Anda di halaman 1dari 9

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Auguste Comte

Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798, keluarganya

beragama khatolik dan berdarah bangsawan. Beliau mendapatkan pendidikan di

Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak sempat menyelesaikan sekolahnya

karena banyak ketidakpuasan didalam dirinya.

Pemikiran Comte yang terkenal salah satunya adalah penjabaran sejarah

perkembangan sosial atau peradaban manusia. Teori Comte tersebut membagi

fase perkembangan peradaban menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap

teologis, sebelum 1300. Pada fase ini manusia belum menjadi subyek bagi dirinya

dan sangat tergantung pada dunia luar.

Tahap kedua, adalah tahap metafisika. Pada tahap ini manusia atau masyarakat

mulai menggunakan nalarnya. Keterbatasan nalar manusia pada fase ini adalah

kentalnya kecenderungan spekulasi yang belum melalui analisis empirik.

Contohnya, nalar masyarakat mengalami yang menilai kesusahansebagai takdir

semata.

Tahap ketiga, tahap positifistik. Ini adalah tahap modern, di mana manusia

atau masyarakat menggunakan nalarnya; menjadi subyek dan memandang yang

lain sebagai obyek. Pada tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi

dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan peninjauan, pengujian dan dapat

dibuktikan secara empiris. Pada tahun 1857 ia mengakhiri hidupnya dalam

1
kesengsaraan dan kemiskinan namun demikian namanya tetap kita kenang hingga

sekarang karena kegemilangan pikiran serta gagasannya.

B. Pengertian Positivisme

Positivisme adalah paradigma utama dalam penyelidikan filosofis. Menurut

"Positivis", fenomena sosial seharusnya dipelajari menggunakan metode ilmiah

dengan penekanan pada empirisme. Juga disebut paradigma ilmiah, positivisme

menyatakan bahwa tujuan penelitian adalah untuk membuktikan atau membantah

hipotesis menggunakan metode ilmiah, analisis statistik dan generalisasi hasil.

Posisi Comte adalah bahwa agar pengetahuan dapat disebut otentik, itu harus

ilmiah dan dengan demikian harus muncul dari positif penegasan teori melalui

pengumpulan data yang dapat diamati, empiris dan terukur yang menjadi sasaran

dengan prinsip-prinsip penalaran tertentu.

C. Akar positivisme

Empirisme merupakan akar dari positivisme.Auguste Comte begitu

yakin hanya ada satu cara berpikir (epistemologi) untuk menjelaskan

fenomena sosial, dimana cara itu telah berhasil menjelaskan dunia fisik

(ilmu alam), yakni positivisme.Positivisme menolak keberadaan segala

kekuatan atau subyek dibelakakng fakta,menolak segala penggunaan

metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.

D. Aturan Positivisme

Bryant menjelaskan ada empat aturan utama dalam positivisme, dan

aturan tersebut mengindikasikan apa yang disebut pengetahuan.

2
Adapun empat aturan tersebut adalah:

a. Aturan Fenomena (rule of phenomea)

Dalam aturan ini para positivis yakin bahwa kita hanya bisa

mengetahui obyek yang sejatinya bisa diamati atau diindra.Untuk obyek

yang tidak bisa diamati,sehingga keberadaannya tidak bisa diindra dan

dirasakan, diakui sebagai diluar ilmu pengetahuan.

b. Aturan Nominalisme (rule of nominalism)

Aturan nominalisme sebagai akibat dari aturan yang pertama.

Aturan ini menyatakan bahwa setiap penjelasan tentang sesuatu (insight),

tidak mengacu kepada apapun selain kepada fakta individual.Karena itu

dalam aturan ini metafisika dianggap sebagai fiksi karena metafisika tidak

punya dasar yang jelas untuk mengacu kepada sesuatu yang memiliki

eksistensi.

c. Aturan yang menolak Pengadilan Nilai dan Pengetahuan Pernyataan

Normatif.

Dalam aturan ketiga ini semakin tegas bahwa kita harus menolak

asumsi nilai,karena nilai-nilai tidak dapat diperoleh dengan cara yang

sama sebagaimana halnya pengetahuan yang kita miliki.Nilai ini kita

peroleh melalui proses sosialisasi, jadi bersifat relatif, karena setiap

kebudayaan dan masyarakat di mana proses tersebut berlangsung memiliki

sistem nilainya sendiri-sendiri.

d. Keyakinan akan Kesatuan Esensial Metode Ilmu Pengetahuan

3
Aturan keempat menurut Kolakowski yang menjadi ciri dari

positivisme adalah keyakinan akan kesatuan esensial metode ilmu

pengetahuan. Aturan ini menyatakan bahwa terdapat persamaan antara

metode ilmu alam dengan metode ilmu social.

Lima prinsip dasar Positivisme :

a. Kecerdasan yang melekat dalam penyelidikan ilmiah adalah sama baik

dalam ilmu sosial atau alam.

b. Tujuan utama adalah untuk menentukan, memperkirakan dan dengan

demikian, mempelajari yang relevan dan memenuhi syaratkondisi untuk

fenomena alam.

c. Penelitian ilmiah harus dapat diamati melalui organ sensorik dengan hasil

yang dinyatakan menggunakan induktif alasan dengan kemungkinan

sedang diuji validitasnya.

d. Karena sains berbeda dari akal sehat, perhatian harus diberikan dalam

menangani masalah subjektivitas dan menganalisis hasil.

e. Tujuan akhir dari penyelidikan ilmiah adalah pengetahuan. Oleh karena

itu, harus dinilai secara logis dan harus tidak memiliki penilaian nilai.

E. Macam-Macam Positivisme

Dalam pengembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial,

positivisme evolusioner, dan positivisme kritis (Muhadjir, 2001 : 69).

4
a. Positivisme Sosial. Positivisme sosial merupakan penjabaran lebih jauh

dari kebutuhan masyarakat dan sejarah. Auguste Comte dan John Stuart

Mill merupakan tokoh-tokoh utama positivisme sosial.

b. Positivisme Evolusioner. Positivisme evolusioner berangkat dari phisika

dan biologi. Digunakan doktrin evolusi biologik.

c. Positivisme Kritis. Dari ketiga positivisme diatas akan dibahas positivisme

Auguste Comte dilihat dari analisa epistimologis dan nilai etisnya terhadap

sains. Menghadapi filsafat positivisme Auguste Comte, disatu fihak orang

mengatakan bahawa filsafat tersebut tidak lebih dari sebuah metode atau

pendirian saja.

F. Positivisme dalam Pendidikan

Pendidikan di Negara-negara berkembang telah dirintis dari awal

kemerdekaannya. Pendidikan tesebut menjadi prioritas dalam program

pemerintah.

Menurut Charles D. Hardie (1942), adalah “selama proses pendidikan

berlangsung, lingkungan berperan atas hakikat orisinalitas manusia untuk

membentuk nilai yang akan merubah tingkah lakunya”.

Positivisme telah membuat terobosan yang cukup mengejutkan dalam

penelitian pendidikan. Pertama, positivisme mengasumsikan bahwa fenomena

pendidikan seperti hubungan guru dan murid, bisa dipahami oleh setiap orang.

Mereka tidak banyak melihat fakta bahwa masing-masing kelas siswa melihat

hubungan ini berbeda, dan masing-masing siswa di dalam kelas memberikan

interpretasi dengan caranya sendiri atas hubungan itu. Kedua, positivisme

5
memandang individu, seperti siswa dan guru sebagai obyek tidak hanya mendapat

stimulus (dorongan) luar, tetapi juga stimulus dari proses mental mereka masing-

masing. Ketiga, positivisme melihat sekolah sebagai obyek (out there) dan bukan

semata melihatnya sebagai kelompok orang yang terlibat di dalamnya, positivisme

cenderung lebih banyak membicarakan dunia ini sebagai bagian dari tata tertib

alam. Tugas seorang guru, menurutnya, adalah mendesain lingkungan siswa untuk

mendorong tingkah laku operant, dalam kasus ini adalah belajar, yang merupakan

kepentingan siswa.

Ada dua alasan mengapa seorang guru punya tugas merubah lingkungan

siswa. Pertama, Lingkungan fisik mengajarkan tingkah laku yang bermacam-

macam sebagai teks yang bisa dibaca dan dapat dijadikan sumber pengetahuan,

lingkungan sosial dapat mengajarkan sifat agresif dan kompetitif seperti halnya

keinginan melakukan kebaikan dan kooperatif. Kedua, minat dan interest siswa

biasanya berlalu dengan sangat cepat untuk mengetahui apa yang dibutuhkan

mereka pada kehidupannya di hari depan. bisa belajar dan mengetahui

kebutuhannya.

G. Kelebihan & Kelemahan Positivisme

1. Kelebihan Positivisme

a) Positivisme telah menyelesaikan sebagian persoalan, seperti dalam bidang

ekonomi. Dengan data ekonomi mampu memprediksi keadaan ekonomi

pada masa datang.

6
b) Mampu menghasilkan hukum-hukum yang berlaku secara universal, tidak

dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagai contoh yang sederhana: air jika

dipanaskan maka akan mendidih; zat cair jika didinginkan akan membeku.

c) Positivisme menghasilkan tehnologi dari yang tingkat sederhana sampai

yang modern. Tehnologi yang dihasilkan dapat bermanfaat dan dinikmati

oleh manusia dewasa ini. Berbagai macam produk yang dihasilkan melalui

tehnologi.

d) Positivisme menjadi dasar ilmu pengetahuan dan berpengaruh terhadap

ilmu-ilmu sosial, seperti contohnya sejarah tugas peneliti sejarah adalah

menulis kembali masa lampau apa adanya, tidak perlu diintepretasi,

biarkan data ‘berbicara’ sendiri.

2. Kelemahan Positivisme

a) Positivisme pada hal-hal tertentu terlalu positivistik, karena terlalu

mengagung-agungkan ilmu alam serta menganggap ilmu pengetahuan

alam sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, hanya karena obyek yang nyata

dapat diteliti dan ditangkap dengan panca indera, sehingga ilmu-ilmu di

luar ilmu-ilmu alam dianggap ilmu metafisis.

b) Pandangan mengenai penerapan metode ilmu-ilmu alam pada ilmuilmu

sosial dianggap sebagai saintisme. Padahal penelitian harus mendapatkan

pengetahuan mengenai das Sein (apa yang ada) dan bukan mengenai das

Sollen (apa yang seharusnya ada).

c) Positivisme ilmu alam hanya mampu menjawab tantangan yang berkaitan

dengan alam atau gejala-gejala alam, namun tidak mampu menjadi solusi

7
bila berkaitan dengan gejala-gejala sosial. Ada kaitan yang tidak dapat

dipisahkan antara fisik dan mental atau jiwa manusia.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Positivisme menjadi epistemologi yang paling dominan di zaman modern

dewasa ini, bahkan era modern dijiwai oleh positivisme. Sejak Comte

mempopulerkan dalam bukunya yang terkenal Cours de philosophie Poitive

(1830), positivisme, yang juga sering disebut dengan “paradigma positivisme”

diterima secara masif di hampir semua tradisi akademis di dunia. Dan

epsitemologi ini benar-benar mewarnai paradigma keilmuan, khususnya ilmu-

ilmu sosial budaya. Tetapi diakui, positivisme dengan sekian klaim khasnya

seperti obyektif, bebas nilai, berlaku general, bukanlah satu-satunya cara

memperoleh ilmu pengetahuan. Terbukti alternatif epistemologis muncul seiring

dengan dominasi ini, sebut saja hermeneutik, strukturalisme, materialisme,

postmodernisme dan tentu saja fenomenologi yang dibahas dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sirait, Sangkot. 2004. Positivisme Dalam Pendidikan. Jurnal Hermenia. 3(1).

1-11

Casimiro da Assunção Pires. 2018. Relevansi Positivisme Auguste Comte

Dalam Pendidikan. Makalah

Nugroho,Irham.2016.Posistivisme Auguste Comte:Analisa Epistemologis Dan

Nilai Etisnya Terhadap Sains.Jurnal Cakrawala.Vol XI.No 2.Hal 168.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/almazahib/article/download/1342/1164

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/06/05/auguste-comte/

https://bahanajar.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/AUGUSTE-

COMTE-pdf.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-

perkembangannya/

Sanusi, M. 2018. Telaah Epistimologi Positivisme & Fenomenologi. Asketik

Vol. 2 No. 1, Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai