Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen :
Nama :
2020
HIDROSEFALUS
A. Definisi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak-
anak adalah.
1. Kelainan bawaan
1) Stenosis Aquaductus sylv
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau
abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.
2) Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat
tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
3) Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
4) Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usia
5) Anomali Pembuluh Darah
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga
terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
Perdarahan yang terjadi akibat berbagai macam sebab seperti prematuritas,
cedera kepala, rupture malformasi vaskuler dapat sebabkan gangguan
hidrosefalik likuor. Pada stadium akut pembentukan fibrin dan bekuan
darah daoat menyumbat aliran likuor pada saluran yang relative sempit
seperti rongga arachnoid, vili arachnoid.Padda stadium kronis yang terjadi
adalah fibrosis leptomeningeal.
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat
terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
Tumor Ventrikel kiri
Tumorfosa posterior
Pailoma pleksus khoroideus
Leukemia, limfoma
5. Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler
Dilatasi sinus dural
Thrombosis sinus venosus
Malformasi V. Galeni
Ekstaksi A. Basilaris
C. Klasifikasi
Hidrosefalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga:
Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
1. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid, sehingga
terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villusarachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala-gejala
peningkatan ICP).
2. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi
pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi
bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut
sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi
congenital pada sistem saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala
kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak
bergabung terdapat pemisahan /separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrosefalus bertekanan normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan ventrikel disertai dengan
kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial
biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi; dimentia,
ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera
kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, meningitis; pada beberapa
kasus (kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukan hubungan
tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata
terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak
biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi
tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura
yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal.
Pada bayi terlihat lemah, tampak adanya aktifitas normal. Proses ini
pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi
dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela
menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi
– stupor.
peningkatan tonus otot ekstrimitas
Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah
terlihat jelas
Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah –
olah diatas iris
Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
Strabismus, nystagmus, atropi optic
Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
b. Anak yang telah menutup suturanya
Tanda – tanda peningkatan intarakranial
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun.
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Strabismus
Perubahan pupil
E. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.
Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut
dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut
itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak
tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar
dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu:
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih
lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara
dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis
maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit,
dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata
tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal
ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
G. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
a) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
a) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi
napas
b) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
c) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi
menonjol dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil,
penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus
( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
d) B4 ( Bladder ) : Oliguria
e) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
3. Pemeriksaan Fisik
a) Masa bayi :
Kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit
kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat
bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda
setting – sun ) , mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan
kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada ekstremitas
bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea,
Aspirasi dan tidak reflek muntah.
b) Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah
terstimulasi , Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis
yang abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta
erosi tulang intra cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat
terlihat di dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d peningkatan jumlah
cairan serebrospinal
2. Nyeri yang berhubunngan dengan peningkatan tekanan intracranial
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d
perubahan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolism.
4. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d peningkatan
jumlah cairan serebrospinal.
Tujuan: Setelah dilakukan atau diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam
klien tidak mengalami peningkatan TIK.
Kriteria hasil: Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan
muntah, GCS 4,5,6 tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi
a. Kaji factor penyebab dari keadaan individu/penyebab koma/penurunan
perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
R/: deteksi dini untuk memperioritaskan intervensi , mengkaji status
neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan
kegawatan atau tindakan pembedahan.
b. Monitor tanda-tanda vital tiap 4jam
R/: Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan
baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan
dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local
vaskularisasi darah serebral. Adanya peningkatan tekanan darah,
bradhikardi, distritmia, dispnia merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.
c. Evaluasi pupil
R/: Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan
tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.
d. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan
R/: Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan
mertabolisme dan oksegen akan menunjang peningkatan TIK.
e. Pertahankan kepala / leher pada posisi yang netral, usahakan dengan
sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala
R/: perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan
pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat
drainase pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan TIK
f. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi
lamanya prosedur.
R/: tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek
rangsangan komulatif.
g. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase
punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana
atau pembicaraan yang tidak gaduh.
R/: memberikan suasana yang tenang (colming effect) dapat
mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk
mempertahan TIK yang rendah.
h. Cegah atau hindari terjadinya valsava maneuver.
R/: mengurangi tekanan intra torakal dan intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK.
i. Bantu pasien jika batuk, muntah.
R/: aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak atau tekanan dalam
thorak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.
j. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku oada opagi hari.
R/: tingkat non verbal ini meningkatkan indikasi peningkatan TIK atau
memberikan refleks nyeri dimana pasien tidak mampu
mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun
dapat meningkatkan Tik
k. Palpasi pada pembesaran atau pelebaran blader, peertahgankanb
drainase urine secara paten jika digunakan dan juga monitor
terdapatnya konstipasi.
R/: dapat meningkatkan respon automatic yang potensial menaikan Tik
l. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orangtua tentang sebab
akibat TIK meningkat.
R/: meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien
dan m engurangi kecemasan
E. Evaluasi