Anda di halaman 1dari 41

Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENGARUH COVID 19 TERHADAP


KESEHATAN DI DUNIA
(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang diampuh oleh Mohamad Zulkarnain,M.Kes).

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIFAL R. ALHASAN
NIM : 190911005

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA


FAKULAS TERAPI GIGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas
mengenai materi pengaruh Covid 19 terhadap kesehatan di Dunia tepat pada
waktu yang ditentukan dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat
pengetahuan tentang mata kuliah ini khususnya mengenai materi “pengaruh Covid
19 terhadap Kesehatan di Dunia”.
Untuk itu, ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada selaku
dosen pengajar mata kuliah ini di Universitas Nahdatul Ulama, yang dalam hal ini
telah memberi pengetahuan dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga
dalam penyusunan Imu Kesehatan Masyarakat ini berjalan dengan lancar.
Kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan Ilmu Kesehatan Masyarakat
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi semua pihak khususnya
bagi teman-teman para pembaca.

Gorontalo, 03,April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 3
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Covid 19............................................................................ 4
2.2 Pencegahan Covid 19..................................................................... 4
2.3 Pengobatan Covid 19...................................................................... 5
2.4 Penanganan Covid 19 pada pasien Balita,Anak-anak,Remaja,lansia 6
2.5 Rehabilitasi Pasien Covid 19.......................................................... 7
BAB III Penutup
4.1 Simpulan......................................................................................... 72
4.2 Saran............................................................................................... 72
Daftar Pustaka................................................................................................ 73

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkanpenyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel
coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal
beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia.
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah
paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Pada 31 Desember 2019, WHO
China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari
2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya
tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-nCoV).
Penambahan jumlah kasus 2019-nCoVberlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.Sampai dengan
26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara dg 41
kematian(CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk
Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan 41 kematian (39 kematian di
Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi
Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea Selatan (2
kasus), Vietnam(2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus), Nepal (1
kasus), Perancis(3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut,
sudah ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai
dengan 24 Januari 2020, WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia
ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di sebagian
besar Kota Wuhan, China dan negara lain.Tanda-tanda dan gejala klinis
yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, dengan beberapa kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru-paru. Menurut hasil penyelidikan
epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat
bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar
Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan masih
belum diketahui secara pasti. Rekomendasi standar untuk mencegah
penyebaran infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan
etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang. Hindari
kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan sepertibatuk dan bersin.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Cara Pencegahan Covid-19?
2. Bagaimana Cara Pengobatan Covid-19?
3. Bagaimana Penanganan Covid-19 Pada Pasien Balita,Anak-
Anak,Remaja,Dan Lansia?
4. Bagaimana Cara Rehabilitasi Pasien Covid-19?

1.3 TUJUAN
1. untuk Mengetahui Bagaimana Cara Pencegahan Covid-19
2. untuk Mengetahui Bagaimana Cara Pengobatan Covid-19
3. untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penanganan Covid-19 Pada Pasien
Balita,Anak-Anak,Remaja,Dan Lansia.
4. Untuk Mengetahui Cara Rehabilitasi Pasien Covid-19.
5.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus
baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit).
Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019-
nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan
keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa. Coronavirus
merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordoNidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan
berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus
yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan
gamma coronavirus. Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak
berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat). Pada anamnesis
gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk
kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak. Tapi
perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada beberapa
keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri
otot, lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat
terjadi tanda dan gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe
Acute Respiratory Infection-SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran
napas akut dengan riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk dengan
onset dalam 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit.
Tidak adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi virus.

3
2.2 PENCEGAHAN COVID 19
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui
kontak dekat, lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus,
droplet saluran napas, dan partikel airborne. Droplet merupakan
partikel berisiair dengan diameter >5um. Droplet dapat melewati
sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa yang
rentan. Partikel droplet
cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara
dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas
diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif
prosedur respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi
tuba trakea. Partikel airborne merupakan partikel dengan diameter
yang kurang dari 5um yang dapat menyebar dalam jarak jauh dan
masih infeksius. Patogen airborne dapat menyebar melalui kontak.
Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung
dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang
masuk ke tubuh melalui membrane mukosa
atau kulit yang rusak.5 Oleh karena itu, kita dapat melakukan
pencegahan transmisi virus.
A. Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum
Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-
19.26 Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari
terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan
penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
● Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
● Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
● Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
● Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat
anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan
banyak beraktifitas di luar.
● Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.
● Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan
benda yang sering disentuh.
● Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.Akan
tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi

4
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha
pencegahan lainnya.
● Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak
perlu,karena selain dapat menambah beban secara ekonomi,
penggunaa masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan
perilaku hidup sehat.
● Cara penggunaan masker medis yang efektif Pakai masker secara
seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian eratkan dengan
baik untuk meminimalisas celah antara masker dan wajah Saat
digunakan, hindari menyentuh masker. Lepas masker dengan tehnik
yang benar (misalnya; jang menyentuh bagian depan masker, tapi
lepas dar belakang dan bagian dalam.) Setelah dilepas jika tidak
sengaja menyentuh masker yang telah digunakan segera cuci tangan.
Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yang digunakan terasa mulai lembab. Jangan pakai ulang
masker yang telah dipakai. Buang segera masker sekali pakai dan
lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP. Masker pakaian
seperti katun tidak direkomendasikan.
B. Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian
Berkaitan
dengan Pelayanan Kesehatan
1. Pengendalian administratif
Mengingat terbatasnya informasi penularan COVID-19 yang sampai
saat ini belum diketahui maka strategi PPI digunakan untuk mencegah
atau membatasi penularan infeksi dengan menerapkan kewaspadaan
kontak, droplet dan airborne.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan
kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut
sebagai “pengendalian”. Secara hirarki hal ini telah di tata sesuai

5
dengan efektivitas PPI, yang meliputi pengendalian administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan serta APD.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi PPI, meliputi
penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah,
mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan.
Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien
sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan
meliputi penyediaan infrastruktur dan kegiatan PPI yang
berkesinambungan, pembekalan pengetahuan petugas kesehatan,
mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan
ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat
inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan
digunakan dengan benar, prosedur–prosedur dan kebijakan semua
aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA
diantara petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan
medis, dan pemantauan kepatuhan disertai dengan mekanisme
perbaikan yang diperlukan. Langkah penting dalam pengendalian
administratif, meliputi identifikasi dini pasien dengan ISPA/ILI baik
ringan maupun berat, diikuti dengan penerapan tindakan pencegahan
yang cepat dan tepat, serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi.
Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA digunakan triase klinis.
Pasien ISPA yang diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah dari
pasien lain, dan segera lakukan kewaspadaan tambahan. Aspek klinis
dan epidemiologi pasien harus segera dievaluasi dan penyelidikan
harus dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.

2. Pengendalian lingkungan
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan
kesehatan dasar dan di rumah tangga yang merawat pasien dengan
gejala ringan dan tidak membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan
pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi
lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan

6
kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang
memadai. Harus dijaga jarak minimal 1 meter antara setiap pasien dan
pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak
menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat
membantu mengurangi penyebaran beberapa patogen selama
pemberian pelayanan kesehatan.

3. Alat Pelindung Diri

Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan


akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Oleh karena itu
jangan mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila
tidak ada langkah pengendalian administratif dan rekayasa teknis
yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.
APD yang digunakan merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian
Infeksi sesuai dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne.

C. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan dan penggunaan APD
untuk menghindari kontak langsung dengan sekret (termasuk sekret
pernapasan), darah, cairan tubuh, dan kulit pasien yang terluka. Disamping
itu juga mencakup: pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik,
pengelolaan limbah yang aman, pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi linen dan
peralatan perawatan pasien, dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang
dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan
kebersihan/etika batuk.
Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan tangan”, yaitu:
sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau
aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan
pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk
permukaan atau barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air
atau menggunakan antiseptik berbasis alkohol.
 Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor.
 Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan
tangan. Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan
terutama ketika melepas APD.

7
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada
penilaian risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit
yang terluka. Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah
dan/atau badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan:
 Pelindung wajah dengan cara memakai masker bedah dan pelindung
mata/ eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
 Gaun dan sarung tangan bersih.

Pastikan bahwa prosedur-prosedur kebersihan dan desinfeksi diikuti secara


benar dan konsisten. Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan
air dan deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti
hipoklorit) merupakan prosedur yang efektif dan memadai. Pengelolaan laundry,
peralatan makan dan limbah medis sesuai dengan prosedur rutin.

2. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tambahan


Ketika Merawat Pasien ISPA

Tambahan pada kewaspadaan standar, bahwa semua individu termasuk


pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien
harus:
 Memakai masker bedah ketika berada dekat (yaitu dalam waktu kurang
lebih 1 meter) dan waktu memasuki ruangan pasien.
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien
dan lingkungannya dan segera setelah melepas masker bedah.

3. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Prosedur/


Tindakan Medik yang Menimbulkan Aerosol
Suatu prosedur/tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai
tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran,
termasuk partikel kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus dilakukan saat
melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan
dengan peningkatan risiko penularan infeksi, khususnya, intubasi trakea.
Tindakan kewaspadaan saat melakukan prosedur medis yang menimbulkan
aerosol:
 Memakai respirator partikulat (N95) ketika mengenakan respirator
partikulat disposable, periksa selalu sealnya.
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah).
 Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril,
(beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril).
 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume
cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.
 Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu di sarana-sarana
yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali
pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 60 liter/ detik/ pasien di
sarana–sarana dengan ventilasi alamiah.
 Membatasi jumlah orang yang berada di ruang pasien sesuai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien.

8
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan nya dan setelah pelepasan APD.

4. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ketika Merawat


Pasien dalam Pengawasan dan Kasus Konfirmasi COVID-19

Batasi jumlah petugas kesehatan, anggota keluarga dan pengunjung


yang melakukan kontak dengan pasien dalam pengawasan atau
konfirmasi terinfeksi COVID-19.
 Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan memberi
perawatan kepada pasien terutama kasus probabel dan konfirmasi untuk
menjaga kesinambungan pencegahan dan pengendalian serta
mengurangi peluang ketidakpatuhan menjalankannya yang dapat
mengakibatkan tidak adekuatnya perlindungan terhadap pajanan. Selain
kewaspadaan standar, semua petugas kesehatan, ketika melakukan
kontak dekat (dalam jarak kurang dari 1 meter) dengan pasien atau
setelah memasuki ruangan pasien probabel atau konfirmasi terinfeksi
harus selalu:
 Memakai masker N95
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
 Memakai gaun lengan panjang, dan sarung tangan bersih, tidak steril,
(beberapa prosedur mungkin memerlukan sarung tangan steril) •
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungannya dan segera setelah melepas APD
Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang
dikhususkan untuk pasien tertentu (misalnya stetoskop, manset tekanan
darah dan termometer). Jika peralatan harus digunakan untuk lebih dari
satu pasien, maka sebelum dan sesudah digunakan peralatan harus
dibersihkan dan disinfeksi. Petugas kesehatan harus menahan diri agar
tidak menyentuh/menggosok–gosok mata, hidung atau mulut dengan
sarung tangan yang berpotensi tercemar atau dengan tangan telanjang.
Tempatkan pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi
terinfeksi COVID-19 di ruangan/kamar dengan ventilasi yang memadai
dengan kewaspadaan penularan airborne, jika mungkin kamar yang
digunakan untuk isolasi (yaitu satu kamar per pasien) terletak di area
yang terpisah dari tempat perawatan pasien lainnya. Bila tidak tersedia
kamar untuk satu orang, tempatkan pasien-pasien dengan diagnosis yang
sama di kamar yang sama. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan,
tempatkan tempat tidur pasien terpisah jarak minimal 1 meter.
Selain itu, untuk pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi
terinfeksi COVID-19 perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruangan atau
daerah isolasi kecuali diperlukan secara medis. Hal ini dapat dilakukan
dengan mudah bila menggunakan peralatan X-ray dan peralatan
diagnostik portabel penting lainnya. Jika diperlukan membawa pasien,
gunakan rute yang dapat meminimalisir pajanan terhadap petugas,
pasien lain dan pengunjung.
 Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan
kewaspadaan pengendalian infeksi sebelum kedatangan pasien.

9
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya tempat tidur)
yang bersentuhan dengan pasien setelah digunakan.
 Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa/mengangkut pasien
harus memakai APD yang sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan
membersihkan tangan sesudah melakukannya.

5. Durasi Tindakan Isolasi untuk Pasien dalam Pengawasan dan Kasus


Konfirmasi COVID-19

Lamanya masa infeksius COVID-19 masih belum diketahui. Disamping


kewaspadaan standar yang harus senantiasa dilakukan, kewaspadaan
isolasi juga harus dilakukan terhadap pasien dalam pengawasan dan
konfirmasi COVID-19 sampai hasil pemeriksaan laboratorium rujukan
negatif.

D. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap Orang dalam


Pemantauan
Mengingat bukti saat ini yang masih sangat terbatas mengenai infeksi
COVID-19 dan pola penularannya maka kasus dalam pengawasan
COVID-19 dilakukan dan dipantau di rumah sakit. Namun, untuk orang
dalam pemantauan diberikan perawatan di rumah (isolasi diri) dengan
tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Pertimbangan
lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Bila gejala klinis
mengalami perburukan maka segera memeriksakan diri ke fasyankes.
Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan
kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang
diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang
dapat digunakan untuk pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi
sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19.
Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan
masyarakat. Selama proses 14 hari pemantauan, harus selalu proaktif
berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Pemantauan ini dilakukan
oleh petugas kesehatan layanan primer berkoordinasi dengan dinas
kesehatan setempat. Petugas melakukan pemantauan kesehatan terkini
melalui telepon namun idealnya dengan melakukan kunjungan secara
berkala (harian). Petugas kesehatan yang melakukan pemantauan
menggunakan APD minimal berupa masker. Pasien diberikan edukasi
untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) meliputi:
 Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut,
hidung dan mata; serta setelah memegang instalasi publik.

 Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20
detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali
pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan alkohol
70-80% handrub.

10
 Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk.

 Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke


fasyankes.
Petugas juga sebaiknya memberi saran-saran mengenai kemana mencari
pertolongan bila orang dalam pemantauan mengalami sakit, moda
transportasi apa yang sebaiknya digunakan, kapan dan kemana unit
tujuan di sarana kesehatan yang telah ditunjuk serta kewaspadaan apa
yang dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
Bila selama dalam masa pemantauan, petugas kesehatan
menemukan orang dalam pemantauan mengalami gejala sesuai definisi
pasien dalam pengawasan COVID-19 maka disarankan untuk
mengunjungi fasyankes terdekat. Fasyankes yang akan menerima harus
diberitahu bahwa akan datang kasus yang mempunyai gejala infeksi
COVID-19. Ketika melakukan perjalanan menuju sarana pelayanan
rujukan, kasus harus menggunakan APD. Kasus disarankan untuk
melakukan kebersihan pernapasan serta sedapat mungkin berdiri atau
duduk jauh (> 1 meter) dari orang lain ketika sedang transit dan berada di
sarana kesehatan. Kasus dan petugas yang merawat harus melakukan
kebersihan tangan secara benar. Setiap permukaan peralatan yang
menjadi kotor oleh sekret pernapasan atau cairan tubuh ketika dibawa,
harus dibersihkan dengan menggunakan pembersih rumah tangga atau
larutan pembersih.

E. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap Kontak Erat

Penularan COVID-19 dari manusia ke manusia saat ini sudah terkonfirmasi


oleh WHO namun bukti epidemiologinya masih terbatas. Oleh karenanya
perlu dilakukan juga observasi terhadap kontak erat untuk mewaspadai
munculnya gejala sesuai definisi operasional. Lokasi observasi dapat
dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan
bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan
fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau
lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk observasi harus
diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan
menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas
kesehatan masyarakat.
 Kontak erat risiko rendah sebaiknya membatasi diri dan tidak
bepergian ke tempat umum, bila terpaksa dilakukan sebaiknya
menggunakan APD berupa masker bedah. Kontak erat risiko tinggi
harus menghindari bepergian ke tempat-tempat umum. Orang-orang

11
termasuk petugas kesehatan yang mungkin terpajan dengan pasien
dalam pengawasan atau konfirmasi infeksi COVID-19 harus
disarankan untuk memantau kesehatannya selama 14 hari sejak
pajanan terakhir dan segera mencari pengobatan bila timbul gejala
terutama demam, batuk diserta gejala gangguan pernapasan lainnya.
Selama proses 14 hari observasi, harus selalu proaktif berkomunikasi
dengan petugas kesehatan. Observasi ini dilakukan oleh petugas
kesehatan layanan primer berkoordinasi dengan dinas kesehatan
setempat. Petugas melakukan Observasi kesehatan terkini melalui
telepon namun idealnya dengan melakukan kunjungan secara
berkala (harian). Pasien diberikan edukasi untuk menerapkan
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) meliputi:
 Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang
mulut, hidung dan mata; serta setelah memegang instalasi publik.
 Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20
detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas
sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan
alkohol 70-80% handrub.
 Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk.
 Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat
ke fasyankes.
Petugas juga sebaiknya memberi saran-saran mengenai kemana
mencari pertolongan bila kontak mengalami sakit, moda transportasi
apa yang sebaiknya digunakan, kapan dan kemana unit tujuan di
sarana kesehatan yang telah ditunjuk serta kewaspadaan apa yang
dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Bila selama
dalam masa observasi, petugas kesehatan menemukan kontak erat
mengalami gejala sesuai definisi pasien dalam pengawasan COVID-
19 maka disarankan untuk mengunjungi fasyankes terdekat.
Fasyankes yang akan menerima harus diberitahu bahwa akan
datang kasus yang mempunyai gejala infeksi COVID-19. Ketika
melakukan perjalanan menuju sarana pelayanan rujukan, kasus
harus menggunakan APD. Kasus disarankan untuk melakukan
kebersihan pernapasan serta sedapat mungkin berdiri atau duduk

12
jauh (> 1 meter) dari orang lain ketika sedang transit dan berada di
sarana kesehatan. Kasus dan petugas yang merawat harus
melakukan kebersihan tangan secara benar. Setiap permukaan
peralatan yang menjadi kotor oleh sekret pernapasan atau cairan
tubuh ketika dibawa, harus dibersihkan dengan menggunakan
pembersih rumah tangga atau larutan pembersih.
F. Pertimbangan Rujukan ke Rumah Sakit Rujukan
a. Petugas yang akan melakukan rujukan harus secara rutin menerapkan
kebersihan tangan dan mengenakan masker dan sarung tangan medis
ketika membawa pasien ke ambulans.
 Jika merujuk pasien dalam pengawasan COVID-19 maka petugas
menerapkan kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
 APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang
dengan benar dalam wadah dengan penutup sesuai dengan peraturan
nasional tentang limbah infeksius.
b. Pengemudi ambulans harus terpisah dari kasus (jaga jarak minimal
satu meter). Tidak diperlukan APD jika jarak dapat dipertahankan. Bila
pengemudi juga harus membantu memindahkan pasien ke ambulans,
maka pengemudi harus menggunakan APD lengkap.
c. Pengemudi dan perawat pendamping rujukan harus sering
membersihkan tangan dengan alkohol dan sabun.
d. Ambulans atau kendaraan angkut harus dibersihkan dan didesinfeksi
dengan perhatian khusus pada area yang bersentuhan dengan kasus
yang diduga.

1. Pemulasaran Jenazah
Langkah-langkah pemulasaran jenazah pasien terinfeksi COVID-19
dilakukan sebagai berikut:
 Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika
menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
 APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika
pasien tersebut meninggal dalam masa penularan.
 Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
 Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah.
 Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal
dunia.
 Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan
menggunakan APD.
 Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan
ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.

13
 Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
 Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh
keluarga dan Direktur Rumah Sakit.
 Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
 Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
 Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di
pemulasaraan jenazah.

2.3 PENGOBATAN COVID-19.


Gejala virus corona menyerupai keuhan infeksi saluran pernapasan atas
lainnya. Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami benar-benar disebabkan
oleh virus 2019-nCoV,dokter harus:
 Mengambil sampe darah dan dahak
 Melakukan swab pada tenggorokan
 Rontgen dada untuk melihat adakah cairan pada paru.
Sampel darah,dahak,dan swap tenggorokan kemudian dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa lebih lanjut, dan mengonfirmasi diagnosis.
Perawatan :
Hingga sekarang, belum ada pengobatan COVID-19 yang tersedia. Para ahli
masih terus melakukan riset dan pengembangan dalam hal penanganan.
Meski begitu, ada sederet upaya yang dapat dilakukan oleh dokter untuk
meredakan gejala infeksi virus ini. Beberapa diantaranya adalah :
 Menganjurkan pasien untuk banyak beristirahat
 Menganjurkan pasien untuk minum banyak air putih
 Memberikan obat pereda demam dan nyeri tenggorokan, misalnya
aspirin,ibuprofen,dan paracetamol.
 Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat atau menggunakan
humidifier (pelembab udara) guna meredakan nyeri tenggorokan.
Pasien yang terinfeksi virus 20199-nCoV akan mendapatkan terapi
suportif,seperti ventilator (alat bantu napas).
 merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karantina di
rumah sakit yang ditunjuk.
Penelitian klinis dan pengobatan spesifik anti-COVID-19

14
 Belum ada bukti yang merekomendasikan pengobatan anti-COVID-19
tertentu untuk pasien terkonfirmasi COVID-19. Banyak uji klinis sedang
dilakukan atas kandidat-kandidat obat antivirus; uji-uji klinis ini terdaftar di
https://clinicaltrials.gov/ atau di Daftar Uji Klinis Tiongkok
(http://www.chictr.org.cn/abouten.aspx).
 Kumpulkan data klinis terstandardisasi semua pasien di rumah sakit
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang perjalanan alamiah
penyakit ini.
 Catatan 1: Sumbangkan data yang dibuat secara anonim ke WHO Global
COVID-19 Clinical Data Platform; hubungi EDCARN@who.int untuk
mendapatkan kredensial untuk masuk. Dibutuhkan data terdisagregasi
untuk anak-anak dan perempuan hamil.
 Catatan 2: Data terstandardisasi sangat dibutuhkan untuk karakterisasi
klinis COVID-19 agar dapat lebih memahami perjalanan alamiah penyakit
ini dengan pengambilan sampel biologis serial. Protokol-protokol
penelitian karakterisasi klinis tersedia di
(https://isaric.tghn.org/protocols/severe-acute-respiratory-infection-data-
tools/).
 Teraputik anti-COVID-19 yang masih diteliti hanya dapat digunakan
dalam uji acak terkendali yang disetujui
 Catatan 1: Prioritas teraputik terbaru dapat dilihat di situs web WHO R&D
Blueprint (https://www.who.int/blueprint/priority-diseases/key-action/novel-
coronavirus/en/).
 Catatan 2: Protokol Core Clinical Randomized Controlled Trial WHO
yang digunakan dalam mengevaluasi efikasi dan keamanan agen
terapeutik yang masih diteliti saat dikombinasikan dengan perawatan
standar untuk pengobatan pasien di rumah sakit penyakit coronavirus
baru (COVID-19) dapat dilihat di (https://www.who.int/blueprint/priority-
diseases/key-action/multicenter-adaptive-RCT-of-investigational-
therapeutics-for-COVID-19.pdf?ua=1).

Adapun Cara menerapkan langkah-langkah PPI untuk pasien suspek atau


terkonfirmasi COVID-19
Instruksi untuk pasien
Beri pasien suspek masker medis dan arahkan ke area terpisah –
ruang isolasi jika tersedia. Jaga jarak antara pasien suspek dengan
pasien lain setidaknya 1 m . Instruksikan semua pasien untuk
menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau
sisi dalam lengan atas yang terlipat dan membersihkan tangan setelah
kontak dengan sekresi pernapasan.
Terapkan kewaspadaan droplet
Kewaspadaan droplet mencegah penularan virus saluran pernapasan
besar melalui droplet besar. Gunakan masker medis saat bekerja
dalam radius 1 m dari pasien. Tempatkan pasien dalam ruang
terpisah, atau kumpulkan pasien-pasien dengan diagnosis etiologis

15
yang sama. Jika diagnosis etiologis tidak dimungkinkan, kelompokkan
pasien dengan diagnosis klinis yang serupa dan berdasarkan faktor-
faktor risiko epidemiologis, dengan tetap diberi jarak pemisah. Saat
melakukan perawatan dalam jarak kontak dekat dengan pasien
gangguan pernapasan (mis., batuk atau bersin), gunakan pelindung
mata (masker wajah atau kacamata), karena sekresi dapat tersembur.
Batasi pergerakan pasien di dalam fasilitas dan pastiken pasien
mengenakan masker medis saat berada di luar kamarnya.
Terapkan kewaspadaan kontak Kewaspadaa kontak mencegah
penularan langsung maupun tidak langsung dari kontak dengan
permukaan atau peralatan yang terkontaminasi (mis., kontak dengan
tabung/antarmuka oksigen yang terkontaminasi). Gunakan APD
(masker medis, pelindung mata, sarung tangan dan jubah) saat
memasuki ruangan dan lepaskan APD saat meninggalkan ruangan
dan bersihkan tangan setelah melepas APD. Jika mungkin, gunakan
perlengkapan sekali pakai atau didedikasikan khusus untuk COVID-19
(mis., stetoskop, sabuk lengan pengukur tekanan darah, oksimeter
denyut, dan termometer). Jika perlengkapan perlu digunakan bersama
dengan pasien lain, bersihkan dan disinfeksi setelah digunakan untuk
setiap pasien. Pastikan petugas kesehatan tidak menyentuh mata,
hidung, dan mulut dengan sarung tangan atau tangan yang
kemungkinan terinfeksi. Jangan mengontaminasi permukaan
lingkungan yang tidak langsung berhubungan dengan perawatan
pasien (mis., gagang pintu dan tombol lampu). Hindari gerakan pasien
atau transportasi yang tidak diperlukan secara medis. Bersihkan
tangan.
Terapkan kewaspadaan airborne saat melaksanakan prosedur yang
menimbulkan aerosol
Pastikan petugas kesehatan yang melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol (mis., hisap lendir terbuka saluran
pernapasan, intubasi, bronkoskopi, resusitasi jantung paru)
menggunakan APD, termasuk sarung tangan, jubah lengan
panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat yang teruji
sesuai (N95 atau yang setara, atau perlindungan lebih tinggi). Fit
test yang sudah dijadwalkan tidak sama dengan pemeriksaan
kerapatan pengguna sebelum penggunaan. Jika mungkin,
gunakan ruang terpisah berventilasi cukup saat melaksanakan
prosedur yang menimbulkan aerosol, yaitu ruang dengan
tekanan negatif dengan penggantian udara setidaknya 12 kali
setiap jam atau setidaknya 160 L/detik/pasien di fasilitas
berventilasi alami. Hindari adanya orang yang tidak harus ada di
dalam ruangan. Rawat pasien di jenis kamar yang sama setelah
mulai ventilasi mekan
is dimulai.
3. Pengambilan spesimen untuk diagnosis laboratorium
Panduan WHO tentang pengambilan, pemrosesan, dan uji
laboratorium spesimen:
Ambil kultur darah untuk pemeriksaan jenis bakteri yang
menyebabkan pneumonia dan sepsis, jika memungkinkan
sebelum pemberian terapi antimikrobial. JANGAN menunda terapi

16
antimikrobial untuk mengambil kultur darah.
Ambil spesimen dari saluran pernapasan atas (SPA;
nasofaringeal dan orofaringeal) DAN jika secara klinis masih
diragukan dan spesimen SPA negatif, ambil spesimen dari
saluran pernapasan bawah saat sudah tersedia (SPB; dahak yang
dikeluarkan, aspirat endotrakea, atau bilasan bronkoalveolar
pada pasien berventilasi) untuk uji virus COVID-19 dengan RT-
PRC dan pewarnaan/kultur bakteri. Pada pasien terkonfirmasi
COVID-19 di rumah sakit, sampel SPA danSPB dapat diambil
berulang kali untuk menunjukkan bahwa virus sudah bersih.
Frekuensi pengambilan spesimen bergantung pada ciri dan
sumber daya epidemik setempat. Untuk pemulangan dari rumah
sakit pasien yang secara klinis sudah pulih, dianjurkan dilakukan
dua uji negatif yang berjarak setidaknya 24 jam.
Catatan 1: Gunakan APD yang sesuai untuk pengambilan spesimen
(kewaspadaan droplet dan kontak untuk spesimen SPA; kewaspadaan
airborneuntuk spesimen SPB). Saat mengambil sampel SPA, gunakan
apusan virus (dakron atau rayon steril, bukan katun) dan media
transport virus. Jangan mengambil sampel dari lubang hidung dan
amandel. Pada pasien suspek COVID-19, terutama yang mengalami
pneumonia atau penyakit parah, satu sampel SPA tidak memastikan
diagnosis COVID-19. Dianjurkan diambil sampel-sampel SPA dan
SPB tambahan. Sampel SPB (dibandingkan SPA) lebih mungkin
positif dan bertahan lama (23). Tenaga klinis disarankan hanya
memilih sampel SPB saat tersedia (misalnya, pada pasien berventilasi
mekanis). Induksi dahak sebaiknya dihindari karena lebih berisiko
terjadi penularan aerosol.
Tatalaksana COVID-19 ringan: pengobatan gejala dan monitoring
 Pasien dengan penyakit ringan tidak memerlukan intervensi rumah
sakit, tetapi isolasi diperlukan untuk mencegah penularan virus
lebih luas, sesuai strategi dan sumber daya nasional.
Catatan: Sebagian besar pasien yang bergejala ringan tidak
memerlukan perawatan rumah sakit, tetapi perlu diimplementasikan
PPI yang sesuai dengan standard untuk mencegah dan memitigasi
penularan. Hal ini dapat dilakukan di rumah sakit, jika hanya terjadi
kasus secara sporadis atau klaster kecil, atau di tempat nontradisional
yang digunakan untuk tujuan ini; atau di rumah.
 Beri pasien COVID-19 ringan pengobatan gejala seperti
antipiretik untuk demam.
 Jelaskan kepada pasien COVID-19 ringan tanda-tanda dan
gejala-gejala penyulit. Jika menunjukkan gejala mana pun
dari gejala tersebut, pasien disarankan untuk segera
mencari pertolongan melalui sistem rujukan nasional.
Tatalaksana COVID-19 berat: terapi oksigen dan monitoring
Segera beri terapi oksigen tambahan kepada pasien SARI dan gawat
pernapasan, hipoksaemia atau renjatan dan target SpO2 > 94%.
Catatan untuk pasien dewasa: Pasien dewasa yang menunjukkan tanda-
tanda darurat (pernapasan terhalang atau apnea, gawat pernapasan, sianosis
sentral, renjatan, koma, atau kejang) perlu menerima tatalaksana saluran
pernapasan dan terapi oksigen untuk mencapai SpO2 ≥ 94%. Mulai berikan

17
terapi oksigen 5 L/menit dan atur titrasi untuk mencapai target SpO2 ≥ 93%
selama resusitasi; atau gunakan sungkup tutup muka dengan kantong reservoir
(dengan tingkat 10-15 L/min) jika pasien dalam kondisi kritis. Setelah pasien
stabil, targetnya adalah > 90% SpO2 pada pasien dewasa tidak hamil dan ≥ 92-
95% pada pasien hamil
kritis.
Catatan 1: Tentukan terapi kronis mana yang perlu dilanjutkan dan terapi mana
yang harus dihentikan sementara. Monitor interaksi obat.
Gunakan tatalaksana cairan konservatif pada pasien SARI jika belum ada
bukti renjatan
Catatan: Perawatan pasien SARI dengan cairan intravena harus hati-
hati dilakukan, karena resusitasi cairan yang agresif dapat
memperburuk oksigenasi, terutama di mana ventilasi mekanis terbatas
(27). Hal ini berlaku untuk perawatan pasien anak dan pasien dewasa.
Tatalaksana COVID-19 berat: pengobatan koinfeksi
Beri antimikroba empiris untuk mengobati semua kemungkinan patogen
penyebab SARI dan sepsis sesegera mungkin, dalam waktu 1 jam setelah
penilaian awal untuk pasien sepsis.
Catatan 1: Meskipun pasien diduga terjangkit COVID-19, berikan
antimikroba empiris yang sesuai dalam waktu 1 jam sejak identifikasi
sepsis (5). Pengobatan antibiotik empiris harus didasarkan pada
diagnosis klinis
(pneumonia dapatan masyarakat, pneumonia terkait perawatan kesehatan jika
infeksi terjadi di tempat perawatan kesehatan] atau sepsis), epidemiologi
setempat dan data kerentanan, dan panduan pengobatan nasional untuk
sepsis.
Catatan 2: Jika terjadi penyebaran influenza musiman lokal, terapi empiris
dengan inhibitor neuraminidase perlu dipertimbangkan untuk merawat pasien
influenza atau yang berisiko terkena penyakit parah (5).
Terapi empiris sebaiknya diturunkan berdasarkan hasil mikrobiologi dan
penilaian klinis.
7. Tatalaksana COVID-19 kritis: sindrom gawat pernapasan akut (ARDS)
Kenali kegagalan pernapasan hipoksemik berat jika tidak ada tanggapan
dari pasien gawat pernapasan terhadap terapi oksigen standar dan
persiapkan dukungan oksigen/ventilasi lanjutan.
Catatan: Pasien dapat tetap mengalami peningkatan kerja
pernapasan atau hipoksemia walaupun sudah diberi oksigen melalui
sungkup tutup muka dengan kantong reservoir (aliran 10-15 L/menit,
yang biasanya adalah aliran minimal yang diperlukan agar kantong
tetap mengembang; FiO2 antara 0,60 dan 0,95). Kegagalan napas
hipoksemia pada ARDS biasanya terjadi akibat ketidaksesuaian
ventilasi-perfusi atau pirau/pintasan intrapulmoner dan biasanya
memerlukan ventilasi mekanis.
Intubasi endotrakea harus dijalankan oleh petugas terlatih dan
berpengalaman dengan menerapkan kewaspadaan airborne.
Catatan: Pasien ARDS, terutama pasien anak kecil atau pasien dengan kondisi
obesitas atau hamil, dapat dengan cepat mengalami desaturasi selama intubasi.
Berikan preoksigenasi dengan 100% FiO2 selama 5 menit, melalui sungkup
wajah dengan kantong reservoir, sungkup berkatup pembatas kantong, oksigen
high-flow nasal oxygen (HFNO) atau NIV. Intubasi urutan cepat (rapid-

18
sequence intubation) dapat dilakukan setelah penilaian saluran pernapasan
tidak menemukan tanda kesulitan intubasi.

2.4 PENANGANAN COVID-19 PADA PASIEN BALITA,ANAK-


ANAK,REMAJA,DAN LANSIA.
A. BALITA
Rekomendasi Umum
Penularan COVID-19 menyebar dengan cara mirip seperti flu, mengikuti
pola pemnyebaran droplet dan kontak. Gejala klinis pertama yang muncul,
yaitu demam (suhu lebih dari 38C), batuk dan kesulitan pernapas, selain
itu dapat disertai dengan sesak memberat, lemas, nyeri otot, diare dan
gejala gangguan napas lainnya. Saat ini masih belum ada vaksin untuk
mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan
pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Rekomendasi utama untuk tenaga kesehatan yang menangani pasien
COVID-19 khususnya ibu hamil, bersalin dan nifas :
1. Tenaga kesehatan harus segera memberi tahu tenaga penanggung
jawab infeksi di tempatnya bekerja (Komite PPI) apabila kedatangan ibu
hamil yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam
Pengawasan (PDP).
2. Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) dalam ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi
airborne) yang sudah disiapkan sebelumnya apabila rumah sakit tersebut
sudah siap sebagai pusat rujukan pasien COVID-19. Jika ruangan khusus
ini tidak ada, pasien harus sesegera mungkin dirujuk ke tempat yang ada
fasilitas ruangan khusus tersebut. Perawatan maternal dilakukan diruang
isolasi khusus ini termasuk saat persalinan dan nifas.
3. Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19, dianggap sebagai
Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan bayi harus ditempatkan di
ruangan isolasi sesuai dengan Panduan Pencegahan Infeksi pada Pasien
Dalam Pengawasan (PDP).
4. Untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi, harus disiapkan
fasilitas untuk perawatan terpisah pada ibu yang telah terkonfirmasi
COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari bayinya sampai
batas risiko transmisi sudah dilewati.
5. Pemulangan pasien postpartum harus sesuai dengan rekomendasi.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil, bersalin dan
nifas :
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika
air dan sabun tidak tersedia.

2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.

19
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda
sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas
di luar.

5. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue lakukan batuk
sesui etika batuk.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
7. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan
masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker
harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
8. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain
yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.

Cara penggunaan masker medis yang efektif:


 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya; jangan menyentuh bagian
depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan
segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
 Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan

10. Diperlukan konsultasi ke spesialis obstetri dan spesialis terkait untuk


melakukan skrining antenatal, perencanaan persalinan dalam mencegah
penularan COVID-19
11. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta pergi ke pasar hewan

20
12. Bila terdapat gejala COVID-19 diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai
SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini
13. Hindari pergi ke negara terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk
pergi ke negara terjangkit diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri
atau praktisi kesehatan terkait.
14. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.
Rekomendasi Postpartum
1. Karena informasi mengenai virus baru ini terbatas dan tidak ada profilaksis
atau pengobatan yang tersedia, pilihan untuk perawatan bayi harus didiskusikan
dengan keluarga pasien dan tim kesehatan yang terkait.
2. Ibu dikonseling tentang adanya referensi dari Cina yang menyarankan isolasi
terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya selama 14 hari. Pemisahan
sementara bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan bayi
3. Bila seorang ibu menunjukkan bahwa ia ingin merawat bayi sendiri, maka
segala upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa ia telah menerima
informasi lengkap dan memahami potensi risiko terhadap bayi.

4. Sampai saat ini data terbatas untuk memandu manajemen postnatal bayi dari
ibu yang dites positif COVID-19 pada trimester ketiga kehamilan. Sampai saat ini
tidak ada bukti transmisi vertikal (antenatal).
5. Semua bayi yang lahir dari ibu dengan PDP atau dikonfirmasi COVID-19 juga
perlu diperiksa untuk COVID-19.
6. Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu dan bayi harus
diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite selama dirawat di rumah
sakit. Tindakan pencegahan tambahan yang disarankan adalah sebagai berikut:
o Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam ruangan
o Ketika bayi berada di luar inkubator dan ibu menyusui, mandi, merawat,
memeluk atau berada dalam jarak 1 meter dari bayi, ibu disarankan untuk
mengenakan APD yang sesuai dengan pedoman PPI dan diajarkan mengenai
etiket batuk.

Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada prosedur yang
menghasilkan aerosol yang harus dilakukan di dalam ruangan.
7. Pemulangan untuk ibu postpartum harus mengikuti rekomendasi pemulangan
pasien COVID-19.

B. ANAK-ANAK
Anak-anak dan remaja perlu mengerti informasi dasar sesuai usia
mereka tentang penyakit corona (COVID-19), termasuk gejala,

21
komplikasi, cara penyebaran, dan cara menghentikan penyebarannya.
Ikuti informasi tentang COVID-19 melalui sumber-sumber yang
terpercaya seperti sumber informasi UNICEF dan WHO dan
Kementerian Kesehatan. Waspadai informasi palsu/mitos yang dapat
beredar dari mulut ke mulut atau online.
Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi
Tertentu (anak-anak)
1. Jangan pergi ke tempat-tempat ramai, dan jangan menghadiri pesta.
2. Kenakan topeng saat pergi keluar, dan ingat untuk mengingatkan orang
tua Anda dan kakek- nenek untuk melakukannya.
3. Pertahankan jadwal teratur dan diet sehat. Cuci tangan Anda dengan
saksama sebelum makan dan setelah buang air besar. Ikuti lebih banyak
latihan di rumah bersama orang tua Anda.
4. Tutupi mulut dan hidung Anda dengan handuk kertas atau siku saat
bersin atau batuk.
5. Dengarkan orang tua Anda dan cari perawatan medis segera jika Anda
demam atau sakit.
Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi
Tertentu (Sekolah dan Taman Kanak-kanak)
1. Mereka yang memiliki riwayat hidup atau bepergian di daerah
epidemi tinggi disarankan untuk memiliki periode karantina rumah
selama 14 hari sebelum kembali ke taman kanak-kanak (sekolah).
2. Setelah kembali ke taman kanak-kanak (sekolah), memonitor
suhu tubuh dan status kesehatan setiap hari, meminimalkan
keluar tidak perlu dan menghindari kontak dengan orang lain.
3. Kenakan masker bedah medis atau masker N95 dengan benar
saat melakukan kontak dengan guru dan siswa lainnya, dan
meminimalkan ruang lingkup kegiatan.
4. Otoritas taman kanak-kanak (sekolah) harus memantau
kesehatan siswa dengan cermat, mengukur suhu tubuh dua kali
sehari, mencatat absen, keberangkatan awal, dan meninggalkan
aplikasi. Jika gejala yang mencurigakan ditemukan di antara
siswa, otoritas sekolah harus segera melaporkan kepada staf
manajemen epidemi dan bekerja sama dengan CDC lokal untuk
melakukan manajemen kontak dan desinfeksi.
5. Sekolah harus menghindari penyelenggaraan pertemuan skala
besar, memperkuat ventilasi dan pembersihan ruang kelas,
asrama, perpustakaan, pusat kegiatan,kantin, auditorium, kantor
guru, toilet dan area aktivitas lainnya, di mana pembersihtangan
dan desinfektan tangan harus disediakan.
6. Otoritas sekolah melakukan pengajaran online dan kelas
perbaikan untuk siswa yang ketinggalan kelas karena sakit. Bagi
mereka yang menunda ujian karena sakit, ujian susulan harus
diatur

C. REMAJA
Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi

22
Tertentu (Pelajar)
1. Siswa yang datang dari daerah epidemi tinggi harus tinggal di
rumah atau di tempat yang ditunjuk untuk pengamatan medis
selama 14 hari setelah meninggalkan daerah tersebut.
2. Semua siswa harus tinggal di rumah seperti yang diperintahkan
oleh sekolah; hindari mengunjungi kerabat dan teman,
menghadiri pesta makan malam, dan pergi ke tempat-tempat
umum yang ramai, terutama tempat-tempat yang tidak
berventilasi.
3. Siswa disarankan untuk melakukan pemantauan kesehatan
sehari-hari dan melaporkan hasilnya kepada orang relatif sesuai
dengan persyaratan masyarakat atau sekolah. Di akhir liburan,
siswa tanpa gejala yang mencurigakan dapat kembali ke
sekolah dengan normal. Mereka yang memiliki gejala yang
mencurigakan harus segera memberi tahu sekolah Anda dan
mencari perawatan medis tepat waktu, dan kembali ke sekolah
setelah pemulihan.
D. LANSIA
Merawat orang lanjut usia terjangkit COVID-19
Usia lanjut dan penyakit komorbid seperti diabetes dan hipertensi dilaporkan
menjadi faktor risiko kematian pada orang-orang yang terjangkit COVID-19 (4).
Karena itu, lansia berisiko paling tinggi meninggal dan menjadi salah satu
kelompok yang paling rentan. Penting untuk diketahui bahwa lansia memiliki hak
yang sama dengan orang lain untuk menerima perawatan kesehatan berkualitas
tinggi, termasuk perawatan intensif. Lihat panduan Integrated care for older
people (ICOPE) (https://www.who.int/ageing/publications/icope-handbook/en/).
Untuk lansia kemungkinan atau suspek COVID-19, berikan penilaian yang
bersifat pribadi, termasuk tidak hanya pencatatan riwayat konvensional,
melainkan pemahaman penuh tentang kehidupan, nilai, prioritas, dan pilihan
tatalaksana orang tersebut.
Pastikan ada kolaborasi multidisipliner antara dokter, perawat, ahli farmasi, dan
tenaga kesehatan lainnya dalam proses pengambilan keputusan untuk
menangani multimorbiditas dan penurunan fungsional.
Catatan 1: Perubahan fisiologis karena usia menyebabkan penurunan kapasitas
intrinsik, yang muncul dalam bentuk malnutrisi, penurunan kognitif, dan gejala-
gejala depresi; pasien dengan kondisi tersebut harus diberi tatalaksana secara
komprehensif.
Dianjurkan untuk melakukan deteksi awal resep obat yang tidak sesuai guna
mencegah efek samping yang tidak diinginkant dan interaksi obat yang
merugikan bagi yang dirawat karena COVID-19.
Catatan 2: Lansia lebih berisiko mendapatkan pengobatan yang polifarmasi,
karena jenis obat yang baru diberikan, rekonsiliasi obat yang tidak cukup, dan
kurangnya koordinasi antar pemberi perawatan, yang kesemuanya meningkatkan
risiko konsekuensi kesehatan negatif.
Libatkan pelaku rawat dan anggota keluarga dalam mengambil keputusan dan
menetapkan tujuan selama tatalaksana pasien COVID-19 lansia.
Protokol Pencegahan Dan Kontrol Terhadap Populasi
Tertentu (LANSIA)

23
1. Pastikan bahwa lansia memperoleh kesadaran akan perlindungan
pribadi, langkah-langkah, persyaratan kebersihan tangan; hindari berbagi
barang pribadi; memperhatikan ventilasi; dan menerapkan langkah-
langkah disinfektan. Dorong lansia untuk sering mencuci tangan.
2. Ketika lansia memiliki gejala yang mencurigakan seperti demam, batuk,
sakit tenggorokan, sesak dada, dispnea, kelelahan, mual dan muntah,
diare, konjungtivitis,nyeri otot, dll., Langkah- langkah berikut harus
diambil:
a. Karantina sendiri dan hindari kontak dekat dengan orang lain.
b. Status kesehatan harus dinilai oleh staf medis dan mereka yang
memiliki kondisi kesehatan abnormal akan dipindahkan ke lembaga
medis. Mengenakan masker bedah diperlukan dalam perjalanan ke
rumah sakit, menghindari mengambil kendaraan umum jika
memungkinkan. pendaftaran segera serta menerima observasi
medis.kegiatan,dan tidak mengatur makanter pusat.
c. Orang yang memiliki kontak dekat dengan kasu smencurigakan harus
mendapatkan
d. Mengurangi pertemuan yang tidak perlu, pesta makan malam, dan grup
lainnya
e. Jika ada lansia dengan gejala yang mencurigakan didiagnosis OVID-19,
mereka yang berhubungan dekat harus menerima pengamatan medis
selama 14 hari. Setelah pasien pergi (seperti rawat inap, kematian, dll.),
Ruangan tempat dia tinggal dan kemungkinan bahan yang
terkontaminasi harus diterapkan desinfeksi terminal tepat waktu.
Prosedur disinfeksi khusus harus dioperasikan

2.5 REHABILITASI PASIEN COVID-19


Meningkatnya jumlah pasien positif terinfeksi virus corona atau COVID-19
mengakibatkan kurangnya Alat pelindung diri (APD) bagi petugas kesehatan.
Kekurangan itu,banyak membuat pihak berbondong-bondong mengulurkan
tangan guna membantu tenaga medis yang tengah berada di garda terdepan
melawan Virus Corona.
Terapi
1. Menentukan Lokasi Terapi sesuai Tingkat Keparahan Penyakit
Kasus terduga dan terkonfirmasi harus diisolasi dan ditangani di rumah sakit
rujukan dengan kondisi isolasi yang efektif dan yang protektif. Kasus-kasus
terduga harus ditangani di ruangan terpisah, sedangkan kasus terkonfirmasi
dapat diterima dalam satu ruangan (ward) yang sama.
Kasus-kasus kritis harus dirawat di ICU sesegera mungkin
2. Terapi Umum
 Istirahatkan pasien di tempat tidur, tingkatkan terapi suportif, dan
pastikan nutrisi yang adekuat. Jaga keseimbangan air dan elektrolit

24
untuk memelihara stabilitas kondisi internal. Awasi dengan cermat tanda
vital, saturasi oksigen, dan sebagainya.
 Evaluasi darah rutin, urin rutin, CRP, indikator biokimiawi (enzim hati,
enzim miokardial, fungsi ginjal, dan sebagainya), fungsi koagulasi,
analisa gas darah arteri, rontgen dada, dan sebagainya sesuai kondisi
pasien. Jika memungkinkan, lakukan tes sitokin.

3. Berikan terapi oksigen yang tepat dan efektif secara terukur, antara
lain
nasal kanul, masker oksigen, terapi nasal oksigen aliran tinggi.
Terapi Antiviral: Berikan nebulisasi alfa-interferon(5 juta unit atau setara
per kaliuntuk dewasa, tambahkan 2 mL sterile wateruntuk injeksi, inhalasi
aerosol dua kali per hari); lopinavir/ritonavir(200 mg/50 mg per kapsul, 2
kapsul setiap kali, dua kali per hari untuk dewasa, lama terapi harus ≤ 10
hari); ribavirin(dianjurkan kombinasi dengan interferon atau
lopinavir/ritonavir, 500 mg per kali untuk dewasa, disuntikkan 2-3 kali per
hari secara intravena, lama terapi harus ≤10 hari). Klorokuin fosfat(500
mg untuk dewasa, dua kali per hari, lama terapi harus ≤10 hari),
Arbidol(200 mg untuk dewasa, tiga kali per hari, lama terapi harus ≤10
hari). Waspadai efek samping seperti diare, mual, muntah, dan kerusakan
hati terkait lopinavir/ritonavir, serta interaksi yang berbahaya dengan obat
lain. Efek obat yang dicobakan saat ini harus dievaluasi lebih lanjut
selama pemakaian klinis. Penggunaan tiga atau lebih jenis antivirus
secara bersamaan tidak dianjurkan danterapi medikamentosa yang
relevan harus dihentikan jika terjadi efek samping yang tak tertahankan.

Terapi Antibakteri: Hindari penggunaan antibiotik yang tidak selektif atau tidak
tepatterutama dalam kombinasi dengan antibiotik spektrum luas.

Terapi Kasus Parah dan Kritis


Prinsip Terapi: Terapi dilakukan secara simptomatik, aktif mencegah komplikasi,
juga terapi penyakit yang menyertai, mencegah infeksi sekunder, dan memberi
dukungan (support) fungsi organ secara tepat.
Alat Bantu Pernafasan
(1) Terapi Oksigen: Pasien yang parah harus diberikan inhalasi oksigen dengan
masker maupun kateter nasal. Dievaluasi secara berkala apakah gangguan
pernafasan (respiratory distress)dan/atau hipoksemia berkurang.
(2) Terapi Oksigen Kateter Nasal Aliran Tinggi atau Ventilasi Mekanis Non-
Invasif: Saat gangguan pernapasan dan/atau hipoksemia tidak berkurang
dengan terapi oksigen standar, harus dipertimbangkan terapi oksigen kateter
nasal aliran tinggi atau ventilasi noninvasif. Jika kondisi tidak membaik atau
bahkan memburuk dalam waktu singkat (1-2 jam), segera lakukan intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanik invasif.
(3) Ventilasi Mekanik Invasif: Gunakan strategi ventilasi pelindung paru-paru
(lung protective ventilation), yang berarti volume tidal kecil (4-8 mL/kg berat ideal)
dan tekanan inspirasi rendah (tekanan platform < 30 cm H2O) pada ventilasi
mekanis untuk mengurangi cedera paru terkait ventilator. Pada beberapa pasien,
sinkronisasi manusia-mesin tidak tersedia, dan sedatif maupun relaksan otot
harus digunakan secara tepat.

25
(4) Terapi Penyelamatan (salvage treatment): Untuk pasien dengan ARDS parah,
dianjurkan untuk melakukan ekspansi paru. Jika memungkinkan, lakukan
ventilasi posisi prone (prone position ventilation) selama lebih dari 12 jam per
hari. Bila dengan ventilasi posisi prone hasilnya buruk, segera pertimbangkan
oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) jika kondisi memungkinkan.

Bantuan Sirkulasi: Prinsipnya resusitasi cairan yang adekuat, perbaiki


mikrosirkulasi, gunakan obat vasoaktif, dan lakukan pemantauan hemodinamik
bila perlu.
8.3.4 Terapi plasma konvalesen: sesuai untuk terapi kasus yang berkembang
cepat, kasus parah dan kasus kritis. Pemberian terapi dan dosis mengacu pada
Rencana Terapi Plasma Klinis untuk Penyakit Virus Corona 2019 Penyembuhan
selama Pemulihan (Edisi PertamaTentatif).

Perawatan Lainnya
Berdasarkan tingkat keparahan gangguan pernapasan dan perkembangan
rontgen dada, glukokortikoid dapat digunakan dalam jangka waktu pendek (3-5
hari) sesuaikebutuhan. Dianjurkan metilprednisolon dengan dosis tidak melebihi
1-2 mg/kg/hari. Perlu diperhatikan bahwa glukokortikoid dengan dosis yang lebih
tinggi akan menunda klirens coronavirus akibat efek imunosupresif; Injeksi
Xuebijing (obat tradisional Cina)dapat diberikan sebagai terapi dengan dosis 100
mL/hari secara intravena, dua kali sehari; persiapan mikroekologi
dapatdigunakan untuk menjaga keseimbangan mikroekologi usus dan mencegah
infeksi bakteri sekunder; jika memungkinkan pertukaran plasma (plasma
exchange), absorbsi, perfusi, penyaringan darah/plasma dan teknologi
pemurnian darah ekstrakorporeal lainnya harus dipertimbangkan untuk kasus
kritis dengan reaksi inflamasi parah.Kecemasan dan ketakutan umum terjadi
pada banyak pasien, oleh karenaitu konseling psikologis harus diperkuat.

Terapi Pengobatan Tradisional Cina


COVID-19 juga dapat diobati dengan obat tradisionalCina, yang menganggap
penyakit ini disebabkan oleh faktor patogen epidemi yang terletak di paru.
Daerah yang berbeda dapatmerujuk pada skema berikut untuk perawatan
dialektik sesuai dengan kondisi penyakit, karakteristik iklim lokal, dan kondisi fisik
yang berbeda. Gunakan obat di bawah bimbingan dokter jika dosis obat melebihi
farmakope (buku standar obat).
Periode Observasi Medis
Manifestasi Klinis 1: kelelahan disertai gangguan pencernaan.
Rekomendasi Pengobatan Cina: Kapsul Huoxiangzhengqi (pil, cairan oral).
Manifestasi Klinis 2: kelelahan disertai demam
Rekomendasi Pengobatan Cina: Butiran Jinhua Qinggan, Kapsul Lianhua
Qingwen (butiran), Kapsul Shufeng Jiedu (butiran).

Periode Terapi Klinis (Untuk Kasus Terkonfirmasi)


(1) Sup untuk Pembersihan dan Detoksifikasi Paru
Lingkup Aplikasi: cocok untuk kasus ringan, kasus yang parah dan umum; kasus
kritis yang masuk akal untuk diterapi sesuai dengan gejala klinis.
Resep Dasar: Herba Ephedrae 9 g, roasted Radix Glycyrrhizae 6 g, Semen
Armeniacae Amarum 9 g, raw Gypsum Fibrosum 15–30 g (decocted first),
Ramulus Cinnamomi 9 g, Rhizoma Alismatis 9 g, Polyporus Umbellatus 9 g,

26
Rhizoma Atractylodis Macrocephalae 9 g, Poria 15 g, Radix Bupleuri 16 g, Radix
Scutellariae 6 g, Rhizoma Pinelliae Preparata 9 g, Rhizoma Zingiberis Recens
9g, Radix Asteris 9 g, Flos Farfarae 9 g, Rhizoma Belamcandae 9 g, Herba Asari
6 g, Rhizoma Dioscoreae 12 g, Fructus Aurantii Immaturus 6 g, Pericarpium Citri
Reticulatae 6 g, Herba Pogostemonis 9 g.
Pemberian dan Dosis: Resep dasar adalah obat tradisional Cina, yang
harus diurai dengan air untuk diminum. Meminum obat yang sama dua
kali sehari, di pagi hari dan di malam hari (40 menit setelah makan), sebanyak
tiga potong dianggap sebagai sekali pengobatan.
Ambil setengah mangkuk sup nasi jika memungkinkan setelah minum obat, atau
semangkuk sup nasi (bubur) untuk orang dengan lidah kering dan kekurangan
cairan tubuh. (Catatan: dosis gypsum mentah harus dikurangi untuk orang-orang
tanpa demam, dan ditingkatkan untuk orang-orang dengan demam ringan atau
parah). Lakukan pengobatan kedua jika gejalanya membaik tetapi tidak hilang,
dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi aktual untuk orang dengan
kebutuhan khusus atau penyakit dasar lainnya. Pengobatan harus dihentikanjika
gejalanya hilang.
Sumber Resep: Rekomendasi Pembersihan Paru dan Sup Detoksifikasi dalam
Pengobatan Penyakit Virus Corona 2019 oleh Pengobatan Tradisional Cina dan
Barat (No. (2020) 22, Kementerian Obat Tradisional Cina) yang dikeluarkan oleh
Kantor Komisi Kesehatan Nasional dan Kantor Administrasi Nasional
Pengobatan Tradisional Cina.
(2) Tipe Ringan
1) Kelembaban Dingin Menstagnasi Paru-Paru
Manifestasi Klinis: demam, kelelahan, pegal, batuk, dahak, dada sesak, nafas
pendek, mual, muntah dan tinja lengket. Pucat atau lidah merah dengan tanda
lemak gigi, tebal berbau busuk atau putih berminyak, dan denyut nadi lemah dan
mengambang atau tidak stabil.
Rekomendasi resep: Raw Herba Ephedrae 6 g, raw Gypsum Fibrosum 15 g,
Semen Armeniacae Amarum 9 g, Rhizoma et Radix Notopterygii 15 g, Semen
Lepidii 15 g, Rhizoma Cyrtomii 9 g, Lumbricus 15 g, Radix Cynanchi Paniculati
15 g, Herba Pogostemonis 15 g, Herba Eupatorii 9 g, Rhizoma Atractylodis 15 g,
Poria 45 g, raw Rhizoma Atractylodis Macrocephalae 30 g, charred Fructus
Hordei Germinatus, charred Fructus Crataegi and charred Massa Medicata
Fermentata 9 g each, Cortex Magnoliae Officinalis 15 g, charred Semen Arecae
9 g, Fructus Tsaoko 9 g, Rhizoma Zingiberis Recens 15 g.
Pemberian dan Dosis: satu dosis per hari, ekstrak bahan-bahan tersebut dengan
cara panaskan atau rebus (decoct) dengan 600 mL air, diminum setiap pagi,
siang,dan sore hari sebelum makan.
2) Akumulasi Panas-Lembab Paru Manifestasi klinis: demam rendah atau suhu
tubuh normal, sedikit menggigil bergantian, badan dan kepala terasa berat, nyeri
otot, batuk kering,dan dahak lebih sedikit, sakit tenggorokan, mulut kering dan
tidak ada keinginanuntuk minum, atau dada sesak, kepenuhan epigastrik, tidak
ada keringat atau keringat tidak lancar, atau muntah, mual, sulit buang air besar
atau sembelit. Lidah pucat atau merah dengan bulu putih, tebal, berminyak atau
tipis, dan denyut nadi halus.
Rekomendasi resep: Semen Arecae 10 g, Fructus Tsaoko 10 g, Cortex
Magnoliae Officinalis 10 g, RhizomaAnemarrhenae 10 g, Radix Scutellariae 10 g,
Radix Bupleuri 10 g, Radix Paeoniae Rubra 10 g, Fructus Forsythiae 15g, Herba

27
Artemisiae Annuae 10 g (decocted later), Rhizoma Atractylodis 10 g, Folium
Isatidis 10 g, raw Radix Glycyrrhizae 5 g.
Pemberian dan Dosis: satu dosis per hari, ekstrak bahan-bahan tersebut dengan
cara panaskan atau rebus (decoct + 15 minutes) dengan 400 mL air, diminum
sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.
(3) Tipe Umum
1) Racun Basah Menstagnasi Paru
Manifestasi klinis: demam,batuk dengan dahak lebih sedikit atau dahak kuning,
sesak dada, sesak napas, distensi perut. Lidah merah dan lemak gelap dengan
bulu kuning berminyak ataukering, denyut nadi cepat dan/atau tidak stabil.
Rekomendasi resep: raw Herba Ephedrae 6 g, Semen Armeniacae Amarum 15
g, raw Gypsum Fibrosum 30 g, raw Semen Coicis 30 g, Rhizoma Atractylodis 10
g, Herba Pogostemonis 15 g, Herba Artemisiae Annuae 12 g, Rhizoma Polygoni
Cuspidati 20 g, Herba Verbenae 30 g, Dry Rhizoma Phragmitis 30 g, Semen
Lepidii 15 g, Exocarpium Citri Grandis 15 g, Radix Glycyrrhizae 10 g.
Pemberian dan Dosis: satu dosis per hari, ekstrak bahan-bahan tersebut dengan
cara panaskan atau rebus (decoct + 15 minutes) dengan 400 mL air, diminum
sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.

2)Kelembaban Dingin Menghambat Paru


Manifestasi klinis: Demam rendah, demam sembunyi, atau tanpa demam, batuk
kering, dahak sedikit, kelelahan,sesak dada, mual, atau muntah, tinja longgar.
Lidah pucat atau merah, bulu putih berminyak, denyut nadi lembut dan
mengambang.
Rekomendasi resep: Rhizoma Atractylodis 15 g, Pericarpium Citri Reticulatae 10
g, Cortex Magnoliae Officinalis 10 g, Herba Pogostemonis 10 g, Fructus Tsaoko
6 g, raw Herba Ephedrae 6 g, Rhizoma et Radix Notopterygii 10 g, Rhizoma
Zingiberis Recens 10 g, Semen Arecae 10 g.

Pemberian dan Dosis: satu dosis per hari, ekstrak bahan-bahan tersebut dengan
cara panaskan atau rebus (decoct+ 15 minutes) dengan 400 mL air, diminum
sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.
(4) Tipe Parah
1) Paru Dihambat oleh Wabah Racun
Manifestasi klinis: demam, kemerahan, batuk, dahak lengket kurang kuning
dengan atau tanpa darah, napas sesak dan berbunyi (mengi), kelelahan, mulut
kering dan pahit, mual dengan anoreksia, gerakan tinja buruk, urin kurang coklat.
Lidah merah dengan kuning berminyak, denyut nadi tidak stabil.
Rekomendasi resep: Raw Herba Ephedrae 6 g, Semen Armeniacae Amarum 9
g, Gypsum Fibrosum 15 g, Radix Glycyrrhizae 3 g, Herba Pogostemonis 10 g
(decocted later), Cortex Magnoliae Officinalis 10 g, Rhizoma Atractylodis 15g,
Fructus Tsaoko 10 g, Rhizoma Pinelliae Preparatum 9 g, Poria 15 g, raw Radix
et Rhizoma Rhei 5 g (decocted later), raw Radix Astragali seu Hedysari 10 g,
Semen Lepidii 10 g, Radix Paeoniae Rubra 10 g.
Pemberian dan Dosis: Satu atau dua dosis per hari, ekstrak bahan-bahan
tersebut dengan cara panaskan atau rebus (decoct+ 15 minutes) dengan 100–
200 mL air, diminum 2-4 kali sehari, pemberian oral atau nasal.

2) Panas Terbakar dalam Qi dan Ying

28
Manifestasi Klinis: demam berat dan hausterus-menerus, sesak napas dan sulit
bernapas, kehilangan fokus, penglihatan kabur, ruam, atau muntah darah dan
mimisan, atau kejang-kejang pada tungkai. Lidah dengan sedikit atau tanpa bulu,
denyut nadi keras dan cepat.
Rekomendasi resep: Raw Gypsum Fibrosum 30–60 g (decocted first), Rhizoma
Anemarrhenae 30 g, Radix Rehmanniae 30–60 g, Cornu Bubali 30 g (decocted
first), Radix Paeoniae Rubra 30 g, Radix Scrophulariae 30 g, Fructus Forsythiae
15 g, Cortex Moutan 15 g, Rhizoma Coptidis 6 g, Folium Phyllostachydis
Henonis 12 g, Semen Lepidii 15 g, Radix Glycyrrhizae 6 g.
Pemberian dan Dosis: Satu dosis per hari, ekstrak bahan-bahan tersebut dengan
cara panaskan atau rebus (decoct + 15 minutes) dengan 100 mL hingga 200 mL
air, panaskan (decoct) Gypsum Fibrosumdan Cornu Bubali terlebih dahulu,
diminum 2 hingga 4 kali sehari, pemberian oral atau nasal.
Rekomendasi Pengobatan Cina: Injeksi Xiyanping, Injeksi Xuebijing, Injeksi
Reduning, Injeksi Tanreqing, Injeksi Xingnaojing. Obat dengan efek yang sama
dapat dipilih sesuai dengan kondisi individu atau dapat digunakan bersama
sesuai dengan gejala klinis. Injeksi obat tradisional Cina dapat dikombinasi
dengan rebusan.
(5) Tipe Kritis (Internal Block and Outward Desertion)
Manifestasi klinis: sulit bernapas, asma membutuhkan bantuan ventilasi, pusing,
lekas marah, anggota badan berkeringat dingin, lidah ungu, tebal atau kering,
nadi tak menentu.
Rekomendasi resep: Radix Ginseng 15 g, Radix Aconiti Lateralis Preparata10 g
(decocted first), Fructus Corni 15 g, drinking with Suhexiang Pills or Angong
Niuhuang Pills.
Rekomendasi Pengobatan Cina: Injeksi Xuebijing, Injeksi Reduning, Injeksi
Tanreqing,Injeksi Xingnaojing, Injeksi Shenfu, Injeksi Shengmai 1, Injeksi
Shengmai 2. Obat-obatan dengan efek serupa dapat dipilih sesuai dengan
kondisi individu atau dapat digunakan bersama sesuai dengan gejala klinis.
Injeksi obat tradisional Cina dapat dikombinasi dengan rebusan.

Catatan: Rekomendasi Penggunaan Injeksi Obat Tradisional Cina untuk


Kasus Parah dan Kritis.
Penggunaan injeksi obat tradisional Cina harus mengikuti prinsip dimulai dengan
dosis rendah, dimodifikasi secara bertahap dan dialektik sesuai dengan instruksi
obat. Rekomendasi penggunaannya adalah sebagai berikut:
Infeksi virus atau Kombinasi dengan infeksi bakteri ringan: injeksi NaCL 0.9%
250 mL dan injeksi Xiyanping 100 mg bid, atau injeksi NaCL 0.9% 250 mL dan
injeksi 20 mL, atauinjeksi NaCL 0.9% 250 mL dan injeksi Tanreqing 40 mg bid.
Demam Parah disertai Gangguan kesadaran: Injeksi Xingnao 20 mL dan injeksi
NaCL 0.9% 250 mL, bid, dua kali sehari.
Sindrom Respon Inflamasi Sistemik (SIRS) dan/atau kegagalan organ multipel:
Injeksi Xuebijing 100 mL dan injeksi NaCL 0.9% 250 mL, bid, dua kali sehari.
Kondisi Imunosupresi: Injeksi Shengmai 100 mL dan injeksi NaCL 0.9% 250 mL,
bid, dua kali sehari.
Syok: Injeksi Shenfu 100 mL dan injeksi NaCL 0.9% 250 mL, bid, dua kali sehari.
(6) Periode Pemulihan
1) Defisiensi Qi Paru dan Limpa

29
Manifestasi klinis: sesak napas, kelelahan, anoreksia, rasa kembung dan
kepenuhan, konstipasi, loose stool, lidah pucat, bulu berminyak keputihan
(whitish greasy fur).
Rekomendasi resep: Rhizoma Pinelliae Preparatum 9 g, Pericarpium Citri
Reticulatae 10 g,Radix Codonopsis 15 g, roasted Radix Astragali seu Hedysari
30 g, roasted Rhizoma Atractylodis Macrocephalae 10 g, Poria 15 g, Herba
Pogostemonis 10 g, Fructus Amomi Villosi 6 g (decocted later), Radix
Glycyrrhizae 6 g. Pemberian dan Dosis: Satu dosis perhari, ekstrak bahan-bahan
tersebut dengan cara panaskan atau rebus (decoct) dengan 400 mL air, diminum
sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.
2) Defisiensi Qi dan Yin
Manifestasi klinis: kelelahan, sesak napas, mulut kering, haus, keringat secara
berlebihan, anoreksia, demam rendah atau tanpa demam, batuk kering, sedikit
berdahak, lidah kering, nadi tipis atau lemah.
Rekomendasi resep: Radix Adenophorae 10 g, Radix Glehniae 10g, Radix
Ophiopogonis 15 g, Radix Panacis Quinquefolii 6 g, Fructus Schisandrae
Chinensis 6 g, raw Gypsum Fibrosum 15 g, Herba Lophatheri 10 g, Folium Mori
10g, Rhizoma Phragmitis 15 g, Radix Salviae Miltiorrhizae 15 g, Radix
Glycyrrhizae 6 g. Pemberian dan Dosis: Satu dosis per hari, ekstrak bahan-
bahan tersebut dengan cara panaskan atau rebus (decoct) dengan 400 mL air,
konsumsi sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.

Pelepasan dari Isolasi dan Catatan setelah Pemulangan


1. Standar Pelepasan dari Isolasi dan Pemulangan
2. Suhu tubuh normal selama lebih dari 3 hari;
3. Perbaikan gejala gangguan pernafasan yang signifikan;
4. Rontgen paru menunjukkan absorbsi dan perbaikan lesi eksudatif akut
yang nyata;
5. Hasil negatif dari tes asam nukleat patogen pernafasan selama dua kali
berturut-turut (interval pengambilan sampel minimal 1 hari). Pasien yang
memenuhi standar yang disebutkan di atas dapat dilepaskan dari isolasi
dan dipulangkan.
Catatan setelah Pemulangan
Rumah sakit rujukan harus meningkatkan komunikasi dengan layanan
kesehatan primer (basic medical institution) di tempat tinggal pasien, berbagi
catatan medis, dan meneruskan informasi kasus pasien yang boleh pulang
kepada pengurus RT (relevant neighborhood committee) dan layanan kesehatan
primer.
9.2.2 Kasus pasien yang boleh pulang dianjurkan untuk memonitor
kesehatannya secara kontinyu selama 14 hari, memakai masker wajah, tinggal di
kamar tunggal berventilasi, mengurangi frekuensi kontak dekatdengan anggota
keluarga, makan sendirian, menjaga kebersihan tangan dan menghindari
kegiatan di luar ruangan karena status imunitas yang menurun dan berisiko
terinfeksi patogen lain.
1. 9.2.3 Dianjurkan untuk kontrol pada minggu kedua dan keempat setelah
dipulangkan.

10 Prinsip Transfer
Sesuai dengan Program Transfer Kasus Novel Coronavirus Pneumonia (Edisi
Tentatif) yang dikeluarkan oleh komisi kami.

30
11 Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Secara ketat mematuhi persyaratan Panduan Teknis untuk Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Novel Coronavirus di Lembaga Medis (Edisi Pertama) dan
Pedoman Penggunaan Peralatan Pelindung Medis Umum dalam Perlindungan
Novel Coronavirus Pneumonia (Edisi Tentatif).

Pada tanggal 8 Februari 2020, Komisi Kesehatan Nasional Pemerintah Republik


Rakyat Tiongkok merilis panduan Diagnosisdan Rencana Penanganan Virus
Corona2019 (COVID-19).
Sejak Desember 2019, Kota Wuhan, Provinsi Hubei berhasil menemukan
beberapa kasus pasien COVID-19. Melalui penyebaran yang epidemik, beberapa
kasus lain juga telah ditemukan di Cina dan negara lain Kebanyakan kasus yang
dilaporkan adalah mereka yang memiliki riwayat menetap atau perjalanan ke
Wuhan, tetapi beberapa kasus di tempat lainnya yang dilaporkan tidak memiliki
riwayat menetap ataupun perjalanan ke Wuhanjuga telah ditemukan di beberapa
daerah. Berdasarkan UU RRC tentang pencegahan dan penanganan infeksi
penyakit menular, COVID-19 merupakan salah satu infeksi saluran pernapasan
akutyang dikategorikan dalam Kelas B golongan Penyakit Menular, dan ditangani
sebagai Penyakit Menular kelas A.

Setelah wabah Corona, Komisi Nasional Kesehatan menunjuk beberapa ahli


terkait untuk merumuskan penulisan edisi pertama, edisi kedua, edisi ketiga,edisi
keempat, dan edisi kelima Diagnosisdan Rencana Penanganan COVID-19.
Edisi kelima ini mencakup karakteristik patogen virus corona, tanda-tanda klinis,
definisi kasus, diagnosisbanding, identifikasi dan pelaporan kasus, penanganan,
standar pelepasanisolasi dan standar pemulangan, prinsip-prinsip pemindahan
pasien, dan kontrol infeksi nosokomial.

1Karakteristik Patogen Virus Corona


Sub-familyvirus coronadikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, danδ. Selain
virus baru ini (COVID-19), ada tujuh virus coronayang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus coronamenyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East respiratory syndrome
coronavirus(MERSr-CoV), severe acuterespiratory syndrome associated
coronavirus(SARSr-CoV) dannovel coronavirus 2019(nCoV-2019) dapat
menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan berat, dan penularannya dapat
terjadi antarmanusia.
Virus coronasensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat
dinonaktifkan (inactivated)secara efektif dengan hampir semua disinfektan
kecuali klorheksidin. Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang
mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakandalam kasus
ini.

2 Karakteristik Epidemiologi
Sumber infeksi pada panduan ini telah direvisi menjadi “Sumber infeksi utama
saat ini adalah pasien yang positif terinfeksi COVID-19 dan pembawa (karier)
COVID-19 yang asimptomatik juga dapat menjadi sumberinfeksi”.
3 Karakteristik Klinis

31
Masa inkubasi COVID-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan pada umumnya terjadi di
hari ke tiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan, danbatuk kering merupakan
tanda-tanda umum infeksi coronadisertai dengan gejala seperti hidung
tersumbat, pilek, dan diare pada beberapa pasien. Karena beberapa pasien yang
parah tidak mengalami kesulitan bernapas yang jelas dandatang dengan
hipoksemia, sehingga ada perubahan dalam panduanini menjadi “Dalam kasus
yang parah, dispnea dan/atau hipoksemia biasanya terjadi setelahsatu minggu
setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang
menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok sepsis, asidosis metabolik
yang sulit ditangani, dan perdarahan dan disfungsi koagulasi, dll.”Edisi ini
menekankan bahwa“Pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami
demam ringan, kelelahan ringan dan sebagainya, tetapi tanpa manifestasi
pneumonia”.
Dalam hal pemeriksaan laboratorium, edisi terbaru ini menambahkan penjelasan
sebagai berikut, “Peningkatan kadar enzim hati, LDH, enzim otot dan mioglobin
dapat terjadi pada beberapa pasien; dan peningkatan level troponin dapat dilihat
pada beberapa pasien kritis”dan “Asam nukleat nCoV-2019 dapat dideteksi
dalam spesimen biologis seperti apusan nasofaringeal, dahak, sekresi saluran
pernapasan bagian bawah, darah dan feses”.
Pada tahap awal COVID-19, hasil rontgen menunjukkan bahwa ada beberapa
bayangan pola kecil (multiple small patches shadow) dan perubahan interstitial,
terutama di periferal paru. Seiring perkembangan penyakit, hasil rontgen pasien
ini berkembang lebih lanjut menjadi beberapa bayangan tembus pandang/kaca
(multiple ground glass shadow) dan bayangan infiltrasi di kedua paru. Pada
kasus yang parah dapat terjadi konsolidasi paru. Pada pasien dengan COVID-
19, jarang ditemui adanya efusi pleura.

Terapi
Terapi meliputi isolasi, terapi simptomatik, dan pemantauan ketat perubahan
kondisi, khususnya laju pernapasan dan tingkat saturasi oksigen jari (finger pulse
oxygen saturation).
Setiap kasus terduga harus ditangani dalam satu kamar tunggal, sementara
kasus terkonfirmasi dapat ditangani di dalam bangsal yang sama.

Kasus kritis harus dirawat di ICU sesegera mungkin.


Penggunaan antibiotik: penggunaan antibiotik secara blinddan tidak tepat harus
dihindari, khususnya dalam kombinasi dengan antibiotik spektrum luas.
Pengobatan antivirus: edisi ini menambahkan deskripsi dari “tidak ada terapi
antivirus yang saat ini terkonfirmasi efektif”. Berdasarkan penggunaan obat
inhalasi aerosol alfa-interferon dan lopinavir/ritonavir, ditambahkan “atau
penambahan ribavirin”. Setelah diskusi penuh oleh Kelompok Ahli Penanganan
Medis COVID-19 Nasional, dosis ribavirin telah disesuaikan menjadi 500 mg
setiap kali pemberian untuk dewasa, dengan 2 hingga 3 kali infus intravena per
hari, karena mempertimbangkan keamanan pasien terkait dosis yang tinggi.
Perlu diperhatikan juga efek samping lopinavir/ritonavir, seperti diare, mual,
muntah, dan interaksi dengan obat lain.

Kunci untuk mengurangi tingkat fatalitas kasus adalah keberhasilan pengobatan


kasusparah dan kritis. Pencegahan dan pengobatan komplikasi secara aktif,
mengobati penyakit utama, mencegah infeksi sekunder, dan memberikan

32
bantuanfungsi organ secara tepat. Pasien selalu merasa cemas dan takut
sehingga perlu dilakukankonseling psikologis.
Tentang pemantauan penyakit, “deteksi sitokin terhadap orang-orang yang telah
terinfeksi”telah ditambahkan dalam panduan ini.
Bantuan Pernapasan: (1) terapi oksigen: pasien yang parah harus disediakan
inhalasi oksigen dengan masker wajah atau nasal kanul, dan mengkaji secara
berkalaapakah gangguan pernapasan dan/atau hipoksemia membaik;(2)terapi
nasal kanul aliran oksigen tinggi atau ventilasi mekanis non-invasif: jika
gangguan pernapasan dan/atau hipoksemia tidak dapat distabilkan melalui terapi
oksigen standar, harus dipetimbangkan terapi nasal kanul aliran tinggi atau
ventilasi non-invasif. Hal yang perlu diingat sebagaimana di panduan ini
ditekankan bahwa “jika kondisi tidak meningkat atau bahkan memburuk dalam
waktu singkat (1-2 jam), intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik invasif harus
dilakukan segera”. (3) Ventilasi mekanik invasif: strategi ventilasi pelindung paru
(lung protective ventilation) harus digunakan, yang berarti volume tidal kecil (4-8
mL/kg berat ideal) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan platform <30 cmH2O)
pada ventilasi mekanis untuk mengurangi cedera paru terkait ventilator. (4) Pada
pasien dengan ARDS parah, dianjurkan untuk melakukan ekspansi paru. Jika
memungkinkan, harus dilakukan ventilasi posisi prone selama lebih dari 12 jam
per hari. Bagi mereka dengan hasil ventilasi posisi prone yang buruk, oksigenasi
membran ekstrakorporeal (ECMO) harus dipertimbangkan segerajika kondisinya
memungkinkan.
Bantuan sirkulasi: Prinsipnya resusitasi cairan yang adekuat, meningkatkan
sirkulasi mikro, menggunakan obat vasoaktif, dan melakukan pemantauan
hemodinamik jika diperlukan.
Pertimbangan terapi lain: glukokortikoid dapat digunakan dalam terapi jangka
pendek (3-5 hari) sesuai dengan tingkat keparahan gangguan pernapasan dan
perkembangan rontgen dada. Dosis metilprednisolon yang direkomendasikan
tidak boleh melebihi 1-2 mg/kg/hari. Perlu diperhatikan bahwa glukokortikoid
dosis tinggi akan menunda klirens virus corona karena efek imunosupresif.
Injeksi Xuebijing (obat tradisional Cina) dapat digunakan untuk terapi dengan
pemberian 100 mL/hari secara intravena, dua kali sehari. Persiapan mikroekologi
dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mikroekologi usus dan
mencegah infeksi bakteri sekunder. Terapi
plasma konvalesen juga dapat digunakan. Untuk pasien kritisdengan respon
inflamasi tinggi, dapat dipertimbangkan teknologi pemurnian darah
ekstrakorporeal bila kondisi memungkinkan.
Terapi dengan obat Cina: COVID-19 termasuk dalam kategori penyakit epidemi
pengobatan tradisionalCina. Penyakit ini disebabkan olehfaktor patogen
epidemik, dan terletak di paru. Patogenesis utama COVID-19 ditandai oleh
kelembaban, panas, racun, dan endapan. Daerah yang berbeda dapat merujuk
pada skema berikut untuk terapi secara dialektik, sesuai dengan kondisi
penyakit, karakteristik iklim lokal, dan kondisi fisik yang berbeda.
Pelepasan Isolasi dan Standar Pemulangan Pasien
Berdasarkan “dengan suhu tubuh normal selama lebih dari 3 hari, dan gangguan
sistem pernapasan membaik secara signifikan”, dimana “dengan gambaran
absorbsi inflamasi yang jelas pada rontgen paru”telah ditambahkan dalam revisi
panduan ini. Selain itu, pasien juga harus memenuhi kriteria hasil negatif dari tes
asam nukleat patogen pernapasan selama dua kali berturut-turut (interval
pengambilan sampel minimal 1hari). Hanya jika pasien memenuhi semua kriteria

33
di atas, pasien dapat dilepaskan dari rumah sakit atau dipindahkan ke
departemen terkait untuk penyakit lain sesuai dengan kondisi mereka.
Prinsip Pemindahan Pasien
Untuk memastikan keamanan transportasi, pasien harus diangkut dalam
kendaraan khusus, selain itu para petugas yang membantu pemindahan pasien
harus menggunakan alat pelindung diri dan disinfeksikendaraan harus dilakukan.

34
35
BAB III
PENUTUP

1.1 SIMPULAN
Terjadinya wabah Covid-19 di China dan kemudian menjadi pandemi
memberikan pelajaran terhadap kesigapan berbagai negara. Indonesia
mempunyai UU Kekarantinaan Kesehatan dan UU Wabah Penyakit Menular
terkait sistem kesiapan dalam menghadapi wabah, baik endemi maupun
pandemi. Namun demikian perlu dilakukan revisi terhadap UU Wabah
Penyakit Menular karena sudah tidak relevan dengan perkembangan kondisi
saat ini. UU Wabah Penyakit Menular juga perlu mengatur penanganan yang
selama ini belum diatur dalam UU seperti kesiapsiagaan sebelum terjadinya
wabah, pada saat terjadi wabah, dan setelah terjadi wabah yang meliputi
rehabilitasi, sehingga nantinya diharapkan Indonesia lebih siap dalam
menghadapi wabah.
Selain itu, perlu adanya peningkatan kesiapsiagaan apabila kasus serupa muncul
di Indonesia. Kesiapsiagaan yang dilakukan sejauh ini belum sepenuhnya
optimal. Agar lebih optimal perlu peningkatan KIE dan kerja sama lintas sektor.
DPR perlu mengawasi langkah-langkah kesiapsiagaan dalam menghadapi
wabah Covid-19 berdasarkan instrumen IHR 2005, UU Kekarantinaan
Kesehatan, dan UU Wabah Penyakit Menular. Selain itu, DPR perlu mendorong
pemerintah untuk mempercepat revisi UU Wabah Penyakit Menular yang telah
masuk dalam Prolegnas 2020-2024.
1.2 SARAN
Penulis menyadari masi banyak terdapat kekurangan pada Makalah ini oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga materi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya pembaca pada umumnya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan menteri kesehatan


Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI. Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi MERSCoV di Indonesia.
3. World Health Organization (WHO). 2020. https://www.who.int/health-
topics/coronavirus. Diakses 18 Januari 2020.
4. World Health Organization (WHO).2020.Global surveillance for human
infection with novel-coronavirus(2019-ncov).https://www.who.int/publications-
detail/global-surveillance-for-human-infection-with-novel-coronavirus-(2019-
ncov). Diakses 20 Januari 2020.
5. World Health Organization (WHO).2020.Global surveillance for human
infection with novel-coronavirus(2019-ncov).https://www.who.int/publications-
detail/global-surveillance-for-human-infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov)
Interim 31 Januari 2020. Diakses 31 Januari 2020.
6. World Health Organization (WHO).2020. Laboratory testing for 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV) in suspected human cases.
https://www.who.int/publications-detail/laboratory-testing-for-2019-novel-
coronavirus-in-suspected-human-cases. Diakses 17Januari 2020
7. World Health Organization (WHO).2020. Clinical management of severe acute
Respiratory infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected.
https://www.who.int/internal-publications-detail/clinical-management-of-severe-
acute-respiratory-infection-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected.
Diakses 11 Januari 2020.
8. World Health Organization (WHO).2020. Home care for patients with
suspected novel coronavirus (nCoV) infection presenting with mild symptoms
and management of contacts. https://www.who.int/internal-publications-
detail/home-care-for-patients-with-suspected-novel-coronavirus-(nCoV)-infection-
presenting-with-mild-symptoms-and-management-of-contacts. Diakses 20
Januari 2020

9.Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics


and intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine
pregnant women: a retrospective review of medical records. Lancet 2020; DOI:
10.1016/S0140-6736(20)30360-3. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014067320303603. Retrieved
Feb 21, 2020.
10 Favre G, Pomar L, Musso D, Baud D. 2019-nCoV epidemic: what about
pregnancies? Lancet 2020; DOI: 10.1016/S0140- 6736(20)30311-1. Available at:

43
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673620303111. Retrieved
February 21, 2020.

44

Anda mungkin juga menyukai