Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan Kasus Post SC Dan Kanker Ovarium”

OLEH :
Namira Syabadilla (183110264)
Nurul Qamaria (183110265)
Rahmezzia Rajni Putri (183110268)
Yuliza Novita (183110280)

Kelas : II C

Dosen Pembimbing :
Ns. Elvia Meti, S.Kep, M.Kep Sp. Mat

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta nikmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Kasus
Post SC dan Kanker Ovarium” ini tepat pada waktunya, shalawat beriringan salam kita
hadiahkan kepada nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita
dari zaman kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat
sekarang ini. Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik beserta saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
Demikian pengantar dari penulis, harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan dalam dunia kesehatan. Dan juga dapat
digunakan sebagaimana semestinya, semoga kita semua mendapat faedah serta diterangi
hatinya dalam setiap menuntun ilmu yang berguna baik di dunia maupun di akhirat.

Padang,18 Februari 2020

Kelompok 7
Daftar Isi

BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penelitian......................................................................................

BAB II.......................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................
I. Post SC...................................................................................................................
A. Pengertian Post SC....................................................................................
B. Etiologi Post SC.........................................................................................
C. Patofisiologi Post SC.................................................................................
D. Manifestasi Post SC...................................................................................
E. Komplikasi Post SC...................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang Post SC.............................................................
G. Penatalaksanaan Post SC..........................................................................
F. Asuhan Keperawatan Kasus Post SC......................................................
II. Kanker Ovarium.................................................................................................
A. Anatomi Dan Fisiologi Ovarium..............................................................
B. Jenis Kanker Ovarium..............................................................................
C. Pengerian Kanker Ovarium.....................................................................
D. Etiologi Kanker Ovarium.........................................................................
E. Patofisiologi Kanker Ovarium.................................................................
F. WOC...........................................................................................................
G. Faktor Resiko Kanker Ovarium..............................................................
H. Tanda Dan Gejala Kanker Ovarium.......................................................
I. Stadium Kanker Ovarium.......................................................................
J. Penatalaksanaan Kanker Ovarium.........................................................
K. Asuhan Keperawatan Kasus Kanker Ovarium......................................

BAB III......................................................................................................................
PENUTUP.................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia
untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik
pada ibu maupun pada bayi (Mochtar R 1998).Ditemukannya bedah sesar memang
dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang
memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bias melahirkan secara normal.namun
faktanya menurut bensons dan pernolls,angka kematian pada operasi sesar adalah 40-
80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar
dibangdingkan dengan persalinan melalui pervaginaan.Bahkan untuk satu kasus
karena infeksi mempunyai angka 80x lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervagina.
Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan
frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan
menurut statistic tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh pell dan
chamberlain,indikasi untuk resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul 21%,gawat
janin 14%,plasenta previa 11% pernah seksio sesaria 11%,kelainan letak janin
10%,pre-eklamasi dan hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu sebelum
dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%
(Winkjosastro,2005).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang
dimaksud  dengan asuhan keperawatan dengan post sc.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami,pengertian,etiologi,patofisiologi,
manifestasi, komplikasi,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, asuhan
keperawatan post sc.
b. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Post SC
A. Pengertian
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin
melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).Seksio sesaria adalah
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bera janin diatas 500gram.
( Wiknjosastro,2005).Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. (siaksoft.net).
Jenis–jenis seksio sesare 
1.  Seksio sesarea klasik (korporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda).
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
B. Etiologi
1. Indikasi yang berasal dari ibu ( etiologi ).
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul) ada, sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa
terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan
yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit
( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya ).
2. Indikasi yang berasal dari janin.
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi.
C. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri
yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan
karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi
yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

D. Manifestasi
1. Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain:hipertensi antara
140/90 atau kenaikan systole dan diastole 30 mmHg/15 mmHg.oedema kaki tangan atau
muka atau kenaikan berat badan I kg/mgg.proteinuria 0.3 gr/24 jamatau plus 1-0,oliguria.
2. Preeklamsia berat
preeklamsia berat ditandai dengan gejala klinis;hipertensi 160/110 mmHg, proteinuria
5gr/24 jam atau plus 4-5 oliguria 400cc/24 jam.oedema paru dapat disertai sianosis.serta
disertai keluhan subjektif:nyeri kepala frontal,gangguan penglihatan,nyeri epigastrium.
3. Eklampsia
Eklampsia ditandai dengan gejala-gejala preeclampsia xan disertai koma ataupun
konvulsi.
     
E. Komplikasi
1. Infeksipuerperal.
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.
2. Perdarahan.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan
sebagainya sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

Anjuran Operasi
1. Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu tahun dengan munggunakan alat
kontrasepsi.
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam antenatal yang baik.
3. Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul
sempit atau disporposi segala pelviks

F. Pemeriksaan penunjang
1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
2) Pemeriksaan hemoglobin
3) Pemeriksaan Hema tokrit

G. Penatalaksanaan
1. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a) Persiapan Kamar Operasi
Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai.
Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
b) Persiapan Pasien
a. Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
b. Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
c. Perawat member support kepada pasien.
d. Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah di derita oleh pasien.
f. Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g. Pemeriksaan USG.
h. Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau
dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
a. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah
50 mg.
b.  Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
Meperidin.
c. Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan
bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

b) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi
jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,
jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi
kembali paling lambat pada hari kedua.
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari
pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan
usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua
pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
f) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif
ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit
dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut
harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau
keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
h) Perawatan Payudara.
 Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

G. Asuhan Keperawatan Kasus Post SC

Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Sirkulasi     :Hipertensi, pendarahan per vagina
Makanan    : nyeri epigastrium, g3 pengujian edema
Nyeri          : distroria, nyeri tekan uterus, persalinan lama
Seksualitas : Tumor / neo plasma yang dihambat jalan lahir kehamilan multiple atau
gestari, disproposi sopalo pelvis, riwayat sc sebelumnya
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Data Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan
saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

c. Data Sosial Ekonomi


Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih
sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
d. Data Psikologis
1) Pasien biasanya dalam keadaan labil
2) Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya
3) Harga diri pasien terganggu

2. DIAGNOSA
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d  trauma pembedahan (Doengoes,2001).
2) Risiko tinggi terhadap infeksi b.d  trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001).
3) Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).

3. INTERVENSI

Diagnosa SLKI SIKI


Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeria
nyaman : nyeri akut keperawatan 3x24 jam gangguan a. Tentukan lokasi dan
b.d trauma rasa nyaman nyeri tersebut dapat karakteristik
pembedahan berkurang atau hilang dengan ketidaknyamanan
Kriteria hasil : perhatikan isyarat verbal
a) Mengungkapkan kekurangan dan non verbal seperti
rasa nyeri. meringis.
b) Tampak rileks mampu tidur. b. Beri informasi dan
petunjuk antisipasi
mengenai penyebab
ketidaknyamanan dan
intervensi yang tepat
c. Evaluasi tekanan darah
dan nadi ; perhatikan
perubahan prilaku
d. Perhatikan nyeri tekan
uterus dan adanya atau
karakteristik nyeri
e. Ubah posisi pasien,
kurangi rangsangan
berbahaya dan berikan
gosokan punggung dan
gunakan teknik
pernafasan dan relaksasi
dan distraksi.
f. Lakukan nafas dalam
dengan menggunakan
prosedur- prosedur
pembebasan dengan tepat
30 menit setelah
pemberian analgesik.
Risiko tinggi Setelah dilakukan tindakan a. Anjurkan dan gunakan
terhadap infeksi b.d keperawatan 3x24 jam infeksi pada teknik mencuci tangan
trauma jaringan / kulit tidak terjadi dengan Kriteria dengan cermat dan
kulit rusak hasil : pembuangan pengalas
a. Luka bebas dari drainase kotoran, pembalut
purulen dengan tanda awal perineal dan linen
penyembuhan. terkontaminasi dengan
b. Bebas dari infeksi, tidak tepat.
demam, urin jernih kuning b. Tinjau ulang
pucat. hemogolobin / hematokrit
pranantal ; perhatikan
adanya kondisi yang
mempredisposisikan
pasien pada infeksi pasca
operasi.
c. Kaji status nutrisi pasien.
Perhatikan penampilan
rambut, kuku jari, kulit
dan sebagainya
Perhatikan berat badan
sebelum hamil dan
penambahan berat badan
prenatal
d. Dorong masukkan cairan
oral dan diet tinggi
protein, vitamin C dan
besi.
e. Bantu sesuai kebutuhan
pada pengangkatan
jahitan kulit, atau klips.

Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan a. Dorong keberadaan atau


situasi, ancaman keperawatan 3x24 jam ansietas partisipasi pasangan
pada konsep diri, atau kecemasan dapat hilang b. Bantu pasien atau
transmisi / kontak dengan Kriteria hasil : pasangan dalam
interpersonal, a. Mengungkapkan mengidentifikasi
kebutuhan tidak perasaan ansietas mekanisme koping baru
terpenuhi. b. Melaporkan bahwa yang lazim dan
ansietas sudah menurun perkembangan strategi
c. Kelihatan rileks, dapat koping baru jika
tidur / istirahat dengan dibutuhkan
benar. c. Mulai kontak antara
pasien/pasangan dengan
baik sesegera mungkin.
BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak
mudah terdeteksi, 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah
menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999).
Kanker ini menyerang pada wanita terlebih pada usia diatas 50 tahun. Selain itu, wanita di
negara industri lebih beresiko. Dan di Indonesia sendiri  beberapa tahun ini temuan kasus
keganasan salah satunya kanker ovarium sering ditemukan dan menjadi penyebab kematian
bagi seseorang. Sehingga wanita Indonesia perlu waspada akan penyakit ini terutama yang
tinggal di area perindustrian karena di Indonesia juga banyak perusahaan-perusahaan industri.
Sehingga penting dirasa untuk mempelajari lebih luas lagi mengenai kanker ovarium
khususnya bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi tenaga kesehatan. Oleh
karena itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas mengenai proses terjadinya kanker
ovarium sebagai salah satu penyakit keganasan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang
dimaksud  dengan asuhan keperawatan dengan Ca Ovarium.
2. Tujuan khusus
c. Untuk mengetahui dan memahami,pengertian,etiologi,patofisiologi,
manifestasi, komplikasi,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, asuhan
keperawatan Ca Ovarium
d. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri
dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan
mengecil setelah menopause.Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba
fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi
proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan
berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan
dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap
pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus
menstruasi.

B. Jenis kanker ovarium


1) Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya
jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari
epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling
sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran
tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan
sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat
Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous,
endometrioid dan sel jernih.  
2) Tumor germinal
          Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel
germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden
keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era
kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya
mencapai 10 – 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan
dengan fertilitas dapat dipertahankan.
3) Tumor stromal
          Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat
berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan
yang rendah.
 Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of

Gynecology and Obstetrics(1,13,14).

Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium


IA Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
     Mengenai permukaan luar ovarium
     Kapsul ruptur
     Ascites (+)
 
Stadium II perluasan pada rongga pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
     Mengenai permukaan ovarium
     Kapsul ruptur
     Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal
III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C      Meluas mengenai KGB dan /
     Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
 
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.

Deteksi dini kanker ovarium


Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup
akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring
kanker ovarium adalah:
a. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk
mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal
tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
b. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk
membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui
abdomen ataupun pervaginam, dimana
c. mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada
stadium dini rendah.
d. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar
CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium
stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun
ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita
premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi
hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125. 

C. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)

D. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.

E. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH
tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular
daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan
lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa
gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
(Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau
pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya
adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium,
biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm
sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi
granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat
menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
F. WOC

G. Faktor Risiko
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10. Tidak pernah melahirkan

H. Tanda & Gejala


Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat

I. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.

STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di
luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel
histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah
bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.

STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.

J. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak
6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh
samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem
saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :


1. Operasi (Stadium Awal)
2. Radioterapi
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa hanya efektif pada jenis tumor
yang peka terhadap sinar seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
3. Kemoterapi
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak
6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh
samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem
saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating
(cyclophosphamide, chlorambucil), antimetabolit (MTX,5 FU), antibiotika (adriamisin) dan
agen lain (ex: Cis-Platinum). Adanya ascites mungkin dapat dikendalikan dengan kemoterapi
intraperitoneal. Isotop radioaktif sekarang jarang digunakan pada penanganan tumor ini,
sedang teknik shunting cairan ascites ke dalam vena jugularis melalui plastic tube yang
berkatup searah sekarang banyak dipakai. Penanganan paliatif sering menggunakan preparat
hormon progestativa.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar,
2006)
.       a Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
       Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi
2)  Sirkulasi
       Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
4) ntegritas ego
       Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal
merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
       Tanda            : Menyangkal, menarik diri, marah
4)        Eliminasi
       Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan
eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
       Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5)        Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
       Tanda            : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6)        Neurosensori
       Gejala : Pusing
7)        Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8)         Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.
       Tanda            : Demam, ruam kulit, ulserasi.
9)        Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10)    Seksualitas
       Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi
seksual dini, herpes genital.
11)    Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung
jawab peran.

b.         Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi,
berat badan
1)        Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,
akomodasi.
2)        Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3)        Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4)        Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5)        Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan
6)        Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit dada
7)        Abdomen : kaji adanya asites
8)        Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9)        Ekstremitas : kaji turgor kulit

c.         Pemeriksaan laboratorium
1)       Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan kreatinin
meningkat.
2)       Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Gangguan citra tubuh b.d efek tindakan/pengobatan(kemoterapi)
3. Resiko disfungsi seksual b.d faktor ginekologi
4. Resiko Perdarahan berhubungan dengan Kanker
5. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Infiltrasi Tumor

3. Tujuan dan Intervensi


Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Nyeri akut b.d agen cidera - Keluhan Nyeri - Identifikasi
biologi menurun lokasi,karakteristik,durasi,frekuens
- Meringis i,kualitas,dan intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah - Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
- Kesulitan tidur - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Perineum nyeri
terasa tertekan - Monitor tanda-tanda vital sebelum
menurun dan sesudah pemberian analgesik
- Frekuensi nadi - Kolaborasi pemberian dosis dan
membaik jenis analgesik sesuai indikasi
- Pola napas
membaik
Gangguan citra tubuh b.d efek - Verbalisasi - Identifikasi tingkat stress
tindakan/pengobatan(kemoter perasaan - Identifikasi stressor
api) negatif tentang - Berikan kesempatan untuk
perubaan menenangkan diri
tubuh - Pastikan asupan nutrisi yang
menurun adekuat untuk meningkatkan
- Verbalisasi resistensi tubuh terhadap stress\
kekhawatiran - Hindari makanan yang
pada mengandung kafein,garam,lemak
penolakan/rea
ksi orang lain
menurun
- Fokus pada
bagian tubuh
menurun
- Fokus pada
penampilan
masa lalu
menurun
- Melihat bagian
tubuh
membaik
- Hubungan
sosial
membaik
Resiko disfungsi seksual b.d - Kepuasan - Identifikasi tingkat
faktor ginekologi hubungan pengetahuan,masalah sistem
seksual reproduksi,masalah seksualitas,dan
meningkat penyakit menular seksual
- Keluhan - Fasilitasi kmunikasi antara pasien
hubungan dan pasangan
seksual - Berikan kesempatan kepada
terbatas pasangan untuk menceritakan
menurun permasalahan seksual
- Keluhan sulit - Berikan pujian terhadap perilaku
melakukan yang benar
aktivitas - Berikan saran yang sesuai
seksual kebutuhan pasangan dengan
menurun menggunakan bahasa yang mudah
- Hasrat seksual diterima,dipahami,dan tidak
membaik menghakimi
- Orientasi - Jelaskan efek pengobatan
seksual kesehatan,dan penyakit terhadap
membaik disfungsi seksual
- Ketertarikan
pada seksual
membaik
Resiko Perdarahan - Membran - Monitor tanda dan gejala
berhubungan dengan Kanker mukosa perdarahan
lembab - Monitor nilai
meningkat hematokrit/hemoglobin sebelum
- Kelembapan dan setelah kehilangan darah
kulit - Monitor tanda-tanda vital
meningkat ortostatik
- Hematemesis - Jelaskan tanda dan gejala
menurun perdarahan
- Perdarahan - Anjurkan segera melapor jika
vagina terjadi perdarahan
menurun - Kolaborasi pemberian obat
- Perdarahan pengontrol perdarahan jika perlu
pasca operasi
menurun
- Hemoglobin
membaik
- Hematokrit
membaik
- Tekanan darah
membaik
- Frekuensi
Nadi membaik
- Suhu tubuh
membaik
Nyeri Kronis Berhubungan - Keluhan sulit - Identifikasi gejala yang tidak
dengan Infiltrasi Tumor tidur menurun menyenangkan (mis
- Keluhan mual,nyeri,gatal,sesak
sering terjaga - Berikan posisi yang nyaman
menurun - Jelaskan mengenai kondisi dan
- Keluhan tidur pilihan terapi/pengobatan
tidak puas - Ajarkan terapi relaksasi
menurun - Kolaborasi pemberian
- Keluhan analgetik,antipruritis,antihistamin,j
istirahat tidak ika perlu
cukup
menurun
- Klien dapat
melaporkan
nyeri
terkontrol
- Keluhan nyeri
menurun

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin
dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun
pada bayi. Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.2001. Rencana Perawatan Maternitas /Bayi, Jakarta:EGC


Winkjosastro, H.Dkk.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mochtar,R.2002.Sinopsis Obsterti:Obsterti operatif,Obsterti social Jilid 2.jakarta:EGC
http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2011/03/askep-pre-post-seksio-caesaria-sc.html
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
                                                                        

Anda mungkin juga menyukai