pernapasan

c. Pemeriksaan fisik

1. Mata
a). Konjungtiva pneat (karena anemia)
b). Konjungtiva sianosis (karena inpok semia)
c). Konjungtiva terdapat pethiehil (karena emboli lemak atau
endokoditis)
2. Kulit
a). Sianosis periper (vasokonstruksi dan menurunnya aliran darah
perifer
b). Sianosis secara umum (hipoksemia)
c). Penurunan vargor ( dehidrasi)
d). Edema
e). Edema periorbitor
3. Jari dan kuku

a). Sianosi
b). Jari tubuh (clubbing finger)

4. Mulut dan bibir

a). Membran mukosa sianosis

b). Bernapasan dengan mengetukkan mulut

5. Hidung

Pernapasan dengan cuping hidung

6. Leher

a). Adanya distensi/ bendingan penah jingolaris


b). Pemasangan urakeostomi

7. Dada

a). Retreaksi disebut buntu pernapasan (karena peningkatan aktivitas


pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernapasan).
b). Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
c). Taktif fremitar, tbrills (getaran pada dada karena udara/ suara
melewati saluran/ rongga pernapasan).
d). Suara napas normal
e). Bunyi perkusi

8. Pola pernapasan

a). Pernapasan normal (eupnea)


b). Pernapasan cepat (takipnea)
c). Pernapasan lambat (brodipnea)
d). Pernapasan biat
e). Pernapasan kussmaul
f). Pernapasan obyne-stoks
I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman


atau respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan,
pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal. (PPNI, 2017)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atai obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetao paten.
b. Penyebab
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan Sekresi yang bertahan
6. Hiperplasia dinding jalan napas
7. Proses infeksi
8. Respon alergi
9. Efek agen farmakologis
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak sedia)
Objektif
1). Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk.
2.) Sputum berlebih/ obstruksi di jalan napas? Mekonium dijalan
napas (pada neounatus ).
3.) Mengi, wheexing dan/ atai ronkhi kering
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1). Dispnea
2). Sulit bicara
3). Ortopnea
Objektif
1). Gelisah
2). Sianosis
3). Bunyi napas menurun
4). Frekuensi napas berubah
5). Pola napas berubah
e. Kondisi klinis terkait
1) Gullian barre syndrome
2) Sklerosos mulitipel
3) Myasthenis gravis
4) Prosedur diagnostik
5) Depresi sistem saraf pusat
6) Cedera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Sindrom aspirasi mekonium
10)Infeksi saluran napas
11)Asma
2. Gangguan penyapihan ventilator
a. Definisi
Ketidakmampuan beradaptasi dengan pengurangan bantuan
ventilasi mekanik yang dapat menghambat dan memperlama
proses penyapihan
b. Penyebab
Fisiologis
1. Hipersekresi jalan napas
2. Ketidakcukupan energi
3. Hambatan upaya napas ( mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan, efek sedasi)

Psikologi

1. Kecemasan
2. Perasaan tidak berdaya
3. Kurang informasi tentang proses penyapihan
4. Penurunan motivasi

Situasional

1. Ketidakadekuatan dukungan sosial


2. Ketidaktepatan kecepatan proses penyapihan
3. Riwayat kegagalan berulang dalam upaya penyapihan
4. Riwayat ketergantungan ventilator >4 hari
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Frekuensi nspsd meningkat
2. Penggunaan otot bantu napas
3. Napas megap-megap (gasping)
4. Upaya napas dan bantuan ventilator tidak sikron
5. Napas dangkal
6. Agitasi
7. Nilai gas darah arteri abnormal
d. Gejala dan tanda minor
Subjektef
1. Lelah
2. Kuatir
3. Fokus meningkat pada pernapasam

Objektif

1. Auskultasi suara inspirasi


2. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, sianosis)
3. Napas paradoks abdominal
4. Diaforesis
5. Ekspresi wajah takut
6. Tekanan darah meningkat
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Kesadaran menurun
e. Kondisi klinis terkait
1. Cedera kepala
2. Coronary artery bypass graft (CABG)
3. Gagal napas
4. Cariac arrest
5. Transplantasi jantung
6. Displasia bronkopulmona;

3. Gangguan pertukaran gas


a. Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/ atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membran alveolus-kapiler
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkat/ menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) bunyo napas tambahan
d. Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif
1) pusing
2) penghilatan kabur
Objektif
Sianosis
1) Diaforesis
2) Gelisah
3) Napas
4) Pola napas abnormal
5) Warna kulit abnormal
6) Kesadaran menurun
e. Kondisi klinis terkait
1). Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
2). Gagal jantung kongestif
3). Asma
4). Pneumonia
5). Tuberkulosis
6). Penyakit membran hialin
7). Asfiksia
8). Persistent pulmonary hhpertension of newborn (PPHN)
9). Prematuritas
10) Infeksi saluran napas

4. Gangguan ventilasi spontan.


a. Definisi
Penurunan cadangan energo yang mengakibatkan invidu tidak
mampu bernapas secara adekuat.
b. Penyebab
1. Gangguan metabolisme
2. Kelemahan otot pernapasan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1). Dispnea
Objektif
1) Penggunaan otot bantu napas meningkat
2) Volume tidak menurun
3) PCO2 meningkat
4) PO2 Menurun
5) SaO2 Menurun
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak bersedia)
Objektif
1) Gelisah
2) Takikarida
e. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
2) Asma
3) Cedera kepala
4) Gagal napas
5) Bedah jantung
6) Adult respiratory distress syndrome (ARDS)
7) Pesistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
8) Prematuritas
9) Infeksi saluran napas

5. Pola napas tidak efektif


a. Definisi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b. Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas ( mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuskular
6. Gangguan neurologis
7. Imaturitas
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan invervasi diafragma (kerusakan sarah C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
c. Gejala dan tanda Mayor
Subjektif
Dispnea
Objektif
1. Penggunan otot bantu pernapsan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Otropnea
Objektif
1. Pernapasan pused-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
e. Kondisi klinis terkait
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepalan
3. Trauma thoraks
4. Gullian barne syndrome
5. Myasthenia gravis
6. Slerosis multipel
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
J. Intervensi keperawatan
Intervensi Keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien
individu, keluarga dan komunitas. Beberapa apa diantaranya diuraikan
dalam pasal 30 Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat berwenang merencanakan dan melaksanakan tindakan
keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan gawat darurat,
memberikan konsultasi, berkolaborasi, melakukan penyuluhan dan
konseling, pemberian obat sesuai resep dokter atau obat bebas dan
bebas terbatas, mengelola kasus dan melakukan penatalaksanaan
intervensi komplementer dab alternatif.
Intervensi keperawaratan kebutuhan oksigenasi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Tujuan : bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil:
1) Batuk efektif (menurun-meningkat)
2) Produksi sputum (menurun-meningkat)
3) Mengi (menurun-meningkat)
4) Wheezing (menurun-meningkat)
5) Mekonium (pada neonatus) (menurun-meningkat)
6) Dispnea (menurun-meningkat)
7) Ortopnea (menurun-meningkat)
8) Sulit berbicara (menurun-meningkat)
9) Sianosis (menurun-meningkat)
10) Gelisah (menurun-meningkat)
11) Frekuensi napa (menurun-meningkat)
12) Pola napas (menurun-meningkat)
Intervensi latihan napas dalam
b. Tindakan :
1). Identifikasi kemampuan batuk
2). Monitori adanya retensi sputum
3). Atur posisi semi Fowler atau fowler
4). Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
5). Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
6). Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
7). Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran.
2. Gangguan penyapihan ventilator
a. Tujuan
Penyapihan ventilator meningkat dengan kriteria hasil
1) Kesingkronan bantuan ventilator (menurun-meningkat)
2) Penggunaan otot bantu napas (meningkat-menurun)
3) Napas mengap-mengap (gasping) (meningkat-menurun)
4) Napas dangkal (meningkat-menurun)
5) Agitasi (meningkat-menurun)
Intervensi : pemantauan respirasi
b. Tindakan
1). Monitori frekuensi, irama,kedalaman dam upaya napas
2). Monitor kemampuan batuk efektif
3). Monitori adanya sumbatan jalan napas
4). Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondiai pasien
5). Dokumentasikan hasil pemantauan
6). Jelaskan tujuan Dan prosedur pemantauan
7). Informasikan hasil pemantauan jika perlu

c. Gangguan pertukaran gas


a. Tujuan :
Pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil
1) Tingkat kesadaran (menurun-meningkat)
2) Dyspnea (meningkat-menurun)
3) Bunyi napas tambahan (meningkat-menurun)
4) Pusing (meningkat-menurun)
5) Penglihatan kabur (meningkat-menurun)
6) Diaphoresis (meningkat-menurun)
7) Gelisah (meningkat-menurun)
8) Napas cuping hidung (meningkat-menurun)
9) PCO2 (memburuk-membaik)
10)PO2 (memburuk-membaik)
11)Takikardia (memburuk-membaik)
12)pH arteri (memburuk-membaik)
13) sianosis (memburuk-membaik)
Intervensi : terapi oksigen
b. Tindakan :
1). Monitor kecepatan aliran oksigen
2). Monitor posisi alat terapi oksigen
3). Monitori tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
4). Pertahankan kepatenan jalan napas
5). Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
6). Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah

d. Gangguan ventilasi spontan


a. Tujuan :
gangguan ventilasi spontan meningkat dengan kriteria hasil
1) Volume tidal (meningkat-menurun)
2) Dispnea (meningkat-menurun)
3) Penggunaan otot bantu napas (meningkat-menurun)
4) Gelisah (meningkat-menurun)
5) Pco2 (meningkat-menurun)
6) PO2 (meningkat-menurun)
7) Takikardia (meningkat-menurun)
Intervensi : dukungan ventilasi
b. Tindakan
1). Identifikasi adanya kelebihan otot bantu napas
2).Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
3). Pertahankan kepaten jalan napas
4). Berikan posisi semi fowler atau fowler
5). Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
6). Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
7). Kolaborasi pemberian bronkhodilator
e. Pola napas tidak efektif
a. Tujuan
pola napas tidak efektif membaik dengan kriteria hasil
1) Ventilasi semenit (meningkat-menurun)
2) Kapasitas vital (meningkat-menurun)
3) Tekanan ekspirasi (meningkat-menurun)
4) Tekanan inspirasi (meningkat-menurun)
5) Dipsnea (meningkat-menurun)
6) Penggunaan otot bantu napas (meningkat-menurun)
7) Frekuensi napas (meningkat-menurun)
8) Kedalaman napas (meningkat-menurun)
Intervensi : manajemen jalan napas
b. Tindakan
1). Monitori pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
2). Monitori bunyi napas tambahan
3). Posisi semi fowler/fowler
4). Berikan minuman hangat
5). Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
6). Ajarkan teknik batuk efektif
7). Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik

Anda mungkin juga menyukai