TranslateClinicalFeaturesCoronavirusWuhan PDF
TranslateClinicalFeaturesCoronavirusWuhan PDF
WUHAN, CHINA
Diterjemahkan dari Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J.,
Gu, X. and Cheng, Z., 2020. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet.
Diterjemahkan oleh Dian Kurnia Dwi Saputri, Siti Aminah, Muhammad Ihsan, Intan Widya Astuti,
Ni Putu Vivi Adriani, Della Oktavia Setyorini, Salaudin Al Ayubi, Mahlina Nur Laili, Nur Ahlina
Hanifah, dan Izzaty Firdawati
Metode
Seluruh pasien yang dicurigai (suspek) 2019-nCoV dirawat di sebuah rumah sakit khusus di Wuhan. Secara
prospektif, dikumpulkan dan dianalisis data pasien yang terkonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV dari hasil
laboratorium menggunakan RT-PCR dan sequencing. Data dikumpulkan melalui formulir data yang sudah
terstandarisasi dan dibagikan oleh International Severe Acute Respiratory and Emerging Infection Consortium
melalui catatan medis elektronik. Peneliti juga berkomunikasi secara langsung dengan pasien atau keluarga
pasien untuk memastikan data epidemiologi dan gejala. Hasil klinis pengobatan juga dibandingkan antara
pasien yang telah dirawat di ruang rawat intensif (ICU) dan yang tidak dirawat di ruang rawat intensif (ICU).
Hasil
Sampai dengan 2 Januari 2020, sebanyak 41 pasien yang dirawat di rumah sakit telah diidentifikasi terinfeksi
2019-nCoV dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium Kebanyakan pasien yang terinfeksi adalah
laki-laki (30 [73%] dari 41); kurang dari setengah pasien telah memiliki penyakit mendasar sebelumnya (13
[32%]) mencakup diabetes (8 [20%]), hipertensi (6 [15%]), dan penyakit kardiovaskular (6 [15%[). Median
usia adalah 49 tahun (IQR 41, 0-58, 0). Sejumlah 27 pasien (66%) telah terpajan dengan pasar makanan laut
Huanan. Satu kluster keluarga ditemukan. Gejala yang sering muncul pertama kali adalah demam (40 [98%]
dari 41 pasien), batuk (31 [76%]) dan myalgia atau kelelahan (18 [44%]); gejala lain yang juga muncul tapi
lebih sedikit adalah produksi sputum (11 [28%] dari 39), nyeri kepala (3 [8%] dari 38), batuk darah (2 [5%]
dari 39) dan diare (1 [3%] dari 38). Dispnea muncul di 22 (55%) dari 40 pasien (waktu tengah dari awal
munculnya gejala ke dispnea adalah 8 hari [IQR 5, 0-13, 0]). Sebanyak 26 (63%) dari 41 pasien mempunya
limfopenia. Seluruh 41 pasien berlanjut menjadi pneumonia dengan hasil abnormal CT scan dada. Komplikasi
mencakup Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) (12 [29%]), RNAaemia (6 [15%]), cedera kardiak
akut (5 [12%]), dan infeksi sekunder (4 [10%]). Sebanyak 13 (32%) pasien dipindah rawat ke ICU dan 6
(15%) pasien meninggal dunia. Dibandingkan dengan pasien yang tidak dirawat di ICU, pasien yang dirawat
di ICU memiliki kadar plasma IL2, IL7, IL10, GSCF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα yang lebih tinggi.
Interpretasi
Infeksi nCoV-2019 disebabkan oleh kluster dari penyakit respirasi berat yang mirip dengan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) coronavirus dan diasosiasikan dengan perawatan di ICU dan mortalitas yang
tinggi. Kesenjangan besar mengenai pengetahuan kita tentang asal, epidemiologi, durasi transmisi antar
manusia, dan spektrum klinis penyakit memerlukan studi lebih lanjut di kemudian hari.
PENDAHULUAN
Coronavirus adalah virus RNA non-segmented, enveloped dan positive sense yang berasal dari famili
Coronaviridae dan ordo Nidovirales serta secara luas tersebar di manusia dan mamalia lainnya. Walaupun
kebanyakan infeksi coronavirus cenderung ringan, epidemi dari dua betacoronavirus terdahulu, SARS-CoV
dan MERS-CoV, telah menyebabkan lebih dari 10.000 kasus kumulatif dalam dua dekade terakhir, dengan
angka mortalitas 10% pada kasus SARS-CoV dan 37% pada kasus MERS-CoV. Coronavirus yang sudah
teridentifikasi mungkin hanyalah sedikit dari banyaknya jenis coronavirus diluar sana.
Pada Desember 2019, sebuah serial kasus pneumonia dengan penyebab tidak diketahui muncul di Wuhan,
Hubei, China, dengan presentasi klinis sangat menggambarkan pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Analisis deep sequencing dari sampel yang diambil dari saluran nafas bawah menunjukkan novel coronavirus,
yang selanjutnya dinamakan 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). Sejauh ini, lebih dari 800 kasus
terkonfirmasi, termasuk pada tenaga medis, telah diidentifikasi di Wuhan, dan beberapa kasus juga
dikonfirmasi di provinsi lain di China, dan di Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik epidemiologi, klinis, hasil pemeriksaan
laboratorium, dan radiologi, pengobatan dan hasil klinis pengobatan pada pasien yang telah dikonfirmasi
terinfeksi 2019-nCoV, dan untuk membandingkan karakteristik klinis antara pasien yang dirawat di ICU dan
yang tidak dirawat di ICU. Diharapkan hasil studi ini dapat menginformasikan komunitas global mengenai
kemunculan novel coronavirus ini dan juga sifat klinisnya.
METODE
Pasien
Mengikuti kasus pneumonia tanpa penyebab yang diketahui yang dilaporkan di Wuhan dan
mempertimbangkan riwayat pajanan terhadap pasar makanan laut Huanan yang sama pada pasien, sebuah
peringatan epidemiologis dirilis oleh otoritas kesehatan lokal pada 31 Desember 2019 dan pasar ditutup pada
1 Januari 2020. Sementara itu, 59 kasus suspek dengan demam dan batuk kering dirujuk ke rumah sakit khusus
sejak 31 Desember 2019. Sebuah tim ahli terdiri dari dokter, ahli epidemiologi, ahli virologi dan staf
pemerintahan dengan cepat dibuat setelah peringatan pertama.
Karena penyebabnya masih belum diketahui pada saat awal infeksi ini mulai banyak muncul, diagnosis
pneumonia di Wuhan didasarkan pada karakteristik klinis, pencitraan dada, dan juga mengesampingkan
patogen bakteri dan virus umum yang menyebabkan pneumonia. Pasien yang menjadi suspek diisolasi dengan
tindakan pencegahan penularan lewat udara di rumah sakit yang telah ditunjuk, Rumah Sakit Jin Ying-tan
(Wuhan, China), dan pencegahan penularan lewat udara dan penggunaan masker N-95 dicanangkan untuk
prosedur yang menghasilkan aerosol. Penelitian ini disetujui oleh National Health Commission of China dan
Komisi Etik Rumah Sakit Jin Yin-Tan (KY-2020-01.01). Informed consent tertulis juga dihapuskan oleh
komisi etik rumah sakit untuk penyakit infeksius yang mulai muncul.
Prosedur
Pusat lokal untuk pencegahan dan kontrol penyakit mengumpulkan spesimen dari saluran nafas, darah, dan
feses, kemudian dikirim ke laboratorium yang telah ditunjuk untuk mendeteksi pathogen (NHC Key
Laboratory Systems Biology of Pathogens dan Christophe Merieux Laboratory, Beijing, China). Sebuah novel
coronavirus, yang kemudian dinamakan 2019-nCoV, diisolasi dari spesimen yang diambil dari saluran nafas
bawah dan tes diagnostik untuk virus dikembangkan dengan cepat selanjutnya. Dari 59 kasus suspek, 41
pasien dikonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV. Adanya 2019-nCoV di spesimen saluran nafas dideteksi melalui
next-generation sequencing atau real-time RT-PCR. Primer dan probe target untuk membungkus gen dari
CoV digunakan dan susunan yang muncul adalah sebagai berikut: forward primer 5’-
TCAGAATGCCAATCTCCCCAAC-3’; reverse primer 5’-AAAGGTCCACCCGATACATTGA-3’; dan
probe 5’CY5-CTAGTTACACTAGCCATCCTTACTGC-4’ BHQ1. Kondisi untuk amplifikasi adalah 50°C
selama 15 menit, 95°C selama 3 menit, diikuti oleh 45 siklus 95°C selama 15 detik masing-masing dan 60°C
selama 30 detik masing-masing.
Investigasi awal mencankup pemeriksaan darah lengkap, profil koagulasi, dan tes biokimia serum (mencakup
fungsi ginjal dan hepar, kreatinin kinase, laktat dehidrogenase, dan elektrolit). Spesimen dari saluran nafas,
mencakup apusan hidung dan faring, kumbah cairan bronkoalveolar, sputum atau aspirat bronkial dites untuk
virus yang umum tersebar, termasuk influenza, avian influenza, respiratory syncytial virus, adenovirus, virus
parainfluenza, SARS-CoV, dan MERS-CoV menggunakan real time RT-PCR yang diakui oleh China Food
and Drug Administration. Pemeriksaan bakterial dan fungal yang rutin juga dilakukan.
Melihat munculnya kasus pneumonia yang disebabkan oleh 2019-nCoV pada musim influenza, antibiotik
(oral dan intravena) dan oseltamivir (75 gr secara oral, dua kali sehari) diberikan secara empiris. Terapi
kortikosteroid (metilprednisolon 40-120 mg per hari) diberikan sebagai regimen gabungan apabila pneumonia
community-acquired yang berat didiagnosis oleh dokter di rumah sakit yang telah ditunjuk. Bantuan oksigen
(contoh: nasal kanul dan ventilasi mekanik invasif) juga diberikan pada pasien sesuai dengan derajat
hipoksemia. Uji terhadap 2019-nCoV berulang dilakukan pada pasien yang telah terkonfirmasi terinfeksi
2019-nCoV sebelumnya untuk melihat klirens virus sebelum dapat pulang dari rumah sakit atau bisa keluar
dari isolasi.
Pengumpulan Data
Penelitian ini melihat rekam medis klinis, catatan perawatan, hasil pemeriksaan laboratorium dan x-rays dada
pada seluruh pasien yang terkonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV yang dilaporkan oleh petugas kesehatan. Data
masuk pasien ini adalah sejak 16 Desember 2019 hingga 2 Januari 2020. Karakteristik epidemiologi, klinis,
pemeriksaan laboratorium dan radiologi, serta terapi dan hasil terapa diambil melalui formulir pengumpulan
data yang terstandarisasi (formulir rekaman kasus modifikasi bagi kasus infeksi akut pernapasan berat dengan
ciri yang telah ditentukan oleh International Severe Acute Respiratory and Emerging Infection Consortium)
melalui rekaman medis elektronik. Dua peneliti juga secara independen meninjau ulang formulir yang
terkumpul. Untuk memastikan data epidemiologi dan gejala, yang tidak tersedia dari rekam medis elektronik,
peneliti juga berkomunikasi secara langsung dengan pasien atau keluarganya untuk memastikan data
epidemiologi dan gejala.
Definisi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan syok didefinisikan menurut pedoman sementara WHO
untuk novel coronavirus. Hipoksemia didefinisikan sebagai tekanan oksigen arteri (PaO2) per fraksi oksigen
inspirasi (FIO2) kurang dari 300 mmHg. Cedera ginjal akut diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan dasar
kadar kreatinin serum tertinggi atau kriteria keluaran urin berdasarkan klasifikasi Kidney Disease Improving
Global Outcomes. Infeksi sekunder diagnosis apabila pasien memiliki gejala klinis atau tanda pneumonia
nosokomial atau bakteremia, dan dikombinasikan dengan kultur positif patogen baru dari spesimen saluran
nafas bawah (termasuk sputum, aspirat transtrakeal, atau cairan kumbah bronkoalveolar, atau dari sampel
darah yang diambil >= 48 jam setelah dirawat). Cedera kardiak mengikuti definisi yang digunakan pada studi
sebelumnya pada pasien H7N9. Secara singkat, cedera kardiak didiagnosis apabila kadar biomarker jantung
di serum (troponin I) diatas persentil 99, atau abnormalitas baru ditemukan pada elektrokardiografi dan
ekokardiografi.
Analisis Statistik
Variabel kontinyu diekspresikan sebagai median (IQR) dan dibandingkan dengan uji Mann-Whitney U,
variable kategorikal diekspresikan dalam angka (%) dan dibandingkan dengan uji X2 atau tes eksak Fisher
antara kelompok rawat ICU dan tidak rawat ICU. Boxplots dibuat untuk mendeskripsikan konsentrasi sitokin
dan kemokin dalam plasma.
Dua sisi α kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Analisis statistik dilakukan menggunakan
perangkat lunak SAS, versi 9.4, kecuali diindikasikan sebaliknya.
Gambar 1: Tanggal timbulnya penyakit dan distribusi usia pasien dengan infeksi 2019-nCoV yang dikonfirmasi di
laboratorium
(A) Jumlah rawat inap menurut kelompok umur. (B) Distribusi tanggal onset gejala untuk kasus yang dikonfirmasi
laboratorium. Otoritas kesehatan setempat Wuhan mengeluarkan peringatan epidemiologis pada 30 Desember 2019, dan
menutup pasar makanan laut Huanan 2 hari kemudian.
HASIL
Pada 2 Januari 2020, 41 pasien dirawat di rumah sakit dan di konfirmasi secara laboratorium terinfeksi 2019-
nCoV di Wuhan. Duapuluh [49%] dari pasien yang terinfeksi 2019-nCoV berusia 25-49 tahun dan 14 (34%)
penderita berusia 50-64 tahun (Gambar 1A). Rata-rata pasien berusia 49.0 tahun (IQR 41.0–58.0; Tabel 1).
Pada studi kohort ini, dari 41 pasien yang dirawat pada 2 Januari tidak ada anak-anak atau remaja yang
terinfeksi. Tigabelas (32%) penderita, dirawat di ICU karena mereka membutuhkan nasal kanul aliran tinggi
atau dukungan oksigen dengan level yang lebih tinggi untuk mengatasi hipoksemia. Sebagian besar pasien
yang terinfeksi adalah laki-laki (30 [73%]); kurang dari setengahnya memiliki penyakit yang mendasarinya
(13 [32%]), meliputi diabetes (8 [20%]), hipertensi (6 [15%]), dan penyakit kardiovaskular (6 [15%]).
Duapuluh tujuh (66%) pasien memiliki kontak langsung dengan pasar makanan laut Huanan (Gambar 1B).
Kontak terhadap pasar serupa antara pasien yang dirawat di ICU (9 [69%]) dan pasien yang dirawat non-ICU
(18 [64%]). Onset gejala pada pasien pertama diidentifikasi pada 1 Desember 2019. Tidak ada anggota
keluarganya yang memiliki gejala demam dan keluhan respirasi. Tidak ada hubungan epidemiologis yang
ditemukan antara pasien pertama dan kasus selanjutnya. Kasus parah yang pertama terjadi pada penderita yang
memiliki kontak terus menerus dengan pasar, dirawat di rumah sakit karena riwayat demam 7 hari, batuk, dan
dispnea. Lima hari setelah timbulnya gejala, istrinya, seorang wanita berusia 53 tahun yang tidak memiliki
riwayat paparan ke pasar, juga menderita pneumonia dan dirawat di ruang isolasi rumah sakit.
Gejala yang paling umum pada awal timbulnya penyakit adalah demam (40 [98%] dari 41 pasien), batuk (31
[76%]), dan mialgia atau kelelahan (18 [44%]); gejala yang kurang umum adalah produksi sputum (11 [28%]
dari 39), nyeri kepala (3 [8%] dari 38), hemoptisis (2 [5%] dari 39), dan diare (1 [3%] dari 38; Tabel 1). Lebih
dari setengah jumlah pasien (22 [55%] dari 40) mengalami dispnea. Rata-rata durasi dari timbulnya penyakit
hingga dispnea adalah 8.0 hari (IQR 5.0–13.0). Waktu rata-rata sejak timbulnya gejala sampai masuk rumah
sakit adalah 7.0 hari (4.0–8.0), napas pendek 8.0 hari (5.0–13.0), ARDS 9.0 hari (8.0–14.0), penggunaan
ventilasi mekanis 10.5 hari (7.0–14.0), dan sampai dirawat di ICU 10.5 hari (8.0–17.0; Gambar 2).
Hasil pemeriksaan darah pasien saat masuk menunjukkan leukopenia (jumlah sel darah putih kurang dari 4 ×
10⁹/L; sepuluh [25%] dari 40 pasien) dan limfopenia (limfosit hitung <1.0 × 10⁹/L; 26 [63%] pasien; Tabel
2). Prothrombin time dan level D-dimer pada saat masuk tercatat lebih tinggi pada pasien ICU (median
prothrombin time 12.2 detik [IQR 11.2–13.4]; median level D-dimer 2.4 mg/L [0.6–14.4]) daripada pasien
non-ICU (median prothrombin time 10.7 detik [9.8-12.1], p = 0.012; median level D-dimer 0.5 mg/L [0.3-
0.8], p = 0.0042). Level aspartate aminotransferase meningkat pada 15 (37%) dari 41 pasien, termasuk 8
(62%) dari 13 pasien ICU dan 7 (25%) dari 28 pasien non-ICU. Hipersensitivitas troponin I (hs-cTnI) secara
substansial meningkat pada lima pasien, sehingga dibuat diagnosa penyakit jantung terkait dengan virus.
Sebagian besar pasien yang masuk memiliki level serum prokalsitonin yang normal (prokalsitonin <0.1
ng/mL; 27 [69%] pasien; Tabel 2). Empat pasien ICU mengalami infeksi sekunder. Tiga dari empat pasien
dengan infeksi sekunder memiliki level serum prokalsitonin lebih besar dari 0.5 ng/mL (0.69 ng/mL, 1.46
ng/mL, dan 6.48 ng/mL).
Gambar 3: Gambar CT dada (A) Gambar CT dada transversal dari seorang pria berusia 40 tahun menunjukkan beberapa
area konsolidasi lobular dan subsegmental bilateral pada hari ke 15 setelah onset gejala. Gambar CT dada transversal dari
seorang wanita berusia 53 tahun menunjukkan opacity ground-glass bilateral dan area subsegmentasi konsolidasi pada hari
ke 8 setelah onset gejala (B), dan opacity ground-glass bilateral pada hari ke 12 setelah onset gejala (C).
Saat masuk rumah sakit, ditemukan gambaran CT dada yang tidak normal diantara semua pasien. Dari 41
pasien, 40 (98%) memiliki keterlibatan kedua lapangan paru (Tabel 2). Gambaran khas CT dada pasien ICU
saat masuk berupa lobular multipel bilateral dan konsolidasi pada area subsegmental (gambar 3A). Gambaran
CT dada pada pasien non-ICU menunjukkan adanya groundglass opacity bilateral dan konsolidasi
subsegmental (gambar 3B).
Konsentrasi plasma awal IL1B, IL1RA, IL7, IL8, IL9, IL10, basic FGF, GCSF, GMCSF, IFNγ, IP10, MCP1,
MIP1A, MIP1B, PDGF, TNFα, dan VEGF lebih tinggi baik pada pasien ICU dan pasien non-ICU daripada
dewasa sehat (Lampiran halaman 6–7). Level plasma IL5, IL12p70, IL15, Eotaxin, dan RANTES serupa
antara dewasa sehat dan pasien yang terinfeksi 2019-nCoV. Lebih lanjut konsentrasi plasma IL2, IL7, IL10,
GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada pasien ICU dibandingkan
pasien non-ICU.
Tabel 3. Penatalaksanaan dan hasil luaran dari pasien yang terinfeksi nCoV pada tahun 2019
Semua pasien menderita pneumonia. Komplikasi umum meliputi ARDS (12 [29%] dari 41 pasien), diikuti
oleh RNAaemia (6 [15%] pasien), penyakit jantung akut (5 [12%] pasien), dan infeksi sekunder (4 [10%]
pasien; Tabel 3). Ventilasi mekanik invasif diperlukan pada 4 (10%) pasien, dengan dua di antaranya (5%)
mengalami hipoksemia refrakter dan menerima extracorporeal membrane oxygenation sebagai terapi
bantuan. Semua pasien diberikan terapi antibiotik empiris dan 38 (93%) pasien menerima terapi antivirus
(oseltamivir). Selain itu, 9 (22%) pasien mendapatkan terapi kortikosteroid sistemik. Perbandingan gambaran
klinis antara pasien yang mendapatkan dan tidak mendapatkan terapi kortikosteroid sistemik dapat dilihat
dalam lampiran (halaman 1-5).
Pada 22 Januari 2020, 28 (68%) dari 41 pasien boleh pulang dan 6 (15%) pasien meninggal dunia. Indikasi
pasien pulang didasarkan pada menurunnya demam setidaknya selama 10 hari, dengan bukti perbaikan
gambaran radiografi dada dan viral clearance dalam sampel pernapasan dari saluran pernapasan atas.
Pembahasan
Penelitian ini melaporkan kohort dari 41 pasien dengan infeksi 2019-nCoV yang sudah terkonfirmasi lewat
pemeriksaan laboratorium. Pasien menderita pneumonia berat, yang terkadang fatal, dan dirujuk ke rumah
sakit yang telah ditunjuk di Wuhan, China, pada 2 Januari 2020. Gejala klinis sangat mirip dengan SARS-
CoV. Pasien dengan gejala penyakit yang berat berlanjut ke ARDS dan memerlukan perawatan di ICU dan
terapi oksigen. Waktu dari pertama kali dirawat dirumah sakit dan ARDS dapat sangat pendek, sependek 2
hari. Pada tahap ini, angka mortalitas 2019-nCoV bisa dibilang tinggi, karena 5 (15%) dari 41 pasien pada
studi kohort ini meninggal.
Angka kematian meningkat secara cepat. Hingga 24 Januari 2020, sebanyak 835 kasus infeksi 2019-nCoV
yang sudah terkonfirmasi dari pemeriksaan laboratorium dilaporkan di China, dengan 25 kasus fatal. Laporan
telah dirilis mengenai kasus di luar Wuhan, seperti di banyak provinsi lain di China, dan di negara lain;
beberapa tenaga kesehatan juga telah dilaporkan terinfeksi di Wuhan. Dari data yang ada, bukti yang ada
sejauh ini mengindikasikan adanya transmisi virus 2019-nCoV dari manusia ke manusia. Pencegahan
penyebaran melalui udara, seperti penggunaan respirator N-95, dan alat perlindungan diri yang lain sangat
direkomendasikan, Untuk mencegah penyebaran lebih jauh dari penyakit ini di pusat kesehatan yang merawat
pasien terinfeksi 2019-nCoV, onset demam dan gejala respiratori harus dimonitor secara ketat pada petugas
kesehatan. Pengujian spesimen respiratori harus dilakukan langsung saat diagnosis dicurigai. Antibodi serum
harus diuji pada petugas kesehatan, sebelum dan sesuai pajanan terhadap 2019-nCoV untuk mengidentifikasi
infeksi asimptomatik.
Kesamaan dari gejala klinis yang ada antara 2019-nCoV dan infeksi betacoronavirus sebelumnya telah
disadari. Pada kohort ini, kebanyak pasien muncul dengan demam, batuk kering, dispnea, dan opasitas ground-
glass bilateral pada CT scan dada. Ciri yang ditemukan pada infeksi 2019-nCoV ini memiliki kesamaan
dengan infeksi SARS-CoV dan MERS-CoV. Tetapi beberapa pasien dengan infeksi 2019-nCoV memiliki
tanda dan gejala saluran pernapasan atas yang prominen (contoh: rinorea, bersin, atau nyeri tenggorokan),
mengindikasikan bahwa sel target dapat terletak di saluran nafas bawah. Selain itu, pasien 2019-nCoV jarang
menunjukkan tanda dan gejala intestinal (contoh: diare), dimana 20-25% pasien dengan infeksi MERS-CoV
atau SARS-CoV ada yang menunjukkan gejala diare. Sampel feses dan urin harus di tes untuk menyingkirkan
rute transmisi potensial yang masih tidak diketahui sampai sekarang.
Patofisiologi dari SARS-CoV dan MERS-CoV yang memiliki patogenisitas tinggi masih belum dimengerti
secara penuh. Studi awal telah menunjukkan peningkatan jumlah sitokin proinflamatori (contoh: IL1B, IL6,
IL12, IFNγ, IP20, dan MCP1) diasosiasikan dengan inflamasi paru dan kerusakan paru yang luas pada pasien
SARS. Infeksi MERS-CoV juga dilaporkan menginduksi peningkatan konsentrasi sitokin proinflamatori
(IFNγ, TNFα, IL15 dan IL17). Kami melihat bahwa pasien yang terinfeksi 2019-nCoV juga memiliki jumlah
IL1B, IFNγ, IP10, dan MCP1 yang tinggi, kemungkinan berujung pada aktivasi respon sel T-helper-1 (Th1).
Selain itu, pasien yang memerlukan perawatan di ICU memiliki konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10,
MCP1, MIP1A, dan TNFα daripada pasien yang tidak dirawat di ICU, menunjukkan bahwa badai sitokin
dihubungkan dengan keparahan penyakit. Tetapi, infeksi 2019-nCoV juga menginisiasi peningkatan sekresi
sitokin T-helper-2 (Th2) (contoh: Il4 dan IL10) yang menekan inflamasi, yang berbeda dari infeksi SARS-
CoV. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkarakterisasi respon Th1 dan Th2 dalam infeksi 2019-nCoV
dan untuk mengelusidasi patogenesisnya. Studi autopsi atau biopsi merupakan kunci untuk mengerti lebih
jauh soal penyakit ini.
Melihat jumlah sitokin yang tinggi diinduksi oleh infeksi SARS-CoV, MERS-CoV dan 2019-nCoV,
kortikosteroid sering digunakan untuk terapi pada pasien dengan penyakit berat, bertujuan untuk mengurangi
cedera paru yang disebabkan proses inflamasi. Tetapi, bukti yang ada sekarang pada pasien dengan SARS dan
MERS menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid tidak memiliki efek terhadap mortalitas, tetapi malah
memperlambat klirens virus. Karena itu, kortikosteroid intravema tidak boleh diberikan secara rutin,
berdasarkan pedoman sementara WHO. Dari 41 pasien dengan infeksi 2019-nCoV, kortikosteroid diberikan
hanya pada sedikit kasus yang tidak dirawat di ICU, dan dosis rendah-ke-sedang kortikosteroid diberikan pada
kurang dari setengah pasien dengan ARDS. Bukti lebih jauh dibutuhkan untuk menilai apakah terapi
kortikosteroid sistemik menguntungkan atau merugikan bagi pasien terinfeksi 2019-nCoV.
Belum ada terapi antiviral untuk infeksi coronavirus yang telah terbukti efektif. Dalam sejarah studi kontrol,
kombinasi lopinavir dan ritonavir pada pasien SARS-CoV disosiasikan dengan keuntungan klinis substansial
(efek samping yang lebih sedikit). Arabi dan sejawat menginisiasi sebuah percobaan terkontrol-plasebo
interferon beta-1b, lopinavir dan ritonavir pada pasien dengan infeksi MERS di Saudi Arabia. Bukti preklinis
menunjukkan efikasi poten dari remdesivir (sebuah prodrug nukleotide antiviral spektrum luas) untuk
mengobati infeksi MERS-CoV dan SARS-CoV. Karena 2019-nCoV adalah virus yang baru saja muncul,
terapi efektif masih belum dikembangkan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus ini. Karena kombinasi
lopinavir dan ritonavir telah tersedia di rumah sakit yang ditunjuk, sebuah percobaan terkontrol acak telah
diinisiasi cepat untuk menilai efikasi dan keamanan dari penggunaan kombinasi lopinavir dan ritonavir pada
pasien yang dirawat dengan infeksi 2019-nCoV.
Studi ini memiliki beberapa batasan. Pertama, bagi kebanyakan 41 pasien, diagnosis dikonfirmasi dengan
spesimen saluran nafas bawah dan tidak diikuti dengan apusan nasofaring untuk melihat perbedaan angka
deteksi RNA virus antara spesiemen saluran nafas atas dan bawah. Deteksi serologis tidak dilakukan untuk
melihat peningkatan antibodi 2019-nCoV pada 18 pasien dengan RNA virus yang tidak terdeteksi. Kedua,
dengan jumlah kasus yang terbatas, sangat sulit untuk menilai faktor risiko pejamu untuk keparahan penyakit
dan mortalitas menyesuaikan dengan variabel lainnya. Studi ini adalah serial kasus berskala sedang dari pasien
yang dirawat di rumah sakit; pengumpulan data terstandarisasi untuk kohort yang lebih luas akan membantu
untuk menentukan lebih jauh presentasi klinis, riwayat alami dan faktor risiko. Studi lebih lanjut pada pasien
rawat jalan, fasilitas kesehatan primer, atau komunitas diperlukan untuk mendapatkan gambaran penuh
mengenai spektrum keparahan klinis penyakit ini. Pada saat yang sama, menemukan tes statistik dan nilai p
harus diinterpretasikan dengan hati-hati, dan nilai p non signifikan tidak selalu menyingkirkan perbedaan
antara pasien yang dirawat di ICU dan yang tidak dirawat di ICU. Ketiga, karena patogen penyebab baru saja
diidentifikasi, kinetik viral load dan titer antibodi masih belum ada. Pada akhirnya, potensi bias pajanan pada
studi kami mungkin menjelaskan mengapa pasien anak atau remaja tidak dilaporkan pada kohort ini. Usaha
lebih lanjut harus dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini di studi lebih lanjut.
Baik SARS-CoV dan MERS-CoV diketahui berasal dari kelelawar, dan infeksi ini kemudian ditransmisi
secara langsung ke manusia dari musang dan unta. Penelitian luas terhadap SARS-CoV dan MERS-CoV telah
mendorong penemuan dari banyak coronavirus seperti SARS dan MERS pada kelelawar. Pada 2013, Ge dan
sejawat melaporkan sekuens genome dari coronavirus yang mirip dengan SARS pada kelelawar yang
mempunyai kemampuan untuk menggunakan ACE2 manusia sebagai reseptor, sehingga memiliki potensi
replikasi pada sel manusia. 2019-nCoV masih perlu untuk dipelajari secara dalam, untuk berjaga-jaga virus
ini menjadi ancaman kesehatan global. Test patogen yang cepat dan dapat diandalkan, dan pengetahuan
mengenai diagnosis banding berdasarkan deskripsi klinis sangat penting bagi klinisi dalam kontak pertamanya
dengan pasien suspek. Karena potensi pandemi 2019-nCoV, surveilans penting untuk memonitor adaptasi
pejamu dikedepannya, evolusi viral, infektivitas, transmisibilitas, dan patogenisitas.
Articles
Summary
Background A recent cluster of pneumonia cases in Wuhan, China, was caused by a novel betacoronavirus, the Published Online
2019 novel coronavirus (2019-nCoV). We report the epidemiological, clinical, laboratory, and radiological characteristics January 24, 2020
https://doi.org/10.1016/
and treatment and clinical outcomes of these patients.
S0140-6736(20)30183-5
See Online/Comment
Methods All patients with suspected 2019-nCoV were admitted to a designated hospital in Wuhan. We prospectively https://doi.org/10.1016/
collected and analysed data on patients with laboratory-confirmed 2019-nCoV infection by real-time RT-PCR and S0140-6736(20)30184-7 and
next-generation sequencing. Data were obtained with standardised data collection forms shared by the International https://doi.org/10.1016/
S0140-6736(20)30185-9
Severe Acute Respiratory and Emerging Infection Consortium from electronic medical records. Researchers also
*Contributed equally
directly communicated with patients or their families to ascertain epidemiological and symptom data. Outcomes
were also compared between patients who had been admitted to the intensive care unit (ICU) and those who †Joint corresponding authors
(methylprednisolone 40–120 mg per day) was given as 50 µL elution was obtained for each sample. 5 µL RNA
a combined regimen if severe community-acquired was used for real-time RT-PCR, which targeted the
pneumonia was diagnosed by physicians at the NP gene using AgPath-ID One-Step RT-PCR Reagent
designated hospital. Oxygen support (eg, nasal cannula (AM1005; Thermo Fisher Scientific). The final reaction
and invasive mechanical ventilation) was administered mix concentration of the primers was 500 nM and probe
to patients according to the severity of hypoxaemia. was 200 nM. Real-time RT-PCR was performed using the
Repeated tests for 2019-nCoV were done in patients following conditions: 50°C for 15 min and 95°C for 3 min,
confirmed to have 2019-nCoV infection to show viral 50 cycles of amplification at 95°C for 10 s and 60°C for
clearance before hospital discharge or discontinuation of 45 s. Since we did not perform tests for detecting
isolation. infectious virus in blood, we avoided the term viraemia
and used RNAaemia instead. RNAaemia was defined as a
Data collection positive result for real-time RT-PCR in the plasma sample.
We reviewed clinical charts, nursing records, laboratory
For more on the International
findings, and chest x-rays for all patients with laboratory- Definitions Severe Acute Respiratory and
confirmed 2019-nCoV infection who were reported by Acute respiratory distress syndrome (ARDS) and shock Emerging Infection Consortium
the local health authority. The admission data of were defined according to the interim guidance of WHO see https://isaric.tghn.org/
these patients was from Dec 16, 2019, to Jan 2, 2020.
Epidemiological, clinical, laboratory, and radiological A
characteristics and treatment and outcomes data were 20 General ward
Intensive care unit
obtained with standardised data collection forms
(modified case record form for severe acute respira
tory infection clinical characterisation shared by the 15
International Severe Acute Respiratory and Emerging
Infection Consortium) from electronic medical records.
Number of cases
Each 80 µL plasma sample from the patients and contacts Onset date
was added into 240 µL of Trizol LS (10296028; Thermo
Fisher Scientific, Carlsbad, CA, USA) in the Biosafety Figure 1: Date of illness onset and age distribution of patients with laboratory-confirmed 2019-nCoV
infection
Level 3 laboratory. Total RNA was extracted by Direct-zol (A) Number of hospital admissions by age group. (B) Distribution of symptom onset date for laboratory-confirmed
RNA Miniprep kit (R2050; Zymo research, Irvine, CA, cases. The Wuhan local health authority issued an epidemiological alert on Dec 30, 2019, and closed the Huanan
USA) according to the manufacturer’s instructions and seafood market 2 days later.
All patients (n=41) ICU care (n=13) No ICU care (n=28) p value
White blood cell count, × 10⁹/L 6·2 (4·1–10·5) 11·3 (5·8–12·1) 5·7 (3·1–7·6) 0·011
<4 10/40 (25%) 1/13 (8%) 9/27 (33%) 0·041
4–10 18/40 (45%) 5/13 (38%) 13/27 (48%) ··
>10 12/40 (30%) 7/13 (54%) 5/27 (19%) ··
Neutrophil count, × 10⁹/L 5·0 (3·3–8·9) 10·6 (5·0–11·8) 4·4 (2·0–6·1) 0·00069
Lymphocyte count, × 10⁹/L 0·8 (0·6–1·1) 0·4 (0·2–0·8) 1·0 (0·7–1·1) 0·0041
<1·0 26/41 (63%) 11/13 (85%) 15/28 (54%) 0·045
≥1·0 15/41 (37%) 2/13 (15%) 13/28 (46%) ··
Haemoglobin, g/L 126·0 (118·0–140·0) 122·0 (111·0–128·0) 130·5 (120·0–140·0) 0·20
Platelet count, × 10⁹/L 164·5 (131·5–263·0) 196·0 (165·0–263·0) 149·0 (131·0–263·0) 0·45
<100 2/40 (5%) 1/13 (8%) 1/27 (4%) 0·45
≥100 38/40 (95%) 12/13 (92%) 26/27 (96%) ··
Prothrombin time, s 11·1 (10·1–12·4) 12·2 (11·2–13·4) 10·7 (9·8–12·1) 0·012
Activated partial thromboplastin time, s 27·0 (24·2–34·1) 26·2 (22·5–33·9) 27·7 (24·8–34·1) 0·57
D-dimer, mg/L 0·5 (0·3–1·3) 2·4 (0·6–14·4) 0·5 (0·3–0·8) 0·0042
Albumin, g/L 31·4 (28·9–36·0) 27·9 (26·3–30·9) 34·7 (30·2–36·5) 0·0066
Alanine aminotransferase, U/L 32·0 (21·0–50·0) 49·0 (29·0–115·0) 27·0 (19·5–40·0) 0·038
Aspartate aminotransferase, U/L 34·0 (26·0–48·0) 44·0 (30·0–70·0) 34·0 (24·0–40·5) 0·10
≤40 26/41 (63%) 5/13 (38%) 21/28 (75%) 0·025
>40 15/41 (37%) 8/13 (62%) 7/28 (25%) ··
Total bilirubin, mmol/L 11·7 (9·5–13·9) 14·0 (11·9–32·9) 10·8 (9·4–12·3) 0·011
Potassium, mmol/L 4·2 (3·8–4·8) 4·6 (4·0–5·0) 4·1 (3·8–4·6) 0·27
Sodium, mmol/L 139·0 (137·0–140·0) 138·0 (137·0–139·0) 139·0 (137·5–140·5) 0·26
Creatinine, μmol/L 74·2 (57·5–85·7) 79·0 (53·1–92·7) 73·3 (57·5–84·7) 0·84
≤133 37/41 (90%) 11/13 (85%) 26/28 (93%) 0·42
>133 4/41 (10%) 2/13 (15%) 2/28 (7%) ··
Creatine kinase, U/L 132·5 (62·0–219·0) 132·0 (82·0–493·0) 133·0 (61·0–189·0) 0·31
≤185 27/40 (68%) 7/13 (54%) 20/27 (74%) 0·21
>185 13/40 (33%) 6/13 (46%) 7/27 (26%) ··
Lactate dehydrogenase, U/L 286·0 (242·0–408·0) 400·0 (323·0–578·0) 281·0 (233·0–357·0) 0·0044
≤245 11/40 (28%) 1/13 (8%) 10/27 (37%) 0·036
>245 29/40 (73%) 12/13 (92%) 17/27 (63%) ··
Hypersensitive troponin I, pg/mL 3·4 (1·1–9·1) 3·3 (3·0–163·0) 3·5 (0·7–5·4) 0·08
>28 (99th percentile) 5/41 (12%) 4/13 (31%) 1/28 (4%) 0·017
Procalcitonin, ng/mL 0·1 (0·1–0·1) 0·1 (0·1–0·4) 0·1 (0·1–0·1) 0·031
<0·1 27/39 (69%) 6/12 (50%) 21/27 (78%) 0·0029
≥0·1 to <0·25 7/39 (18%) 3/12 (25%) 4/27 (15%) ··
≥0·25 to <0·5 2/39 (5%) 0/12 2/27 (7%) ··
≥0·5 3/39 (8%) 3/12 (25%)* 0/27 ··
Bilateral involvement of chest 40/41 (98%) 13/13 (100%) 27/28 (96%) 0·68
radiographs
Cycle threshold of respiratory tract 32·2 (31·0–34·5) 31·1 (30·0–33·5) 32·2 (31·1–34·7) 0·39
Data are median (IQR) or n/N (%), where N is the total number of patients with available data. p values comparing ICU care and no ICU care are from χ², Fisher’s exact test,
or Mann-Whitney U test. 2019-nCoV=2019 novel coronavirus. ICU=intensive care unit. *Complicated typical secondary infection during the first hospitalisation.
some health-care workers have also been infected in prevent further spread of the disease in health-care
Wuhan. Taken together, evidence so far indicates settings that are caring for patients infected with
human transmission for 2019-nCoV. We are concerned 2019-nCoV, onset of fever and respiratory symp
that 2019-nCoV could have acquired the ability for toms should be closely monitored among health-care
efficient human transmission.19 Airborne precautions, workers. Testing of respiratory specimens should be
such as a fit-tested N95 respirator, and other personal done immediately once a diagnosis is suspected. Serum
protective equipment are strongly recommended. To antibodies should be tested among health-care workers
data and the accuracy of the data analysis. YWa, GF, XG, JiXu, HL, 11 WHO. Novel coronavirus – Japan (ex-China). Jan 17, 2020.
and BC contributed to writing of the report. BC contributed to critical http://www.who.int/csr/don/17-january-2020-novel-coronavirus-
revision of the report. YWa, GF, XG, JiXu, and HL contributed to the japan-ex-china/en/ (accessed Jan 19, 2020).
statistical analysis. All authors contributed to data acquisition, 12 WHO. Novel coronavirus – Republic of Korea (ex-China).
data analysis, or data interpretation, and reviewed and approved the Jan 21, 2020. http://www.who.int/csr/don/21-january-2020-novel-
final version. coronavirus-republic-of-korea-ex-china/en/ (accessed Jan 23, 2020).
13 CDC. First travel-related case of 2019 novel coronavirus detected in
Declaration of interests United States. Jan 21, 2020. https://www.cdc.gov/media/
All authors declare no competing interests. releases/2020/p0121-novel-coronavirus-travel-case.html (accessed
Data sharing Jan 23, 2020).
The data that support the findings of this study are available from the 14 Tan W, Zhao X, Ma X, et al. A novel coronavirus genome identified
corresponding author on reasonable request. Participant data without in a cluster of pneumonia cases — Wuhan, China 2019−2020.
http://weekly.chinacdc.cn/en/article/id/a3907201-f64f-4154-a19e-
names and identifiers will be made available after approval from the
4253b453d10c (accessed Jan 23, 2020).
corresponding author and National Health Commission. After
15 Sanz F, Gimeno C, Lloret T, et al. Relationship between the
publication of study findings, the data will be available for others to
presence of hypoxemia and the inflammatory response measured
request. The research team will provide an email address for by C-reactive protein in bacteremic pneumococcal pneumonia.
communication once the data are approved to be shared with others. Eur Respir J 2011; 38 (suppl 55): 2492.
The proposal with detailed description of study objectives and statistical 16 Kidney disease: improving global outcomes (KDIGO) acute kidney
analysis plan will be needed for evaluation of the reasonability to request injury work group. KDIGO clinical practice guideline for acute kidney
for our data. The corresponding author and National Health Commission injury. March, 2012. https://kdigo.org/wp-content/uploads/2016/10/
will make a decision based on these materials. Additional materials may KDIGO-2012-AKI-Guideline-English.pdf (accessed Jan 23, 2020).
also be required during the process. 17 Garner JS, Jarvis WR, Emori TG, Horan TC, Hughes JM.
CDC definitions for nosocomial infections, 1988. Am J Infect Control
Acknowledgments
1988; 16: 128–40.
This work is funded by the Special Project for Emergency of the Ministry
18 Gao C, Wang Y, Gu X, et al. Association between cardiac injury and
of Science and Technology (2020YFC0841300) Chinese Academy of
mortality in hospitalized patients infected with avian influenza A
Medical Sciences (CAMS) Innovation Fund for Medical Sciences (H7N9) virus. Crit Care Med 2020; published online Jan 20.
(CIFMS 2018-I2M-1-003), a National Science Grant for Distinguished DOI:10.1097/CCM.0000000000004207.
Young Scholars (81425001/H0104), the National Key Research and 19 Perlman S, Netland J. Coronaviruses post-SARS: update on
Development Program of China (2018YFC1200102), The Beijing Science replication and pathogenesis. Nat Rev Microbiol 2009; 7: 439–50.
and Technology Project (Z19110700660000), CAMS Innovation Fund for 20 Lee N, Hui D, Wu A, et al. A major outbreak of severe acute
Medical Sciences (2016-I2M-1-014), and National Mega-projects for respiratory syndrome in Hong Kong. N Engl J Med 2003;
Infectious Diseases in China (2017ZX10103004 and 2018ZX10305409). 348: 1986–94.
We acknowledge all health-care workers involved in the diagnosis and 21 Assiri A, Al-Tawfiq JA, Al-Rabeeah AA, et al. Epidemiological,
treatment of patients in Wuhan; we thank the Chinese National Health demographic, and clinical characteristics of 47 cases of Middle East
Commission for coordinating data collection for patients with 2019-nCoV respiratory syndrome coronavirus disease from Saudi Arabia:
infection; we thank the International Severe Acute Respiratory and a descriptive study. Lancet Infect Dis 2013; 13: 752–61.
Emerging Infections Consortium (ISARIC) for sharing data collection 22 Wong CK, Lam CWK, Wu AKL, et al. Plasma inflammatory
templates publicly on the website; and we thank Prof Chen Wang and cytokines and chemokines in severe acute respiratory syndrome.
Prof George F Gao for guidance in study design and interpretation of Clin Exp Immunol 2004; 136: 95–103.
results. 23 Mahallawi WH, Khabour OF, Zhang Q, Makhdoum HM,
Suliman BA. MERS-CoV infection in humans is associated with a
References pro-inflammatory Th1 and Th17 cytokine profile. Cytokine 2018;
1 Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG, eds. Clinical virology, 104: 8–13.
4th edn. Washington: ASM Press, 2016.
24 He L, Ding Y, Zhang Q, et al. Expression of elevated levels of
2 Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith CS, et al. A novel coronavirus pro-inflammatory cytokines in SARS-CoV-infected ACE2+ cells in
associated with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med SARS patients: relation to the acute lung injury and pathogenesis of
2003; 348: 1953–66. SARS. J Pathol 2006; 210: 288–97.
3 Kuiken T, Fouchier RAM, Schutten M, et al. Newly discovered 25 Faure E, Poissy J, Goffard A, et al. Distinct immune response in
coronavirus as the primary cause of severe acute respiratory two MERS-CoV-infected patients: can we go from bench to bedside?
syndrome. Lancet 2003; 362: 263–70. PLoS One 2014; 9: e88716.
4 Drosten C, Günther S, Preiser W, et al. Identification of a novel 26 Falzarano D, de Wit E, Rasmussen AL, et al. Treatment with
coronavirus in patients with severe acute respiratory syndrome. interferon-α2b and ribavirin improves outcome in MERS-CoV-
N Engl J Med 2003; 348: 1967–76. infected rhesus macaques. Nat Med 2013; 19: 1313–17.
5 de Groot RJ, Baker SC, Baric RS, et al. Middle East respiratory 27 Stockman LJ, Bellamy R, Garner P. SARS: systematic review of
syndrome coronavirus (MERS-CoV): announcement of the treatment effects. PLoS Med 2006; 3: e343.
Coronavirus Study Group. J Virol 2013; 87: 7790–92.
28 Lansbury L, Rodrigo C, Leonardi-Bee J, Nguyen-Van-Tam J,
6 Zaki AM, van Boheemen S, Bestebroer TM, Osterhaus ADME, Lim WS. Corticosteroids as adjunctive therapy in the treatment of
Fouchier RAM. Isolation of a novel coronavirus from a man with influenza. Cochrane Database Syst Rev 2019; 2: CD010406.
pneumonia in Saudi Arabia. N Engl J Med 2012; 367: 1814–20.
29 Arabi YM, Mandourah Y, Al-Hameed F, et al. Corticosteroid therapy
7 WHO. Summary of probable SARS cases with onset of illness for critically ill patients with Middle East respiratory syndrome.
from 1 November 2002 to 31 July 2003. Dec 31, 2003. https://www. Am J Respir Crit Care Med 2018; 197: 757–67.
who.int/csr/sars/country/table2004_04_21/en/ (accessed
30 WHO. Clinical management of severe acute respiratory infection
Jan 19, 2020).
when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Jan 11, 2020.
8 WHO. Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). https://www.who.int/internal-publications-detail/clinical-
November, 2019. http://www.who.int/emergencies/mers-cov/en/ management-of-severe-acute-respiratory-infection-when-novel-
(accessed Jan 19, 2020). coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected (accessed Jan 19, 2020).
9 WHO. Novel coronavirus – China. Jan 12, 2020. http://www.who. 31 Chu CM. Role of lopinavir/ritonavir in the treatment of SARS:
int/csr/don/12-january-2020-novel-coronavirus-china/en/ (accessed initial virological and clinical findings. Thorax 2004; 59: 252–56.
Jan 19, 2020).
32 Arabi YM, Alothman A, Balkhy HH, et al. Treatment of Middle East
10 WHO. Novel coronavirus – Thailand (ex-China). Jan 14, 2020. respiratory syndrome with a combination of lopinavir-ritonavir and
http://www.who.int/csr/don/14-january-2020-novel-coronavirus- interferon-β1b (MIRACLE trial): study protocol for a randomized
thailand/en/ (accessed Jan 19, 2020). controlled trial. Trials 2018; 19: 81.
33 Sheahan TP, Sims AC, Graham RL, et al. Broad-spectrum antiviral 36 Ge X-Y, Li J-L, Yang X-L, et al. Isolation and characterization of a bat
GS-5734 inhibits both epidemic and zoonotic coronaviruses. SARS-like coronavirus that uses the ACE2 receptor. Nature 2013;
Sci Transl Med 2017; 9: eaal3653. 503: 535–38.
34 Sheahan TP, Sims AC, Leist SR, et al. Comparative therapeutic 37 Wang M, Hu Z. Bats as animal reservoirs for the SARS coronavirus:
efficacy of remdesivir and combination lopinavir, ritonavir, hypothesis proved after 10 years of virus hunting. Virol Sin 2013;
and interferon beta against MERS-CoV. Nat Commun 2020; 11: 222. 28: 315–17.
35 Cui J, Li F, Shi Z-L. Origin and evolution of pathogenic
coronaviruses. Nat Rev Microbiol 2019; 17: 181–92.