Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELLITUS

Topik : Diit Diabetes Mellitus

Sasaran : Seluruh Pasien di Ruang Tunggu Pendaftaran Puskesmas Sosial

Tempat : Puskesmas Sosial

Hari/tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

Waktu : 30 menit

I . Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat
penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal
(non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah
140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan
terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik.
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolic dengan etiologi
multifactorial. Penyakit ini Ditandai dengan hiper glikemia kronis yang mempengaruhi
metabolism karbohidrat, protein dan lemak. Penyandang DM akan ditemukan dengan
berbagai gejala seperti polyuria (banyak buang air kecil), polydipsia (banyak minum)
dan polifagia banyak makan dengan penurunan berat badan 3M Jangka waktu lama
menimbulkan rangkaian jangguan metabolic yang menyebabkan kelainan patologis
makrovaskular dan mikrovaskular.

II.   Tujuan Instruksional Umum

 Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu dan mengerti bagaimana cara


pelaksanaan Diit Diabetes Mellitus.

III.   Tujan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
IV.   Sasaran : Seluruh Pasien di Poli Umum
a. Menjelaskan Pengertian Diabetes Mellitus
b. Menjelaskan Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
c. Menjelaskan Faktor resiko Diabetes Mellitus
d. Menjelaskan Pencegahan Diabetes Mellitus
e. Menjelaskan Penatalaksaanaan Diet Diabetes Mellitus
f. Menjelaskan Bahan makanan yang di anjurkan dan tidak dianjurkan.

V.      Materi :
a. Menjelaskan Pengertian Diabetes Mellitus
b. Menjelaskan Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
c. Menjelaskan Faktor resiko Diabetes Mellitus
d. Menjelaskan Pencegahan Diabetes Mellitus
e. Menjelaskan Penatalaksaanaan Diet Diabetes Mellitus
f. Menjelaskan Bahan makanan yang di anjurkan dan tidak dianjurkan

VI. Metode :

1. Diskusi
2. Tanya jawab
VII. Media : Leaflet dan Powerpoint

VIII. Evaluasi Pembelajaran

1. Prosedur      : Post Tes
2. Jenis Tes      : Lisan
3. Butir Soal    :
 Sebutkan kadar glukosa puasa dan sewaktu?
 Sebutkan prinsip diet Diabetes Mellitus?
 Sebutkan makanan yang harus dihindari untuk penderita Diabetes
Mellitus ?

IX. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
 Mengucapkan salam.  Menjawab salam.
 Memperkenalkan diri.  Mendengarkan.
 Menjelaskan tujuan dari kegiatan  Memperhatikan
penyuluhan.   Memperhatikan.
 Menyebutkan materi yang akan
disampaikan.
2 15 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan Pengertian Diabetes Mellitus  Memperhatikan
 Menjelaskan Tanda dan gejala Diabetes  Memperhatikan.
Mellitus  Memperhatikan.
 Menjelaskan Faktor resiko Diabetes Mellitus  Memperhatikan.
 Menjelaskan Pencegahan Diabetes Mellitus  Memperhatikan
 Menjelaskan Penatalaksaanaan Diet  Memperhatikan.
Diabetes Mellitus  Memperhatikan.
 Menjelaskan Bahan makanan yang di  Memperhatikan.
anjurkan dan tidak dianjurkan  Bertanya kepada
pemberi materi
3 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada klien tentang materi yang  Menjawab pertanyaan.
telah disampaikan.
4 5 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas waktu  Mendengarkan dan
yang diluangkan, perhatian serta peran membalas ucapan
aktif klien selama mengikuti kegiatan terimakasih.
penyuluhan.  Menjawab salam.
 Salam penutup.
MATERI
( DIABETES MELLITUS )

DIABETES MELITUS

A. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme kronis


dengan berbagai penyebab yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan
oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Depkes RI,2005).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Soegondo & Gustaviani, 2007).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan
penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis
hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan
klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa
ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap
berisiko mengalami komplikasi metabolik diabetes (Schteingart, 2005).
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila
pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara
multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat
Etiologi dan Patofisiologi
Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit
populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita
diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena
kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun
ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus
Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya.
Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara
lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies),
dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase). ICCA merupakan
otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90%
penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-
diabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA
merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe 1
Diabetes Mellitus Tipe 2
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar
dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak
dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan merupakan
salah satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus
menunjukkan bahwa ada hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab
terhadap obesitas dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM
Tipe 2. Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di
dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”. Resistensi insulin
banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai
akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan. Disamping
resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi
insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak
terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi
pada DM Tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM
Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya
umumnya tidak memerlukan terapi pemberian insulin.

Table 1
Perbedaan DM Tipe 1 dan DM Tipe 2

Keadaan DM Tipe 1 DM Tipe 2


Patologis

Mula muncul Umumnya masa kanak Pada usia tua, umumnya >
kanak dan remaja, walaupun 40 tahun
ada juga pada masa dewasa
< 40 tahun
Keadaan klinis saat Berat Ringan
Diagnosis
Kadar insulin darah Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal

Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal


Pengelolaan yang Terapi insulin, diet,Olahraga Diet, olahraga,
Disarankan hipoglikemik oral

B. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan
gejala kronik :
a. Banyak makan (poliphagia).
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme
menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,
penderita selalu merasa lapar.

b. Banyak minum (polidipsia).


Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

c. Banyak kencing (poliuria).


Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah
banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam
hari.
d. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5
-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif
singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus mudah lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan
komadiabetik.
e. Kesemutan.
f. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
g. Mudah mengantuk.
h. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
i. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

C. Faktor Resiko Diabetes Melitus

 Usia
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun.
Diabetes mellitus Sering muncul Setelah manusia memasuki umur rawan
tersebut. Semakin bertambahnya umur, maka Risiko menderita diabetes mellitus
akan Meningkat terutama umur 45 tahun.
 Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Adanya
riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara
kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa
diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau
kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-
anaknya
 Melahirkan berat badan bayi lebih dari 4 kg
Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram (
4kg ) di sebut dengan diabetes gestasional. Diabetes gestasional ini dapat terjadi
sekitar 2-5 % pada ibu hamil. Biasanya diabetes akan hilang setelah anak lahir.
Namun, dapat pula terjadi diabetes di kemudian hari. Ibu hamil yang menderita
diabetes akan melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4000 gram.
Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap diabetes
tipe 2 kelak.

 Obesitas

Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas merupakan


faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak jaringan lemak
pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila
lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut
(central obesity). Lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak
dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga
terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas merupakan factor risiko
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dimana sekitar 80-90% penderita mengalami
obesitas.

 Aktifitas fisik yang kurang


Berdasarkan penelitian bahwa aktifitas fisik yang dilakukan secara
teratur dapat menambah sensitifitas insulin. Prevalensi diabetes mellitus
mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang aktif dibandingkan
dengan individu yang aktif. Semakin kurang aktifitas fisik, maka semakin
mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik dapat membantu
mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi,
sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin. Selain itu,
aktifitas fisik yang teratur.

D. Pencegahan Diabetes Melitus


 Cek kadar gula darah secara teratur
Hal ini penting untuk mengetahui diabetes secara dini sehinggga
dapat segera di tangani dan meminimalisir kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara
70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada
pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl
jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.
Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu. Jika kadar glukosa
darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut.
Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan
darah arteri ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.

 Konsumsi makanan yang sehat dan jaga pola makan yang baik
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci
sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan
pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan.
Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan
kondisi individu pasien. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar
pengelolaan DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan
makan yang sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang
dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut : Karbohidrat= 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak
= 20-25 %.
Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada
tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.
 Menjaga berat badan ideal
Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) berat badan seseorang
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu normal, overweight (kelebihan berat
badan) dan obesitas. Overweight dan obesitas merupakan sama-sama
menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam
tubuh, ditandai dengan peningkatan nilai masa indeks tubuh diatas
normal, orang yang mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak
dalam jangka waktu yang lama akan menjadi risiko tinggi DM.
 Latihan jasmani secara teratur
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer
terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan
insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam
darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan
jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain :
 Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah
dan lipid darah
 Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut
glukosa
 Membantu menurunkan berat badan
 Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
 Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
 Laihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani

E. PENATALAKSANAAN DIET DIABETES MELLITUS


 Tujuan Diet
 Tujuan diet ini Memberikan makanan sesuai kebutuhan
 Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/mendekati normal
 Mempertahankan berat badan menjadi normal
 Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat
menyebabkan pingsan
 Mengurangi/ mencegah komplikasi
 Syarat Diet
 Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi
dan adanya komplikasi.
 Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
 Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal). Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
 Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
 Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari
kebutuhan energi total.
 Serat dianjurkan 25 gr / hari.
F. BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN DAN TIDAK DI
ANJURKAN

Bahan makanan Di anjurkan Dibatasi Di hindari


SUMBER Semua sumber karbohidrat
KARBOHIDRAT dibatasi : nasi, bubur,roti,mie,
kentang, singkong, ubi, sagu,
gandum, pasta, jagung, talas,
havermout, sereal,ketan, macaroni

SUMBER Ayam tanpa hewani tinggi lemak jenuh Keju, abon,


PROTEIN kulit, ikan, telur (kornet, sosis, sarden, otak, dendeng, susu full
HEWANI rendah jeroan, kuning telur) cream,
kolesterol atau
putih telur,
daging tidak
berlemak.

SUMBER tempe, tahu,


PROTEIN kacang
NABATI hijau,kacang
merah, kacang
tanah, kacang
kedelai

SAYURAN Sayur tinggi bayam, buncis, daun melinjo, labu


serat: siam, daun singkong, daun k etela,
kangkung, daun jagung muda, kapri, kacang
kacang, oyong, panjang, pare, wortel, daun katuk
ketimun, tomat,
labu air,
kembang kol,
lobak, sawi,
selada, seledri,
terong

BUAH- jeruk, apel, nanas, anggur, mangga, sirsak, Buah-buahan


BUAHAN pepaya, jambu pisang, alpukat, sawo, semangka, yang manis dan
air, salak, nangka masak diawetkan:
belimbing (se durian, nangka,
suai kebutuhan) alpukat, kurma,
manisan buah.

MINUMAN Minuman yang


mengandung
alkohol,susu
kental manis, soft
drink, es krim,
yoghurt, susu

LAIN LAIN makanan yang digoreng dan yang Gula pasir, gula
menggunakan santan kental, merah, gula batu,
kecap, saus tiram madu Makanan/
minuman yang
manis: cake, kue-
kue manis, dodol,
tarcis, sirup, selai
manis, coklat,
permen, tape,
mayonaise

E. CONTOH MENU DIET DIABETES MELLITUS

Pagi (06.00 )
Nasi 3/4 gls 100 gr
Telur orak arik 1 btr 55 gr
Cah labu siam
wortel 1 gls 100 gr
jeruk 1 bh 100 gr

Selingan pagi ( 10.00 )


Melon 1 ptg bsr 110 gr
 
Siang (12.00)
Nasi 1 1/2 200 gr
Loaf ikan kakap 1 ptg sdg 40 gr
Tempe bb kuning 2 ptg sdg 50 gr
Sayur sup 1 gls 100 gr
Apel 1 bh 85 gr
Selingan (15.00)
Pisang ambon 1 bh 85 gr
 
Malam ( 18.00 )
Nasi 1 1/2 200 gr
Pepes ayam 1 ptg sdg 50 gr
Pergedel tahu 1 ptg sdg 50 gr
Tumis bayam jagung 1 gls 100 gr
pepaya 1ptg 100 gr

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil tanggal


29 September 2012
Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga

Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI

Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai