2. Anatomi Fisiologi
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
a. Otak
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak besar
terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis.
daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar
interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang
dibentuk dari cabang-cabang arteri carotis interna, anterior dan arteri serebral
bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada
sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran
b. Cairan Serebrospinal
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007
diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis
(LCS) diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat,
secara organik dan non organik LCS sama dengan plasma tetapi mempunyai
dan tidak mengandung sel darah merah.Cairan LCS didalam tubuh diserap oleh
villiarakhnoid.
c. Medula Spinalis
Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama dipelajari contoh melangkah.
d. Saraf Somatik
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf motorik
dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan
saraf spinal.
e. Saraf Spinal
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk
medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari medula
spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal. Saraf-saraf
berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah
lurusdiantara tulang kosta (nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini
juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah
untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer
kanan, begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri
f. Saraf Otonom
Sistem saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru,
serta alat pencernaan. Sistem otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.
- Kesiagaan meningkat
- Pernafasan meningkat
Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu
tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olahraga, cemas, dan
lain-lain.
- Kesiagaan menurun
- Pernafasan tenang
g. Saraf kranial :
1) Saraf Olfaktorius
olfaktorius. Sistem ini terbagi dari bagian berikut : mukosa olfaktorius pada
bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial
lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-
kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini
yang dapat merangsang timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau
busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa
otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi
2) Saraf Optikus
optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk
bagian fundus maih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal
tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma
bagian posterior kapsula interna dan berakhir dikorteks visual lobus oksipital.
3) Saraf Okulomotorius
persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior
dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-
4) Saraf Troklearis
Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal
5) Saraf Trigeminus
wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam
fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis
6) Saraf Abdusens
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian
bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf
7) Saraf Fasialis
motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral
dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal
dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf
8) Saraf Vestibulokoklearis
menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
9) Saraf Glosofaringeus
arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Diantara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi
jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen
kranialis adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat
neuron dari saraf vagus. Saraf aksesorius adalah saraf motorik yang
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan
dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
3. Etiologi
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak
dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu
demam diatas 38,8°C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah
terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik
bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun tanda- tanda kejang demam meliputi :
b. Penurunan kesadaran
d. Muntah
5. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan
kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu
dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi,
akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau
rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya,
kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah,
sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi.
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam
yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien
kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan
pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
c. Elektrolit : K, Na
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi
kepala.
8. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
b. Turunkan panas
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
mg/hgBB/hari.
f. Penanganan sportif
2. Pencegahan
Dapat digunakan :
2. Anamnesa
a. AktivitasatauIstirahat
b. Sirkulasi
c. Intergritas Ego
Stresso reksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
d. Pekarangsangan
pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubaha ndalam berhubungan
e. Eliminasi
1) Inkontinensi aepirodik
aktivitas kejang
f. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
g. Kenyamanan
sekresimulus
2) Faseposektal : Apnea
i. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
j. InteraksiSosial
3. PemeriksaanFisik
a. Aktivitas
b. Integritas Ego
c. Eleminasi
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristikkejang)
2) Kejang umum
Tonik – klonik :kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan,
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau
5) Kejang parsial
f. Kenyamanan
g. Keamanan
Trauma pada jaringanl unak, Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
B. Diagnosa Keperawatan
hasil: kesadaran
kriteria hasil:
a. TD sistole dan
normal 80-100/60
mmHg
b. RR normal 20-30
x/menit
x/menit
derajat celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang
kejang tidur
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan
yang cukup
menemani pasien
kebisingan
kepada keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan pasien
imunitas tubuh terkontrol, status imun secara benar setiap setelah
adekuat digunakan pasien
KRITERIA HASIL : 3. Cuci tangan sebelum dan
a. Bebas dari tanda sesudah merawat pasien, dan
dangejala infeksi. ajari cuci tangan yang benar
b. Keluarga tahu tanda- 4. Anjurkan pada keluarga untuk
tanda infeksi. selalu menjaga kebersihan klien
c. Angka leukosit 5. Tingkatkan masukkan gizi yang
normal (9000– cukup
12.000/mm3) 6. Tingkatkan masukan cairan
yang cukup
7. Anjurkan istirahat
8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta
tentang tanda dan gejala infeksi
dan segera untuk melaporkan
keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic
semua daerah IV (intra vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian
therapi antibiotik yang sesuai,
dan anjurkan untuk minum obat
sesuai aturan.
.
5. Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
keluarga mengerti
dilakukan tindakan
perawatan selama
kejang.kriteria hasil :
a. Keluarga
mengerti cara
penanganan
Al-Nakeeb, Y., Lyons, M., Collins, P., Al-Nuaim, A., Al-Hazzaa, H., Duncan, M. J., et al.
(2012). Obesity, Physical Activity and Sendentary Behavior Among British and Saudi
Youth: A Cross-Cultural Study. International Journal of Environmental Research and
Public Healt , 9, 1490-1506.
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Anak Kejang Demam, Juli 20 2013, From http://hidayat.blogspot.com/2009/06/10
Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz. (2008). Pengantar ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba.Hartono.(2011).
Kumpulan tips pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDAIHidayat.(2009). Askep
Partini, (2013). Kiat praktis dalam pediatrik klinis, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cabang DKI Jakarta