Anda di halaman 1dari 7

RANGKMAN KELOMPOK 5 DAN 6

Nama : Yhefin Sampe Parenden

Nim : 201801137

Kelas : 2c

Judul Tugas : Napsa

Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.

1. Jenis-Jenis Narkotika Dan Psikotropika


a. Golongan Narkotika
1) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,
kokain, ganja
2) Narkotika Golongan II :Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan .
Contoh kodein.
3) Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
b. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1) Psikotropika Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD).
2) Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan
ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau
ritalin).
3) Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).
4) Psikotropika Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
2. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lainnya Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi: Minuman berakohol, Inhalansia, dan Tembakau
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi
data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal
yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
1) Kaji situasi kondisi penggunaan zatKapan zat digunakan
Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi
masalah - Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya
sementara.
2) Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
a) Berbagi peralatan suntik
b) Perilaku seks yang tidak nyaman
c) Menyetir sambil mabuk
d) Riwayat over dosis
e) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3) Kaji pola penggunaan
a) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu
menyiapkan makan malam)
b) Penggunaan selama seminggu
c) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
d) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA
setelah berjalan melalui rumah Bandar) \
e) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan
pacar, teman pakai)
f) Adanya pikiran-pikiran tertentu ("Ah, sekali nggak bakal
ngerusak" atau "Saya udah nggak tahan lagi nih, saya
harus make")
g) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
h) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar,
tidak dapat tidur atau stress yang berkepanjangan)
4) Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang
kondisi bila tidak menggunakan.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan kurang
2) Ansietas berhubungan dengan proses berpikir
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penggunaan obat
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sensor sistem saraf
pusat.
5) Resiko terhadap cedera jatuh berhubungan dengan kesulitan
keseimbangan
Nama : Yhefin Sampe Parenden

Nim : 201801137

Kelas : 2c

Judul Tugas : Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Hiv/Aids Pada Ibu dan
Anak

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang


menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak
fungsinya. Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih
lanjut dari infeksi HIV adalah acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS). AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah
sindrom gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Hal ini dapat memakan waktu 10-15 tahun untuk
orang yang terinfeksi HIV hingga berkembang menjadi AIDS.

Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus didalam


tubuh, setelah penyatuan sel telur dan spermatozoon. Kehamilan ditandai
dengan berhentinya haid; mual yang timbul pada pagi hari (morning
sickness); pembesaran payudara dan pigmentasi puting; pembesaran
abdomen yang progresif.

Penularan HIV/AIDS pada ibu dan anak dapat terjadi pada proses
persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membrane mukosa bayi dan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan semakin besar resiko, sehingga lama
persalinan bisa dicegah dengan operasi section caesarea. Transmisi lain
terjadi selama periode post partum melalui ASI, resiko bayi tertular melalui
ASI dari ibu yang positif sekitar 10%
Penatalaksanaan pada ibu yang terinfeksi HIV atau janin yang terpapar
HIV dapat menggunakan antiretroviral bertujuan agar viral load rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang
adalah Nevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan 200mg dosis
tunggal, sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah
lahir dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan
mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari dan 300mg setiap jam selama
persalinan berlangsung.

Askep HIV/AIDS pada pasien ibu dan anak terdiri dari :

1. Pengkajian : Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,


menggunakan obat-obat. Penampilan umum : pucat, kelaparan. Gejala
subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan
pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis. Status mental :
marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang
interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi. HEENT
: nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
Neurologis : gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraplegia. Muskuloskletal :
focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
Pernapasan : dyspnea,  takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot
Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif. GI :
intake  makan  dan minum menurun,  mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia,perut kram, hepatosplenomegali, kuning, lesi atau eksudat
pada genital. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek,
petekie positif.
2. Diagnosa
a. Resiko     tinggi infeksi berhubungan dengan    imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko
b. Resiko    tinggi infeksi (kontak
pasien)   berhubungan    dengan   infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans     aktivitas   berhubungan    dengan     kelemahan,  pertuk
aran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai