Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTIRITIS

Oleh :
1. Diah Mei Ratih W (181301010)
2. Dyah Ratna Alvia (181301014)
3. Eka Evin Lina Sugiati (181301015)
4. Fatimmatuz Zahroh (181301019)
5. Fitri Puspita Anggraini (181301023)
6. Nanin Fauziah (181301041)
7. Siti Aisah (181301056)
8. Ummu Hanifah Hamid (181301059)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


2019/20120
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulisan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTE
RITIS” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah II” dan tak lupa juga kepada pihak-pihak yang ikut terlibat
dan telah mendorong penulis untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para pembaca memiliki
pemahaman yang baik berkaitan dengan eklamsia, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua
kalangan pelajar.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Jombang, April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar
masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang
terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau
gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak
faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial
ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang
mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-
tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah
sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang
mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra
ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian
berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum
sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah
kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang
baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta
peran keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit
gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola
hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan
dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan
makalah keperawatan medikal bedah dengan judul gastroenteritis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah pengertian dari gastroenteritis?
b. Apakah etiologi dari gastroenteritis?
c. Apa saja klasifikasi dari gastroenteritis?
d. Apa saja manifestasi klinis dari gastroenteritis?
e. Bagaimana patofisiologi dari gastroenteritis?
f. Bagaimana pathway dari gastroenteritis?
g. Apa saja komplikasi dari gastroenteritis?
h. Bagaimana penatalaksanaan dari gastroenteritis?
i. Apakah pemeriksaan penunjang dari solusio plasenta?
j. Bagaiman tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien gastroenteritis?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan
gastroentiritis
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian gastroentiritis
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari gastroentiritis
c. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari gastroentiritis
d. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari gastroentiritis
e. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari gastroentiritis
f. Untuk mengetahui dan memahami pathway dari gastroentiritis
g. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari gastroentiritis
h. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari gastroenteritis
i. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari solusio
plasenta
j. Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien gastroentiritis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200 ml/24 jam (Simadibrata: 2006).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah
cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari biasanya (Priyanta:
2009).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume, dan
kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil usus kecil
diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius. Penyebab umum adalah
infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan penyakit sistemik. (Black Joyce, Hawks
Jane, 2010)
Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi
tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan air
pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
2.2 ETIOLOGI
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
1. Faktor Infeksi
 Infeksi Virus
a. Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau
disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.
b. Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
d. Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

 Bakteri
a. Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi
pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang
tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah
b. Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan
temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6-
40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
c. Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus)
pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang
lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e. Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses.
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering
menyerupai apendicitis.

f. Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan


endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di
usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit.
Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai
muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena
cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti
cucian beras.
 Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.albicans).
 Infeksi parenteral;
Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Non Infeksi
 Malabsorbsi,
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
 Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi
oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak
memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang
air besar.

2.3 KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut:
Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat
dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang
berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam
14 hari.
b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan.
a. Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.
b. TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal.
c. Turgor normal.
d. Mukosa sedikit kering.
e. Urin sedikit mengurang.

Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9 % berat badan

a. Haus meningkat.

b. Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat.

c. Turgor menurun.

d. Membran mukosa kering.

e. Ubun-ubun normal.

f. Setatus mental normal sampai lesu.

g. Keluaran urin mengurang.

Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan

1. Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.

2. Nadi capat dan halus kadang takteraba, TD menurun.

3. Haus meningkat.

4. Keluaran urin tidak ada.

5. Ubun-ubun cekung.

2.5 PATOFISIOLOGI GASTROENTERITIS

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare


adalah:

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus


enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia
Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.

Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:


1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
2.6 WOC GASTROENTERITIS

Infeksi Melabsorsi makanan Makanan beracun Faktor psikologis

Reaksi inflamasi Takanan osmotik Rangsang saraf

Peningkatan sekresi Pergeseran cairan Motilitas usus

Hipermotilitas Hipomotilitas

Isi ronga usus Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh

Absorbsi berkurang DIARE

Output berlebih Kerusakan mukosa Defekasi sering


Ketidak
seimbangan
nutrisi
Hiperperistatis usus
kurang dari
Kemerahan dan elektrosis
kebutuhan
Kulit sekitar
tubuh
Dehidrasi Demam

Tubuh kehilangan cairan Gangguan integritas


Hipertermi kulit

Resiko kurang
volume cairan Nyeri episgatrik
2.7 KOMPLIKASI
Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul:
a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan dengan tanda
mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata cekung.
b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang
terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan sistem vaskuler, darah jadi
lebih kental dan tidak lancar yang dapat nenimbulkan renjatan yang ditandai denyut
nadi cepat, tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstrenitas dingin
dan kadang sianoar.
c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung).
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit seperti
kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta dan jantung. Penurunan
kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan
otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan
bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot.
d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen
terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang
mengakibatkan asidosis metabolik sehingga aliran darah tidak lancar, suplai darah
diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital.

e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan
lemas.
f. Asidosi metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas
dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah menurun (menjadikan
lebih asan/asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme dengan menggunakan CO2
sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis
metabolis.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama
dengan
 Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
 Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses)
b) Ada 2 jenis cairan yaitu:
 Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:

 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.
 Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam
perlu dilakukan evaluasi:
Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,
feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau
IV).

3. Obat Anti Diare


Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini
tidak dianjurkan.
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungki kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyakan air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonusdan turgor kulit berkurang
feses semakin cair, muntah, kehilangan, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi buang air besar lebih dari 4x dengan konsisten enceer.
1. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
2. Riwayat Psikososial keluarga
3. Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala :
1) Anoreksia : mual-mual
2) Penurunan barat badan
3) Taktoleran pada diare/sensitif misal : produk susu, makanan berlemak.
Tanda:
1) Penrunan lemak subkutan/masa otot
2) Kelemahan tonus otot buruk dan turgor kulit buruk
3) Membran mukosa pucat
b. Pola eleminasi
Gejala :
1) Episode diare yang tidak diperkirakan, hilang timbul, sering tidak terkontrol,
flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steatorea) : melena
2) Kontipasi hilang timbul
3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)

c. Aktivitas/ istirahat
Gejala
1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan
dengan efek proses penyakit
d. Pola persepsi sensori Gejala :
1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan bawah: nyeri
abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum)
2) Nyeri tekan menyebar kebagian periumbelikal
3) Titik nyeri berpindah, nyerim tekan (artritis)
4) Nyeri mata fotofobia (iritasi)
e. Pola hubumgan dengan orang lain
Gejala
1) Masalahberhubungan/peran sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan
aktif secara sosial
4. Pengkajain fisik
a. Keadaan umum pasien
Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenteritis belum ada dehidrasi keadaan
umum baik, dehidrasi sedang keadaan umumnya cukup, pada dehidrasi berat
keadaan umumnya buruk .
b. Kesadaran
Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dibagi menjadi 3
kriteria :
 Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan lingkungan. Saat
diajak bicara dengan suara normal, pasien meihat pada anda dan berespon
sempurna serta sesuai dengan rangsangan.
 Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klien sadar namun tidak menuntut
kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran
letergia (ketika diajak bicara dengan suara keras, pasien terlihat mengantuk
tetapi membuka matanya dan melihat pada anda, memberikan respon terhadap
pertanyaan).
 Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika diguncangkan
dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi
memberikan respon dengan lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga
masuk pada tingkat kesadaran stupor (kesadaran terhadap diri dan lingkungan
minimal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang menyakitkan secara
berulang, pasien tetap tek tersadarkan dengan matanya terpejam.
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari
120/80 mmHg.
2) Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari 37,5°C.
3) Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100X/ menit.
4) Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis dengan belum adanya
dehidrasi masi batas normal yaitu 24X/menit. Namun pada klien gastroenteritis
dengan dehidrasi sedang dan dehidrasi berat pernafasannya mengalami
penurunan dari ambang normal kurang dari 24X/menit.
d. Keadaan
1) Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran, dan tekstur, kulit kepala,
termasuk warna (pucat), tekstur, penyebaran rambut dan lesi.
2) Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat kelainan quadrantik,
seklera dan konjungtiva bisa terjadi interik.Kelopak mata biasa terladi anameris.

3) Daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga : biasanya ditemukan


kemungkinan penurunan ketajaman pendengaran.
4) Hidung : tidak mrendapat keluhan .
5) Mulut dan faring : inspeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat).
6) Leher : palpasi kelenjar limfe, inspeksi kelenjar hiroid.
7) Toraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi penurunan kurang dari
24X/menit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya bernafas dalam.
8) Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan.
9) Abdomen : inspeksi (secara berurutan, inspeksi abdumen dengan evaluasi sulit :
warna, jaringan perut, terdapat lesi atau kemerahan), palpasi (timpani diperpusi
diatas lambung, pekak diperpusi diatas hati, limpa dan ginjal). Palpasi terdapat
adanya area nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen.
10) Genitalia, anus dan rektum : biasanya terjadi lesi atau kemerahan pada anus.
11) Ektermitas : biasamya terjadi kelemahan otot ektermitas.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan.
2. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.

3.3 INTERVENSI GASTROENTERITIS


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Kekurangan volume cairan Tujuan: 1. Observasi 1. Vital sign dapat
dan elektrolit kebutuhan volume tanda vital. dipengaruhi
berhubungan dengan cairan terpenuhi. 2. Observasi cairan
output cairan yang tanda-tanda 2. Untuk
berlebihan. Kriteria Hasil: dehidrasi. mengetahui
tanda-tanda dehidrasi
3. Ukur balance tingkat
tidak ada, mukosa
cairan. dehidrasi.
mulut dan bibir
4. Berikan dan 3. Balance cairan
lembab, balance
anjurkan seimbang,
cairan seimbang,
keluarga dehidrasi
turgor kulit elastis.
untuk teratasi.
memberikan 4. Terapi cairan
banyak disesuaikan
minum air dengan
putih (2.000– dehidrasi.
2.500
cc/hari).
5. Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
terapi cairan,
pemeriksaan
Lab.
Elektrolit.
Penurunan nutrisi kurang dari Tujuan: Kebutuhan 1. Hitung 1. Untuk
kebutuhan tubuh nutrisi terpenuhi. kebutuhan mengganti
berhubungan dengan cairan cairan yang
mual dan muntah Kriteria Hasil: 2. Kaji pola keluar.
a. Intake nutrisi nutrisi dan 2. Untuk
meningkat. perubahan mengetahui
b. Diet habis 1 porsi yang terjadi perkembangan
yang disediakan 3. Timbang BB status nutrisi
c. Mual muntah klien klien.
tidak ada 4. Kolaborasi 3. Untuk
d. Berat badan naik dengan tim mengetahui
gizi. kebutuhan
5. Beri diet nutrisi pasien.
dalam kondisi 4. Untuk
hangat, porsi
memenuhi
kecil tapi
nutrisi sesuai
sering.
dengan diit
5. Untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
Resiko kerusakan integritas Tujuan: 1. Kaji 1. Untuk
kulit berhubungan dengan Kerusakan integritas kerusakan mengetahui
seringnya BAB kulit teratasi. kulit atau tanda-tanda
Kriteria Hasil: iritasi setiap iritasi pada kulit
Kulit utuh dan tidak BAB. misal:
ada lecet pada area
2. Ajarkan kemerahan
anus
selalu cuci pada luka
tangan 2. Untuk
sebelum dan mempertahanka
sesudah n teknik aseptic
mengganti atau antiseptic
pakaian. 3. Untuk
3. Hindari menghindari
pakaian dan pada daerah
pengalas anus terdapat
tempat tidur kuman, bakteri,
yang lembab karena bakteri
4. Observasi suka daerah
keadaan yang lembab
kulit 4. Pada daerah ini
5. Bersihkan meningkat
perineal resikonya untuk
dengan air kerusakan dan
hangat, memerlukan
terutama pengobatan
selama lebih intensif
periode 5. Dengan
diare. menggunakan
air hangat bisa
membantu
meredakan rasa
gatal atau sakit
disekitar intim,
serta dapat
memberishkan
daerah
perineum
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan air pada feses
lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Gastroenteritis terjadi karena dua factor yaitu factor infeksi dan factor non
infeksi. Factor infeksi disebabkan karena bakteri sedangkan factor non infeksi
disebabkan karena makanan dan malabsorbsi. Gastroentiritis ditandai dengan
munculnya rasa haus yang meningkat, gelisah dan buang air besar dengan feses
cair. Adapun komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi, hipovolemik dan
bahkan bisa menimbulkan syok, untuk mengatasi agar tidak terjadi komplikasi
penatalaksanaan yang utama adalah terapi cairan
4.2 SARAN
Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio
plasenta. Dan harapan penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menambah keterampilan kita dalam memberi
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Khasanah, Nur Aulia. 2015. “Konsep Medis Gatroenteritis”. Dalam


www.repository.ump.ac.id. 4 November.

Suhendrago. 2007. “Konsep Dasar Penyakit Gastroenteritis”. Dalam


http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=2165. 23 Maret.

Anda mungkin juga menyukai