ABSTRACT
The study aims to analyze direct and indirect effects of village income and village fund
allocation on spending of village expenditure budget and poverty. The respondents of the study
which was a sample of population, was 81 governments of village in North Sumatra Province.
The data gained from 2014 to 2016 was processed and the purposive sampling method was used
to determine the number of samples with certain criteria based on the APBDes report and the
poverty level report of the district government of North Sumatra Province. Data were analyzed
based on multiple linear regression processes with f test and t test for hypothesis verification.
The results of the study showed that village income and village fund allocation have a direct
influence on village expenditure budget and poverty.
daerah-daerah yang sebelumnya tertinggal. pendapatan desa ini pihak yang berwenang
DIsimpulkan bahwa pembangunan perdesaan ditingkat desa dapat menggunakan dana ini
menjadi sebuah prasyarat untuk meningkatkan dengan sebaik-baiknya yang teruatama dalam
pertumbuhan ekonomiyang mengusung pembangunan desa yang nantinya bisa
konsep pemerataan. berdampak terhadap menurunnya tingkat
Salah satu aspek yang ikut berperan dalam kemiskinan di desa. Berdasarkan peraturan
pengembangan desa adalah keuangan desa pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang
dan asset desa. Keuangan desa berkaitan desa disebutkan, bahwa salah satu sumber
dengan hak dan kewajiban desa yang dapat pendapatan desa adalah alokasi dana desa
dinilai dengan uang, sedangkan asset desa (ADD), yaitu suatu alokasi anggaran dari
adalah barang milik desa yang berasal dari dana perimbangan setelah dikurangi belanja
kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas pegawai minimal l10% untuk desa. Menurut
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Azwardi dan Sukanto (2014) dalam
Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. penyelenggaraan pemerintah desa, pada
Dalam hal ini yaitu keuangan dan asset umumnya alokasi dana desa menjadi sumber
desa, ada dua hal yang perlu mendapatkan utama pemerintah desa untuk operasional
perhatian serius dari desa, yaitu pendapatan pemerintah desa (30%) dan pemberdayaan
desa dan belanja desa. Pendapatan desa masyarakat desa (70%), seperti menang-
berasal dari berbagai sumber pendapatan gulangi kemiskinan dan meningkatkan
yang terdapat pada desa tersebut dan perekonomian desa.
pendapatan desa ini digunakan oleh desa Permasalahan sebagaimana diuraikan
untuk membiayai berbagai jenis belanja desa diatas, cukup menarik perhatian. Karena itu
dimana belanja desa diprioritaskan untuk penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
memenuhi kebutuhan pembangunan yang lebih lanjut mengenai permasalahan dana
disepakati dalam musyawarah desa. desa dan kemiskinan. Secara lebih spesifik
Belanja desa berdasarkan peraturan bahasan dalam penelitian ini berkisar pada
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pengaruh pendapatan desa dan alokasi dana
Nomor 113 tahun 2014, tentang pengelolaan desa terhadap belanja desa dan kemiskinan.
keuangan desa adalah semua pengeluaran Penelitian ini dilakukan di 81 pemerintahan
dari rekening desa yang merupakan desa kawasan Kabupaten/Kota Provinsi
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun Sumatera Utara.
anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Besarnya
alokasi belanja desa harus disesuaikan
dengan pendapatan desa yang diperoleh. 2. METODE PENELITIAN
Makin besar pendapatan desa maka akan
2.1 Jenis Penelitian
semakin besar pula belanja desa yang bisa
digunakan untuk pembangunan desa. Dengan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
meningkatnya belanja desa pada tiap deskriptif kuantitatif dan bersifat asosiatif,
tahunnya akan mengakibatkan pembangunan yaitu penelitian yang menghubungkan dua
sarana prasarana desa dan dusun pada tahun- variabel atau lebih.
tahun yang akan datang juga meningkat
secara signifikan (Hoesada, 2014). 2.2 Metode Pengumpulan Data
Pendapatan desa diantaranya bersumber
dari alokasi anggaran pendapatan dan belanja Data yang digunakan dalam penelitian ini
Negara, bagian dari hasil pajak daerah dan merupakan data sekunder, yaitu laporan
retribusi daerah kabupaten. Dana desa yang APBDes dan kemiskinan dari tahun 2014
merupakan bagian dari dana perimbangan sampai dengan tahun 2016. Data diambil di
yang diterima kabupaten berdasarkan kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, dan juga melalui website www.bps.go.id.
tentang desa. Maka atas dasar itu Pemerintah Teknik pengambilan sampel dilakukan
Desa, Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera melalui purposive sampling, yaitu yang
Utara mengharapkan agar dengan adanya memiliki kriteria tertentu dalam pengambilan
sampel. Kriteria yang digunakan yaitu Berdasarkan ouput deskriptif statistik data
pemerintah desa kabupaten provinsi Sumatera penelitian pada tabel 1 di atas, maka dapat
Utara yang memiliki data APBDes dan data dijelaskan sebagai berikut:
kemiskinan selama 3 tahun berturut-turut dari
tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, 1. Kemiskinan (Y2).
dengan jumlah sampel 81 pemerintah desa Menurut data pada tabel di atas, maka
kabupaten provinsi Sumatera Utara. kemiskinan (Y2) yang terendah selama
tahun 2014-2016 adalah 15.05 point pada
2.3 Teknik Analisis Data tahun 2014 di Pakpak Bharat, dan yang
tertinggi adalah 16.26 point pada tahun
Teknik analisis data yang digunakan yaitu 2016 Kabupaten Deli Serdang. Tingkat
dengan metode analisis regresi linier berganda penyimpangan standar menunjukkan
dengan menggunakan program SPSS. Metode adanya kesenjangan Kemiskinan (Y2)
yang digunakan untuk menganalisis data pada sebesar 0.65 point. Rata-rata Kemiskinan
penelitian ini yaitu: selama periode 2014-2016 adalah 15.05
point
a. Statistik deskriptif; dalam hal ini menurut 2. Belanja Desa (Y1).
Ghozali (2011) statistik deskriptif Sementara berkenaan dengan Belanja
memberikan gambaran suatu data yang Desa (Y1) dijelaskan bahwa yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran terendah selama tahun 2014-2016 adalah
penyebaran data dari rata-ratanya (standar 14,66 point pada tahun 2014 di
deviasi), nilai maksimum dan minimum. Kabupaten Padang Sidimpuan, dan yang
b. Pengujian asumsi klasik; yaitu pengujian tertinggi 19,75 point pada tahun 2016.
asumsi klasik yang terdiri dari uji Tingkat penyimpangan standar menun-
normalitas, uji multikolinearitas dan uji jukkan adanya kesenjangan belanja desa
autokorelasi. (Y1) sebesar 1.10. Rata-rata belanja desa
c. Pengujian Hipotesis; yaitu melalui uji f selama periode tahun 2014-2016 adalah
(Uji Simultan) dan Uji Parsial (uji t). 17,80 point.
d. Analisis Jalur 3. Pendapatan Desa (X1). Adapun
mengenai Pendapatan Desa (X1)
dijelaskan bahwa yang terendah selama
tahun 2014-2016 adalah 14,76 point pada
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 2014 di Kabupaten Padang
3.1 Analisis Deskriptif Sidimpuan, dan yang tertinggi adalah
19,78 point pada tahun 2016 Kabupaten
Sejumlah 81 (delapan puluh satu) desa dari Deli Serdang. Tingkat penyimpangan
Kabupaten yang menjadi sampel dalam standar menunjukkan adanya kesen-
penelitian ini adalah sebagai data cross jangan pendapatan desa (X1) sebesar
section, dan tahun amatan penelitian selama 3 1.09 Point. Rata-rata pendapatan desa
tahun merupakan data time series. Maka data selama periode tahun 2014-2016 adalah
observasi yang diperoleh dari 81 sampel 17.81 point.
tersebut merupakan data deskriptif statistik 4. Alokasi Dana Desa (X2)
sebagaimana digambarkan dalam tabel beikut. Alokasi Dana Desa (X2) terendah selama
tahun 2014-2016 adalah 13,73 point pada
tahun 2014 di Kabupaten Padang
Tabel 1
Sidimpuan, dan yang tertinggi adalah
Descriptive Statistics
Std.
19,34 point pada tahun 2016 di
N Min Max Mean Deviation Kabupaten Deli Serdang. Tingkat
LN_X1 81 14.76 19.78 17.8123 1.08887 penyimpangan standar menunjukkan
LN_X2 81 13.73 19.34 16.6727 1.10470 adanya kesenjangan alokasi dana desa
LN_Y1 81 14.66 19.75 17.7974 1.09575 (X2) sebesar 1,10 point. Rata-rata alokasi
LN_Y2 81 13.06 16.26 15.0532 .65084 dana desa selama periode tahun 2014-
Sumber: Data yang diolah, 2016 2016 adalah 16,67 point.
a. Uji Normalitas
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai Berdasarkan tabel di atas dengan
signifikan masing-masing variabel yaitu melihat nilai VIF variabel pendapatan
variabel pendapatan desa 0,075 > 0,05, desa dan variabel alokasi dana desa sebesar
variabel alokasi dana desa 0,20 > 0,05, 2,656 lebih kecil dari 10, maka pada model
variabel belanja desa 0,20 > 0,05, dan variabel regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala
kemiskinan 0,19 > 0,05, maka dengan multikolinier.
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data
berdisribusi normal. c. Uji Autokorelasi
Uji statistik t pada penelitian ini bertujuan c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
untuk mengetahui dan menganalisis apakah
variabel-variabel independen X1 (pendapatan Uji Koefisien determinasi (R2) bertujuan
desa) dan X2 (alokasi dana desa) berpengaruh untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
secara parsial terhadap variabel dependen Y1 model dlam menerangkan variasi variabel
(Belanja Desa). dependen dalam model. Hasil uji koefisien
determinasi ditunjuk-kan pada hasil regersi
Tabel 9 linier berganda pada tabel di bawah ini.
Uji Statistik t Model I
Coefficientsa Tabel 10
Unstandardized Uji Koefisien Determinasi (R1) Model I
Coefficients
Std. Model Summary
Model B Error t Sig. R Adjusted R Std. Error of
1 (Constant) -.129 .087 -1.479 .143
Model R Square Square the Estimate
LN_X1 1.000 .008 128.953 .000 a
LN_X2 .007 .008 .918 .362 1 .999 .998 .998 .04633
a. Dependent Variable: LN_Y1 a. Predictors: (Constant), LN_X2, LN_1
Sumber: Data yang diolah, 2016 Sumber: Data yang diolah, 2016
3.6. Hasil Pengujian Sub Model a. Koefisien jalur pengaruh langsung (direct
effect) pendapatan desa (X1) terhadap
a. Pengaruh Langsung kemiskinan (Y2) sebesar 0,297, sedangkan
pengaruh tidak langsung (indirect effect)
Setelah mengetahui dna menghitung
pendapatan desa (X1) terhadap kemiskinan
pengaruh langsung dari variabel yang sudah
(Y2) melalui belanja desa (Y1) sebesar
diteliti, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
-0,167. Artinya, Pengaruh langsung >
sebagai berikut:
pengaruh tidak langsung (0,297 > -0,167).
a) Pengaruh pendapatan desa terhadap Dari analisis ini, maka dapat disimpulkan
belanja desa X1 terhadap Y1 : 0,994 bahwa belanja desa (Y1), bukanlah
b) Pengaruh alokasi dana desa terhadap merupakan variabel intervening diantara
belanja desa X2 terhadap Y2 : 0,007 pendapatan desa (X1) terhadap kemiskinan
c) Pengaruh pendapatan desa terhadap (Y2)
kemiskinan X1 terhadap Y2 : 0,297 b. Koefisien jalur pengaruh langsung (direct
d) Pengaruh alokasi dana desa terhadap effect) alokasi dana desa (X2) terhadap
kemiskinan X2 terhadap Y2 : 0,325 kemiskinan (Y2) sebesar 0,325, Sedangkan
e) Pengaruh belanja desa terhadap pengaruh tidka langsung (indirect effect)
kemiskinan Y1 terhadap Y2 : -0,168 alokasi dana desa (X2) terhadap kemis-
kinan (Y2) melalui belanja desa (Y1) sebe-
b. Pengaruh Tidak Langsung sar -0,001. Artinya, pengaruh langsung >
pengaruh tidak langsung (0,325 > -0,001),
Setelah mengetahui dan menghitung maka belanja desa (Y1) bukanlah variabel
pengaruh tidka langsung dari variabel yang intervening diantara alokasi dana desa (X2)
diteliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebai terhadap kemiskinan (Y2).
berikut:
masukan yang dapat diberikan kepada Hoesada, J. 2014. Komite Standar Akuntansi
pemerintah desa diharapkan dapat meningkat- Pemerintah (KSAP). Jakarta.
kan pendapatan desa yang akhirnya nanti
Maipita, Indra. 2013. Simulasi Dampak
dapat digunakan oleh aparat desa dalam
Kenaikan Upah Minimum Tehadap
membangun masyarakat lebih mandiri dan
Tingkat Pendapatan Dan Kemiskinan.
juga dapat digunakan untuk belanja desa.
Jurnal ekonomi dan keuangan. Vol. 17.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan
No.3
desa, maka aparat desa sesunggunya dapat
meningkatkannya dengan cara membangun Martowardojo, Agus D.W. 2012. Satu
ataupun meningkatkan Badan Usaha Milik dasawarsa implementasi otonomi
Desa (BUMDes). Melalui BUMDes ini daerah: Dalam perspektif Desentralisasi
diharapkan secara otomatis akan meningkat- Fiskal. Kongres ISEI Ke-XVIII.
kan pendapatan desa. Peningkatan pendapatan Nurwati, Nunung. 2008. Kemiskinan:
desa melalui BUMDes ini bisa dilakukan oleh Model Pengukuran, Permasalahan,
pemerintah desa dengan cara memberikan Dan Alternative Kebijakan. Jurnal
pelatihan, pembinaan dan pengembangan kependudukan padjajaran. Vol.10. No. 1.
kepada masyarakat desa. Kegiatan tersebut Januari. Hal. 1-11.
dapat dilakukan baik melalui pelatihan soft
skill, pelatihan untuk membuka usaha kecil, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
menyiapkan lapangan kerja dan lain Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
sebagainya yang melibatkan masyarakat desa Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
dalam pembangunan desa. Prasetyanto PP , Eko. 2012. Dampak Alokasi
Alokasi dana desa yang diperoleh Dana Desa Pada Era Desentralisasi
pemerintah desa dapat digunakan semaksimal Fiskal Terhadap Perekonomian Daerah
mungkin dalam meningkatkan pembangunan Di Indonesia. Disertasi. IPB, Bogor
desa yang akhirnya dapat mengentaskan
kemiskinan di desa tersebut, melalui Rusdarti dan Sebayang, Lesta Karolina. 2013.
penggunaan belanja desa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Economia. Volume 9,
Nomor 1
DAFTAR PUSTAKA Sugiono., 2014. Metode Penelitian
Manajemen. Setiawami, SH, M.Pd.
Azwardi, S u k a n t o . Efektivitas Alokasi Cetakan Ketiga Alfabeta:Bandung.
Dana Desa dan Kemiskinan di Propinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Suhairini, Ari, dkk. 2014. Analisa Pengaruh
Pembangunan. ISSN 1829-25843. Hal Pendapatan Asli Desan Dan Alokasi
29-41. Dana Desa Terhadap Belanja Desa.
SNA XX. Jember
Bempah, Ridwan. 2013. Analisis Alokasi
Dana Desa Dalam Meningkatkan Suhairi. 2016. Analisis Pendapatan Desa
Pendapatan. E-Jurnal Katalogis, Volume Terhadap Belanja Desa Pada Desa
1 Nomor 2, April. Hal. 55-66. Kepayang Kecamatan Kepenuhan Hulu.
Jurnal Skripsi
BPS. 2015. Pofil Kemiskinan Sumatera Utara.
Katalog 3205005.12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa pasal 72 ayat 1
Brodjonegoro, B. P. S. 2014. Pemerintah
Tambah Alokasi Dana Desa dalam
APBNP 2015. http://www.kemenkeu.
go.id. Di akses pada tanggal 10 Juni
2017
Erlina. 2011. Metode Peneltian. USU Press.
Medan.